Saturday, March 31, 2012

PEMBELAJARAN LUAR KELAS

METODE INKUIRI

Pada era globalosasi sekarang ini, dunia pendidikan Indonesia ikut mendapat pengaruh dari perkembangan yang terjadi di dunia, termasuk model dan pendekatan pembelajarannya. Selama ini sudah berbagai macam model dan pendekatan pembelajaran diterapkan oleh para guru, namun hasilnya tetap belum maksimal. Pada akhirnya diperkenalkan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu konsep yang membantu mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

PTK IPA KELAS II


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

  1. Kajian Pustaka
1.      Pengertian dan Dimensi Umum Pendidikan IPA
Cara pandang guru terhadap hakikat (esensi dan karakteristik) pendidikan IPA akan mempengaruhi profil pembelajaran IPA yang diselenggarakan guru bersama siswanya. Oleh karenanya pemahaman yang benar tentang karakteristik pendidikan IPA mutlak diperlukan guru. Karakteristik tersebut sekurang-kurangnya meliputi pengertian dan Dimensi (ruang lingkup) pendidikan IPA.
IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta.
Dalam kurikulum pendidikan dasar terdahulu (1994) dijelaskan pengertian IPA (sains) sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan.
Dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta.
Menurut Herlen (1992: 3) ucapan Enstein: “science is the attempt to make the chaotic diversity of our sense experience correspond to a logically uniform system of thought”.
Mempertegas bahwa IPA merupakan bentuk uapaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir logis tertentu, yang dikenal dengan istilah pola berpikir ilmiah.
<--more-->
Untuk membahas hakikat IPA, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagaimana dikemukakan oleh Dahar RW. (1996: 15-16), sehingga memungkinkan para guru memahami IPA dalam perspektif yang lebih luas. Menurut Dahar, sekurang-kurangnya ada tujuh ruang lingkup pemahaman IPA, yaitu:
a.       IPA sebagai Kumpulan Pengetahuan
b.      IPA sebagai suatu Proses Penelusuran (investigation)
c.       IPA sebagai Kumpulan Nilai
d.      IPA sebagai Cara untuk Mengenal Dunia
e.       IPA sebagai Institusi Sosial
f.       IPA sebagai Hasil Konstruksi Manusia
g.      IPA sebagai Bagian dari Kehidupan Sehari-Hari
Ruang lingkup IPA sebagaimana diungkapkan oleh Rusna Ristasa (2009:17) dapat dikategorikan ke dalam tiga Dimensi, yaitu dimensi produk, Dimensi proses, dan dimensisikap.
Whyne Harlen (1987) dalam Teaching and Learning Primary Science menjelaskan Sembilan sikap ilmiah yang harus dikembangkan sejak dini pada siswa sekolah dasar yang dimunculkan ketika siswa terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah. Kesembilan sikap tersebut adalah:
a.       Sikap ingin tahu (curiosity);
b.      Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality);
c.       Sikap kerjasama (cooperation);
d.      Sikap tidak putus asa (perseverance);
e.       Sikap terbuka untuk menerima (open-mindedness);
f.       Sikap mawas diri (self critism);
g.      Sikap tanggung jawab (responsibility);
h.      Sikap berpikir bebas (independence in thinking);
i.        Sikap kedisiplinan (self discipline).
Dari keseluruhan uraian tentang hakikat IPA di atas, kiranya cukup jelas bahwa pendidikan IPA itu bukan sekedar berisi rumus-rumus dan teori-teori, melainkan suatu proses dan sikap.


