BAB II
KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1.
Hasil Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, hasil adalah sesuatu yang diadakan/dibuat oleh usaha (KBI; 343), dan
belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; atau berubah tingkah
laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBI; 14). Menurut Gagne
(dalam Susilo Herawati, 2005) bahwa belajar ialah suatu proses yang
memungkinkan organisme mengubah tingkah lakunya dengati cepat dan sedikit
banyak bersifat perrnanen. Jadi belaiar adalah proses dan belajar dikatakan
telah terjadi bila terdapat perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku
dapat melalui dua cara belajar, yaitu pertama, lewat interaksi dengan
lingkungan; dan kedua, lewat kematangan karena pertumbuhan dan perkembangan
yang terjadi di dalam diri siswa.
Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, hasil belajar merapakan sesuatu yang dibuat oleh guru untuk mengetahui hasil usaha siswa dalam belajar atau mengikuti pembelajaran materi tertentu.
Hasil belajar siswa mencakup
tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek keterampilan (psikomotor).
Hasil belajar aspek kognitif,
Bloom membaginya menjadi enam tingkatan, dari tingkat yang paling rendah ke
tingkat yang paling tinggi yaitu : a)
pengetahuan, b) pemahaman, 2) aplikasi, d) analisis, e) sintesis, dan 4)
evaluasi.
Hasil belajar aspek/domain
afektif, Krauthwohl membaginya menjadi lima kategori. Dari kategori terendah
hingga yang tertinggi yaitu : a)
penerimaan, b) memberikan respon, c) penilaian, d) organisasi, dan e) pemeranan
/pelukisan watak.
Hasil belajar aspek; domain
psikomotor yang mencakup keterampilan motorik, intelektual, sosial, Simpson
membaginya menjadi tujuh kategori. Ketujuh kategori tersebut dari yang paling
rendah hingga kategori paling tinggi yaitu: a)
persepsi, b) kesiapan/set, c) respon terpirmpin, d) mekanisme, e) complex overt
respon, f) penyesuaian, dan g) originasi
/penciptaan yang baru.
Hasil belajar siswa dapat
diketahui dari pelaksanaan penilaian yang diadakan guru. Hasil belajar ini
mempunyai beberapa tujuan a) menentukan
tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran, b) mengetahui hasil belajar siswa, c)
mengetahui efektivitas suutu metode yang dipakai, d) mendorong sem.angat
belajar siswa, e) mengetahui bakat potensi siswa dan, j) menentukan tindak lanjul untuk menanggulangi kesulitan
belajar.
2.
Pembelajaran
Value ClarificationTechnique
(VCT) / Teknik Pengungkapan Nilai
Kosasih Djahiri (1978)
mengemukakan beberapa alternatif model pembelajaran IPS, seperti model lecturing (ceramah yang disempurnakan), model pengajaran konsep, model ekspostion,
model cipatori, model role playing, model VCT, model inquiry nilai, model
analisa penrlaian nilai, mociel kerja keiompok, rnodel studi proyek, dan rnodel
percontohan.
Dalam pembelajaran
Pvlengidentifikasi Beberapa Bencana Alam yang Terjadi Di Indonesia dan
Sekitarnya, peneliti akan menggunakan model pembelajaran VCT Analisis Nilai.
Pembelajaran model VCT Analisis Nilai sangat selaras dengan tipe- tipe belajar
yang dikemukakan oleh Jacques Delors (1966) seperti yang dikutip oleh Udin S.
Winataputra (2005: 5.31), bahwa ada empat tipe belajar yaitu
a. Belajar tahu (learning to know)
1) Menguasai pengetahuan sebagai in,forrnasi dan
alat.
2) Belajar untuk belajar lebih lanjut. 3).
Belajar mengembangkan kemampuan.
b. Belajar berbuat (learraing to do)
1) Menguasai
keterampilan kerja.
2) Menguasaa
kompetensi profesional.
c. Belajar hidup bersama (learning to together)
1) Memahami orang lain
2) Memahami keragarnan nilai dan saling ketergantungan
3) Mampu bekerja sama
d. Belajar mengembangkan diri (learning to be)
1)
Mengembangkan seluruh aspek kepribadian
2) Meningkatkan
diri sesuai perkembangan lingkungan.
Anak sekolah dasar kelas VI,
sesuai teori perkembangan dari Jean Piaget yang dikutip oleh Mulyani Sumantri
(2005: 1.14) perkembangannya telah sampai pada tahap operasional konkret. Anak
pada tahap ini sudah dapat berpikir logis, mereka dapat berpikir secara
sistematis dalam memecahkan masalah. Dalam materi mengidentifikasi beberapa
bencana aiam yang terjadi di Indonesia dan sekitarnya, anak akan diajak untuk
mencoba mengkaji bencana alam yang terjadi di Indonesia dan sekitarnya.
Dengan pembelajaran model
VCT, anak akan dibina/ dibimbing untuk
memahami dan membiasakan perilaku yang sesuai dengan materi yang disampaikan.
Dalam proses pembelajaran, tekanannya diarahkan pada bagaimana siswa belajar.
Dengan cara ini siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Karena yang menjadi subjek belajar adalah siswa.
Seperti dikemukakan Kosasih
Djahiri (1992) yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (2005: 5.31), pembeIajaran
model VCT memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
a)
Mampu membina dan mempribadikan (personalisasi) nilai moral.
b)
Mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan
nilai moral.
c)
Mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral
diri siswa dan nilai moral dalam kehidapan nyata.
d)
Mampu mengundang, melibatkan, mernbina, dan mengembangkan
potensi siswa.
e)
Mampu menaberikan pengalaman belajar berbagai
kehidupan.
f)
Mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi dan
mensubversi berbagai nilai moral-naif yang ada dalam sistim nilai dan moral
yang ada dalam diri seseorang.
g)
Menuntun dan memotivasi hidup layak dan bermoral
tinggi.