2.      Pembelajaran IPA yang Efektif
Dalam buku Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif (Depdiknas, 2003:5-6) pembelajaran secara umum diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan potensi siswa serta mengacu pada pencapaian kompetensi individual setiap siswa.
Ada baiknya jika guru yang akan merancang pembelajaran IPA di Sekolah Dasar memperhatikan tujuh ciri utama pembelajaran efektif yang memberdayakan potensi siswa sebagaimana diuraikan pada buku tersebut (Depdiknas, 2003: 7-11). Ketujuh ciri itu adalah:
a.       Berpijak pada ciri konstruktivisme.
b.      Berpusat pada siswa.
c.       Belajar dengan mengalami.
d.      Mengembangkan keterampilan sosial, kognitif, dan emosional.
e.       Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan.
f.       Belajar sepanjang hayat.
g.      Perpaduan kemandirian dan kerjasama.
Pembelajaran IPA yang efektif juga dicerminkan oleh tingginya kadar on-task (aktivitas edukatif) dan rendahnya kadar off-task (aktivitas nonedukatif) siswa dalam pembelajaran. Menurut Belen (2003: 42) salah satu upaya untuk meningkatkan kadar on-task adalah mengembangkan kegiatan hand-on (psikomotor) dan mind-on (kognitif) melalui sejumlah keterampilan (skill) yang dilakukan siswa dalam kelas.
3.      Pembelajaran Aktif
Model pendekatan pembelajaran aktif menurut S. Belen (2003: 12-24) adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna/pengertian terhadap pengalaman dan informasi yang dilakukan oleh pengajar.
Suasana pembelajaran aktif adalah suasana belajar mengajar yang membuat siswa melakukan pengalaman, interaksi, komunikasi, dan refleksi.
4.      Hasil Belajar Pemahaman
Hasil belajar adalah kemampuan siswa setelah melalui kegiatan belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2001:391) disebutkan bahwa hasil adalah: 1) Sesuatu yang diadakan atau dibuat, atau dijadikan dsb untuk usaha. 2) Pendapat, perolehan, buah. 3) Akibat. 4) Pajak, sewa tanah.
Jhon M. Kella dalam Mulyono (2007:391) memandang hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pemprosesan sebagai masukan yang berupa informasi. Berbagai masukan tersebut dikelompokan menjadi personal input dan environmental input.
Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Menurut Angkowo (2007: 47) belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman ini tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang diamati.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar siswa. (Lark dalam Angkowo, 2007: 50) mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.
5.      Kesungguhan Belajar
Secara umum banyak yang mengaitkan kesungguhan belajar dengan minat dan motivasi. Kesungguhan merupakan aspek penting motivasi yang mempengaruhi perhatian, belajar, berpikir, dan berprestasi (dalam Pintrich dan Schunk, 1996 seperti dikutip, Hera Lestari Mikarsa, dkk. 2007: 33).
Menurut Krapp, Hidi, dan Remninger seperti dikutip, Hera Lestari Mikarsa, dkk (2007: 35) “Kesungguhan merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek yang menguntungkan, menyenangkan, dan lama-kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya.”
6.      Alat Peraga Kongkret
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:24), alat peraga adalah alat bantu untuk mendidik atau mengajar Supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti oleh anak didik.
Menurut Jean Piaget, sebagaimana dikutip oleh Abin Syamsudin (2006:17), perkembangan kognitif anak sekolah dasar berada pada tahap perkembangan operasional kongkret. Pada anak usia ini akan lebih mudah dipahami jika menggunakan objek-objek kongkret dan anak terlibat langsung di dalamnya.
Hal ini merupakan isyarat bagi guru untuk dapat menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa.
Menurut Nasution, sebagaimana dikutip oleh Udin S. Winata Putra (2006:915), pada dasarnya siswa memiliki minat (Sense of Interest) dan dorongan ingin melihat kenyataan (Sense of Reality). Upaya untuk mengembangkan dua potensi siswa tersebut, guru dituntut untuk dapat menentukan sumber pembelajaran yang menunjukkan kegiatan belajar mengajar.
Sumber belajar yang dapat dengan mudah dihadirkan di dalam kelas, sehingga secara langsung dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar adalah alat peraga.
Alat peraga kongkret untuk menjelaskan konsep sumber energi adalah setrika, matahari, senter, baterai kering, dan gitar. Alat peraga kongkret di atas digunakan untuk mendemonstrasikan dan menjelaskan tentang konsep sumber energi.

  1. Hasil Penelitian Relevan
Hasil penelitian yang bisa dijadikan acuan atau pembanding dalam kajian penelitian masalah penggunaan alat peraga kongkret untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
1.      Wakhono (2007) penelitian tentang penggunaan alat peraga kongkret.
a.       Masalah yang diteliti adalah apakah penggunaan alat peraga kongkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
b.      Tujuan penelitiannya adalah meningkatkan hasil belajar siswa tentang kompetensi dasar mengidentifikasi sumber-sumber energi yang ada di lingkungan sekitar.
c.       Metode yang digunakan adalah metode pembelajaran aktif dan penggunaan alat peraga kongkret.
d.      Kesimpulan yang didapat dalam penelitian Wakhono adalah bahwa penggunaan alat peraga kongkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Hasil Belajar Siswa (Wakhono: 2007)
No
Perbaikan Pembelajaran
Hasil Belajar Siswa
Nilai Rata-Rata Kelas
Tuntas
Persentase
Belum
Persentase
1.
Studi Awal
60
6
27,27
16
72,73
2.
Siklus I
65
12
54,55
10
45,45
3.
Siklus II
73
16
72,73
6
27,27
4.
Siklus III
85
21
95,46
1
4,54

2.      Sudirman (2008) “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Terhadap Konsep Sumber Energi melalui Penggunaan Alat Peraga Kongkret dalam Model Pembelajaran Aktif.
a.         Masalah yang diteliti adalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA?
b.        Tujuan penelitiannya adalah meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA.
c.         Metode yang digunakan adalah metode pembelajaran aktif dan penggunaan alat peraga kongkret.
d.        Kesimpulan yang didapat dalam penelitian Sudirman adalah bahwa penggunaan alat peraga kongkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.2 Hasil Belajar Siswa (Sudirman: 2008)
No
Perbaikan Pembelajaran
Hasil Belajar Siswa
Nilai Rata-Rata Kelas
Tuntas
Persentase
Belum
Persentase
1.
Studi Awal
65
5
27,78
13
72,22
2.
Siklus I
70
12
66,67
6
33,33
3.
Siklus II
92
18
100
0
0

  1. Kerangka Berpikir
Hasil belajar siswa yang masih rendah pada siswa harus segera diperbaiki. Apabila diperhatikan, untuk meningkatkan hasil belajar dalam bentuk pengaruh instruksional dan untuk mengarahkan pengaruh pengiring kepada hal-hal yang lain yang positif dan berguna bagi para siswa sendiri, guru harus pandai memilih apa isi pengajaran dan bagaimana sebaiknya pengelolaan proses belajarnya. Belajar menggunakan alat peraga kongkret menekankan bagaimana bahan pelajaran itu diajarkan dan dipelajari.
Proses pengajaran merupakan peristiwa yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Proses belajar itu sendiri menyangkut perubahan aspek-aspek tingkah laku, seperti pengetahuan, sikap dan keterampilan. Untuk itu diperlukan ketepatan media yang mampu mengaktifkan siswa, yaitu alat peraga kongkret. Pada proses pembelajaran, diharapkan penanaman fakta dan konsep benar-benar melalui proses yang dialami langsung oleh siswa. Dengan penggunaan alat peraga kongkret diharapkan akan meningkatkan tujuan pembelajaran. Di samping itu, siswa juga diupayakan untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang dikembangkan, yaitu pengamatan, penggolongan, penafsiran, peramalan, penerapan, perencanaan penelitian, dan pengkomunikasian. Melalui pembelajaran seperti ini akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa yang pada akhirnya akan mampu memperoleh hasil yang optimal. Dengan demikian dapat dibuat bagan sebagai berikut:

Tindakan
Tindakan
Guru  menggunakan alat peraga kongkret
Siklus I
Menggunakan alat peraga kongkret secara klasikal
Siklus II
Menggunakan alat peraga kongkret secara kelompok dengan posisi duduk setengah lingkaran
Siklus III
Menggunakan alat peraga kongkret berkelompok kecil dengan posisi tempat duduk setengah lingkaran
Hasil belajar IPA meningkat
Guru  belum menggunakan alat peraga kongkret
Kondisi awal

Hasil belajar IPA rendah
   
Gambar 2.1  Bagan Kerangka Berpikir
  1. Hipotesis Tindakan
Dengan memperhatikan dan merujuk pada uraian yang dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakannya adalah “penggunaan alat peraga kongkret dalam model pembelajaran aktif akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang konsep sumber energi, baik secara individual maupun klasikal”.