Dengan pembelajaran model
VCT siswa akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran karena pusat kegiatan
adalah siswa bukan guru. Siswa akan diajak belajar sambil bermain dengan cara
membaca dan mengamati cerita tentang kehidupan sehari-hari yang mungkin saja
pernah dilihat atau bahkan pernah dilakukan siswa. Guru hanya menjadi
fasilitator yang membimbng siswa dalam menelaah peristiwa-peristiwa yang
terjadi dalam cerita.
Lebih lanjut A. Kosasih
Djahiri (dalam Udin S. Winataputra) menjelaskan langkah-langkah dalam
pelaksanaan pembelajaran model VCT sebagai berikut:
a.
Persiapan
1)
Menyusun Rencana Pembelajaran.
2)
Menyusun materi yang akan disajikan melalui analisis
nilai
3)
Menyusun skenario kegiatan
4)
Menyiapkan
media stimulus untuk ber-VCT
5)
Menyiapkan lembar kerja siswa
b. Pelaksanaan
1)
Menjelaskan kepada siswa bahwa mereka akan ber-VCT
2)
Pembagian media stimulus berupa cerita
3)
Guru memperhatikan aksi dan reaksi spontan siswa.
4)
Melaksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan.
Untuk
menunjang keberhasilan pembelajaran dengan pendekatan VCT ini, guru harus
menjalankan unsur-unsur pembelajaran antara lain:
a. perkembangan anak;
b. kebutuhan anak;
c. karakteristik materi pelajaran;
d. lingkungan sebagai sarana belajar;
e.
Kemampuan
peneliti/guru dalam melaksanakan pembelajaran.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian pustaka
dan landasan teoritis dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut:
Guru/Peneliti: belum menggunakan pendekatan
pembelajaran VCT
|
KONDISI AWAL
|
Siswa:
Hasil belajar IPS rendah
|
TINDAKAN
|
Menggunakan pendekatan pembelajaran VCT
|
Siklus I
Menggunakan pendekatan
pembelajaran VCT secara kelompok besar
|
Siklus II
Menggunakan pendekatan
pembelajaran VCT secara kelompok
Kecil dengan bimbingan
individual
|
KONDISI AKHIR
|
Diduga melalui penggunaan pendekatan pembelajaran VCT dapat meningkatkan hasil belajar IPS bagi siswa
kelas VI
|
Gambar 2.1. Bagan
Kerangka Berpikir
Pada
kondisi awal sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas guru belum
menggunakan pendekatan pembelajaran VCT, sehingga hasil belajar siswa masih
rendah. Supaya hasil belajar siswa meningkat, guru perlu melaksanakan tindakan
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran VCT.
Pada
kegiatan penelitian siklus 1 guru menerapkan penggunaan pendekatan pembelajaran
VCT secara kelompok besar. Pada kegiatan penelitian siklus 2 guru menerapkan
penggunaan pendekatan pembelajaran VCT secara kelompok kecil. Dari siklus 1 ke
siklus 2, diharapkan hasil belajar IPS siswa meningkat.
Pada kondisi akhir
setelah dilaksanakan penelitian diduga melalui penggunaan pendekatan
pembelajaran VCT dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa.
C.
Hipotesis Tindakan
Setelah mempertimbangkan dan
merujuk pada pendapat-pendapat para pakar pendidikan di atas, peneliti menyusun
hipotesis tindakan kelas sebagai berikut:
a. Pendekatan pembelajaran model VCT dalam membelajarkan
materi mengidentifikasi beberapa bencana alam yang terjadi di Indonesia dan
sekitarnya akan dapat mengembangkan pola berpikir siswa selama pembelajaran.
b. Pendekatan Pembelajaran model VCT dalam membelajarkan
materi mengidentifikasi beberapa bencana alam yang terjadi di Indonesia dan
sekitarnya dapat meningkatkan kebermaknaan belajar siswa melalui proses kerja
sama.
c. Pendekatan Pembelajaran model VCT dalam membelajarkan
materi mengidentifil:asi beberapa bencana alam yang terjadi di Indonesia dan
sekitarnya akan dapat memberikan tingkat pemahaman lebih tinggi.
d. Pendekatan Pembelajaran model VCT dalam membelajarkan
materi mengidentifikasi beberapa bencana alam yang terjadi di Indonesia dan
sekitarnya dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran.
D.
Indikator dan Kriteria Keberhasilan
Ada dua indikator yang
digunakan untuk mengukur keberhasilan perbaikan pembelajaran ini. Pertama
ketuntasan siswa dalam menguasai materi pelajaran, siswa dikatakan tuntas
belajar jika telah memperoleh tingkat penguasaan materi mencapai 70%. Kedua
tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, siswa
dikatakan aktif jika memberi respon positif terhadap penjelasan dan pertanyaan
guru, aktif dalam menelaah dan mengkaji kasus-kasus yang disajikan dalam
cerita, aktif belajar dan bekerja sama dalam kelompok, serta aktif dalam
mengkomunikasikan hasil kerja/ diskusi kelompok.
Kriteria untuk mengukur
keberhasilan perbaikan pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
a. Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil jika
75% dari jumlah siswa telah mencapai standar ketuntasan belajar.
b. Proses perbaikan pembelajaran dikatakan berhasil jika
75% dari jumlah siswa terlibat aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.
No comments:
Post a Comment
Bagi yang menginginkan contoh PTK lengkap bisa SMS ke 081328239660