PTK IPA KELAS II


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran yang dilakukan di sekolah dasar pada umumnya secara klasikal. Pembelajaran semacam ini menganggap semua siswa memiliki kemampuan yang sama. Padahal keadaan berbeda satu sama lainnya, sehingga setelah pembelajaran hasilnya berbeda-beda pula. Ada siswa yang berkemampuan tinggi dan ada pula yang rendah. Pada umumnya siswa yang berkemampuan rendah jika mengerjakan ulangan banyak mendapat kesulitan. Siswa yang sering mendapatkan kesulitan perlu mendapat bantuan agar mereka mampu mengerjakan ulangan dengan hasil lebih baik bila. Untuk memberikan bantuan yang tepat kepada siswa, perlu mengetahui penyebab kesulitan siswa.
Keberhasilan pencapaian kompetensi suatu mata pelajaran tergantung kepada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi adalah bagaimana cara seorang guru melaksanakan pembelajaran. Kecenderungan pembelajaran saat ini masih berpusat pada guru. Siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Akibatnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran rendah. Di samping itu guru tidak menggunakan alat peraga dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran kurang bermakna, siswa sulit memahami materi, dan siswa kurang bersungguh-sungguh dalam pembelajaran, sehingga berimbas pada hasil belajar yang rendah pula.
<--more-->
Mengajar tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapi merupakan kegiatan guru mendidik, mengajar, membimbing atau memfasilitasi siswa menemukan pengetahuan dan pengalaman belajarnya. Menurut S. Belen dalam Rusna RA (2003:17) dalam mengajar kadang pesan mengembangkan potensi siswa yang beraneka ragam dan bukan menjadikan siswa sebagai Penerima atau pemakai pasif (konsumen) ilmu pengetahuan yang dimiliki guru. Tujuan hakiki mengajar menurut S. Belen adalah mempersiapkan siswa untuk paling tidak dapat bertahan hidup di masa yang akan datang dan berbuat banyak bagi orang lain. Mengajar bukan pula mempersiapkan siswa memiliki apa yang akan ditagih dalam ujian nasional (UN) dan ujian akhir sekolah (UAS), melainkan apa yang ditagih dalam kehidupan, yaitu bersifat peka, kritis, kreatif, mandiri, dan Bertanggung jawab.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyadari betapa jauh berbeda pembelajaran yang selama ini dilakukan dengan cermin uraian mengajar di atas. Setiap tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan ketercapaiannya oleh siswa sering kali masih jauh dari apa yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran lebih berorientasi pada guru (teacher centered), penulis masih menganggap fungsi utama mengajar adalah menyampaikan informasi tanpa memperhatikan bagaimana cara menyajikan informasi tersebut kepada siswa, sehingga materi dapat diserap secara baik dan maksimal.
Hasil dari tes pembelajaran yang demikian selalu tidak dapat mengarah pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Seperti halnya hasil tes formatif pembelajaran IPA tentang sumber energi, dari … siswa hanya ada … siswa yang mendapat nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM), berarti hanya …% yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar.
Menyadari adanya kesenjangan antara kenyataan pencapaian tujuan dengan harapan yang dituangkan dalam tujuan pembelajaran, dirasakan ada masalah yang menghambat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran tersebut.
Sadar akan adanya masalah dan bercermin pada pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan, maka selanjutnya penulis merefleksi hal-hal yang menyimpang untuk kemudian mengidentifikasi masalah yang ada. Hasil identifikasi dan refleksi tersebut akan ditindaklanjuti dalam kegiatan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK).
Berdasarkan rekaman proses pembelajaran dan hasil belajar tersebut, penulis meminta bantuan teman sejawat untuk mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dari hasil diskusi dengan teman sejawat terungkap adanya masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan rendah, siswa kurang bersungguh-sungguh dalam belajar, dan hasil belajar siswa juga rendah.
Dalam kegiatan belajar mengajar Guru tidak menggunakan alat peraga kongkret untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswanya. Penggunaan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang tepat, guru kebanyakan menggunakan metode ceramah sehingga siswa pasif dalam menerima materi pembelajaran.
Dari hasil identifikasi masalah tersebut, penulis mencoba melakukan analisis masalah, berdiskusi dengan teman sejawat dan supervisor, serta bertanya kepada siswa tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dari rangkaian proses tersebut, akhirnya dapat dianalisis beberapa kemungkinan yang menjadi faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah model pembelajaran yang dipilih terlalu didominasi oleh metode ceramah sehingga menyebabkan verbalisme konsep, guru kurang memperhatikan perkembangan kognitif siswa, guru kurang mampu menggali potensi siswa, siswa kurang memperoleh pengalaman belajar yang nyata dan tidak mengalaminya sendiri, sehingga siswa kesuliatan memahami materi pembelajaran, dan siswa tidak diberi kesempatan untuk melibatkan diri dalam peragaan (mencoba melakukan).
Dengan memperhatikan masalah tersebut di atas, atas saran supervisor, penulis memiliki alternatif pemecahan masalah melalui penerapan model pembelajaran aktif, dengan mengoptimalkan peraga kongkret. Melalui model pembelajaran ini diharapkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang nyata tentang “konsep sumber energi” dan siswa dapat memperoleh pengalaman belajarnya sendiri tentang “konsep sumber energi.”
  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah adalah “Apakah penggunaan alat peraga kongkret dalam model pembelajaran aktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap Konsep Sumber Energi di Kelas II SD …………?”

  1. Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah:
a.       Untuk mengkongkritkan pembelajaran dan dapat melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran IPA, sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
b.      Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
c.       Mengembangkan model pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif.
2.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan alat peraga kongkret dalam pembelajaran IPA kompetensi dasar mengidentifikasi sumber-sumber energi (panas, listrik, cahaya, dan bunyi) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah khususnya dan bagi dunia pendidikan pada umumnya. Manfaat penelitian meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.      Manfaat Teoritis
a.       Mendapatkan pengetahuan baru tentang cara meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan pengetahuan sendiri melalui model pembelajaran aktif dan penggunaan alat peraga kongkret.
b.      Memberikan wawasan yang lebih luas tentang penggunaan alat peraga kongkret untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
c.       Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengadakan penelitian selanjutnya.
2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi siswa
Manfaat penelitian bagi siswa adalah:
1)      Meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan pengetahuan sendiri.
2)      Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan.
3)      Meningkatkan hasil belajar siswa.
4)      Meningkatkan perhatian dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran.
b.      Bagi Guru
Manfaat penelitian bagi guru adalah:
1)      Memperbaiki kualitas pembelajaran yang dikelolanya.
2)      Sebagai sarana perbaikan kinerja guru untuk dapat mengembangkan penggunaan metode pembelajaran.
3)      Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman bagi guru.
4)      Memberikan solusi kepada guru lain dalam memecahkan masalah pembelajaran.
5)      Meningkatkan profesionalisme guru.
c.       Bagi Sekolah
Manfaat penelitian bagi sekolah adalah:
1)      Memberi masukan kepada penyelenggara dan Pengelola sekolah dalam upaya memperbaiki dan merumuskan program sekolah ke depan.
2)      Membantu sekolah untuk maju dan berkembang meningkatkan mutu pendidikan.
3)      Meningkatkan kualitas belajar secara umum.

Friday, March 30, 2012

PTK BAHASA INDONESIA KELAS I BAB III

Berikut ini contoh PTK BAHASA INDONESIA KELAS I BAB III dengan judul Penggunaan metode SAS untuk peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa Kelas I

BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Setting Penelitian
Penelitian ini dimulai dari bulan Januari 2011 dan selesai penyusunan laporannya bulan Juni 2011. Adapun kegiatan pengumpulan data dan penelitian setiap siklusnya adalah sebagai berikut:
1.      Siklus pertama Senin, 7 dan 14 Maret 2011
2.      Siklus kedua Senin 21 dan 28 Maret 2011
3.      Siklus ketiga Senin 4 dan 11 April 2011
            Tabel 3.1
Jadwal kegiatan Penelitian Mapel Bahasa Indonesia
No
Jenis Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Jan
Feb
Mar
April
Mei
Juni
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Persiapan























2
Penyusunan Proposal























3
Penyusunan Instrumen























4
Pengamatan Awal























5
Pelaksanaan Siklus I






















6
Pelaksanaan Siklus II






















7
Pelaksanaan Siklus III






















8
Analisis hasil per siklus




















9
Penyusunan Laporan




















































B.     Subjek Penelitian
1.         Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar …………., UPT Dinas DIKPORA Unit Kecamatan ………. Kabupaten ……….. yang berlokasi di RT 01 RW 01, Desa ……….
Jarak dari Kecamatan ………… ± 4 km, dari kota ………… ± 23 km. Secara geografis Sekolah Dasar Negeri …………. terletak di antara pemukiman penduduk, di pinggir jalan desa.
Penduduk Desa 90% bermata pencaharian sebagai petani. Jumlah siswa Sekolah Dasar ……………. pada Tahun Pelajaran ... sebanyak 124 siswa. Denah SD …………….. dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Denah Lokasi SD
2.      Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang menjadi bahan penelitian adalah Bahasa Indonesia, yaitu mengenai kemampuan membaca dan menulis materi semester II dengan spesifikasi sebagai berikut:
a.       Standar Kompetensi
·         Membaca
Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak.
·         Menulis
Menulis permulaan dengan huruf tegak bersambung melalui kegiatan dikte dan menyalin.
b.      Kompetensi Dasar
·         Membaca
Membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat
·         Menulis
Menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan huruf tegak bersambung
c.       Indikator
·         Membaca lancar teks non sastra dengan lafal dan intonasi yang tepat
·         Menulis kalimat secara benar dan tepat mengikuti apa yang didiktekan guru
3.      Kelas
Subjek penelitian adalah tempat peneliti memperoleh keterangan atau data penelitian. Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas I Sekolah Dasar …………….. yang berjumlah 13 anak. Kelas tersebut diambil sebagai subjek penelitian karena rata-rata hasil belajar mereka belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Siswa pada umumnya sulit memahami materi, kurang bersungguh-sungguh, sehingga berimbas pada hasil belajar yang rendah.
4.      Karakteristik siswa
Salah satu karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi. Karena siswa terlibat dalam penelitian, karakteristik siswa harus dipahami agar PTK berjalan lancar PTK dilaksanakan di kelas I SD …………….. dengan jumlah siswa 13, terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Usia mereka rata-rata 7 tahun. Latar belakang kehidupan mereka mayoritas keluarga petani yaitu, 10 siswa dan 3 siswa dari keluarga pedagang. Keadaan fisik siswa umumnya baik. Jarak dari rumah ke sekolah kurang dari 1 km. Mayoritas siswa ke sekolah bersepeda, dan ada 2 siswa yang berjalan kaki. Prestasi akademik siswa pada semester satu tahun pelajaran ... cukup baik.

C.    Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa keterlibatan siswa dalam kelompok selama proses pembelajaran, sedangkan data kuantitatif adalah data yang berupa nilai pada studi awal, siklus I, II, dan III.
Sumber data penelitian ini berasal dari narasumber dan dokumen sekolah. Narasumber penelitian ini adalah siswa dan guru. Dokumen yang menjadi sumber data berupa kurikulum KTSP, Silabus, buku-buku pelajaran, dan administrasi kelas.

D.    Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi, observasi, dan tes.
1.      Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, skrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2003: 188).
Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang nama identitas siswa, hasil belajar Bahasa Indonesia pada semester II Tahun Pelajaran ... serta gambaran pelaksanaan tindakan pada setiap siklus.
2.      Observasi
Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis, yaitu menggunakan instrumen pengamatan.
Instrumen pengamatan berupa daftar pengamatan yang berisi item-item kejadian atau tindakan yang dilakukan dalam penelitian. Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
3.      Tes
Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar bahasa Indonesia, setelah dilaksanakan tindakan. Instrumen tes disusun dan diujicobakan pada siswa diluar objek penelitian, dan dianalisis untuk mengetahui validitas, derajat kesukaran, daya beda, dan reliabilitas, sehingga instrumen soal yang digunakan untuk evaluasi diakhir siklus adalah hanya butir soal yang baik yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan.
Soal tes diujicobakan di luar sampel penelitian dengan maksud untuk tetap menjaga agar hasil ujicoba benar-benar valid, sehingga ketika digunakan pada saat tes setelah pelaksanaan tindakan dihasilkan data yang benar-benar sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran, karena apabila ujicoba dilaksanakan pada subjek penelilian, dikhawatirkan mempengaruhi hasil penelitian.
Dalam pengumpulan data tersebut, peneliti dibantu oleh teman sejawat dengan identitas dan tugas sebagai berikut:
Nama            :    ……………..
NIP               :    ……………
Jabatan         :    Guru Kelas …
Unit Kerja    :    SD ……………
Tugas            :    -    Mengobservasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran mulai siklus I sampai dengan selesai.
-       Memberikan masukan tentang kekuatan dan kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran.
-       Ikut serta merencanakan perbaikan pembelajaran.

E.     Validitas Data
Data yang sudah terkumpul merupakan modal awal yang sangat berharga dalam penelitian ini, dari data yang terkumpul akan dilakukan analisis yang selanjutnya dipakai sebagai bahan masukan untuk penarikan kesimpulan. Melihat begitu besarnya posisi data, maka keabsahan data yang terkumpul menjadi sangat vital.
Keabsahan data itu dikenal sebagai validitas data, sebagaimana dijelaskan Alwasilah (2008:170) bahwa tantangan bagi segala jenis penelitian pada akhirnya adalah terwujudnya produksi ilmu pengetahuan yang valid, sahih, benar, dan beretika.
1.    Triangulasi
Triangulasi adalah pendekatan analisa data yang memadukan berbagai data sehingga merupakan kesatuan yang selaras dari berbagai sumber.
Menurut Institute Global Tech yang tersedia secara online pada http://www.igh.org/triangulation/ diunduh pada tanggal bulan tahun, Pukul 00.52 WIB, menjelaskan bahwa Triangulasi mencari dengan cepat pengujian data yang sudah ada dalam memperkuat tafsir dan meningkatkan kebijakan serta program yang berbasis pada bukti yang telah tersedia.
Dengan cara menguji informasi dengan mengumpulkan data melalui metode berbeda, oleh kelompok berbeda, dan dalam populasi berbeda, penemuan mungkin memperlihatkan bukti penetapan lintas data, mengurangi dampaknya dari penyimpangan potensial yang bisa terjadi dalam satu penelitian tunggal.
Penelitian ini menggunakan triangulasi sebagai Teknik mengecek keabsahan data, di mana dalam pengertiannya triangulasi adalah Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang laindalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330).
Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.
Data yang diperoleh dari hasil tes awal adalah bahwa siswa kelas I SD … yang berjumlah 13 anak, masih banyak ditemukan siswa-siswa yang masih mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis, yaitu 38% (5 siswa) yang bisa membaca, 46% (6 siswa) yang bisa menulis, dan 31 % (4 siswa) yang telah bisa membaca dan menulis.
Data tersebut di atas jika dibandingkan dengan data hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer tidak jauh berbeda, yaitu 5 siswa (38%) yang bisa membaca, 5 siswa (38%) yang bisa menulis, dan 4 siswa (31%) yang bisa membaca dan menulis.
Data tentang keaktifan siswa yang diperoleh dari lembar pengamatan kerja kelompok oleh guru jika dibandingkan dengan hasil pengamatan observer menunjukkan prosentase yang sama, yaitu 40%. Data yang terkumpul dari guru dan observer akan dilakukan analisis yang selanjutnya dipakai sebagai bahan masukan untuk penarikan kesimpulan.
2.    Review Informasi
Data atau Informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan observer berupa informasi tentang kemampuan membaca, menulis, dan keaktifan siswa. Informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap kemampuan membaca dan menulis adalah bahwa terdapat 5 siswa (38%) yang bisa membaca, 5 siswa (38%) yang bisa menulis, dan 4 siswa (31%) yang bisa membaca dan menulis.
Informasi tentang keaktifan siswa yang diperoleh dari hasil pengamatan observer yaitu 38% (5 siswa) yang aktif Mengikuti proses pembelajaran.
3.    Kunci
Kata kunci: metode SAS kemampuan membaca, kemampuan menulis, keaktifan siswa.

F.     Teknik Analisis Data
Data yang dianalisis meliputi data kuantitatif (dengan menampilkan angka-angka sebagai ukuran prestasi), dan data kualitatif (dengan menampilkan angka sebagai perbandingan). Analisis data dilakukan secara deskriptif komparatif yang bertujuan untuk membandingkan kondisi sebelum dan sesudah diadakan tindakan perbaikan pembelajaran. Tahapan dalam tindakan menganalisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
1.         Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dalam rangka pemilihan dan penyederhanaan data. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah seleksi data dan pembuangan data yang tidak relevan. Data-data yang relevan dengan penelitian akan diorganisasikan sehingga terbentuk sekumpulan data yang dapat memberi informasi faktual.
2.         Penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk sekumpulan informasi, baik berupa tabel, bagan, maupun deskriptif naratif, sehingga data yang tersaji relatif jelas dan informatif. Tindakan lanjutan, penyajian data digunakan dalam kerangka menarik kesimpulan dari akhir sebuah tindakan.
3.         Penarikan kesimpulan
Kegiatan penarikan kesimpulan merupakan kegiatan tahap akhir dari proses analisis data. Penarikan kesimpulan disusun dengan mempertimbangkan secara evaluatif berdasarkan kegiatan-kegiatan yang ditempuh dalam dua tahap sebelumnya.

G.    Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang digunakan sebagai acuan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah:
1.         Indikator peningkatan keaktifan membaca dan menulis.
No
Pertanyaan
Jawaban
Ya
Tidak
1



2



3


4
Apakah penggunaan metode SAS dapat mempermudah siswa dalam membaca dan menulis?

Apakah penggunaan metode SAS dapat meningkatkan siswa dalam menjawab pertanyaan guru?

Apakah penggunaan metode SAS dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam bertanya?

Apakah penggunaan metode SAS dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas?



Jika 75% siswa menjawab ya, berarti penggunaan metode SAS telam berhasil.

2.         Indikator peningkatan hasil belajar siswa.
Peningkatan hasil belajar siswa adalah peningkatan hasil belajar secara individual maupun klasikal.
Peningkatan hasil belajar secara individual diukur dengan hasil nilai yang diperoleh, yaitu lebih besar atau sama dengan KKM yang telah ditentukan, yaitu 60.
Peningkatan hasil belajar secara klasikal diukur dengan tingkat ketuntasan belajar siswa, yaitu 75%.

3.         Indikator peningkatan motivasi belajar siswa.
Peningkatan motivasi belajar siswa setelah menggunakan metode SAS diukur dengan jumlah siswa yang termotivasi mencapai 75%.

H.    Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui 3 prosedur, yaitu prosedur penelitian tindakan kelas, prosedur umum pembelajaran, dan prosedur perbaikan pembelajaran.
Pembedaan dan pencantuman prosedur yang cukup rinci ini ditempuh agar arah kegiatan yang dilakukan benar-benar terencana, terorganisir, dan berlangsung secara sistematis.

1.         Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Tindakan perbaikan pembelajaran dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang tiap daur terdiri dari 4 (empat) tahap, yakni merencanakan (planning), melakukan tindakan (acting), mengamati (observing) dan refleksi (reflecting) (Ristasa, 2006:45). Hasil refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan, peneliti gunakan untuk acuan dalam merancang tindakan perbaikan siklus berikutnya.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas menurut IGAK Wardhani, dkk. (2007:2.3), bahwa penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu:
a.       Merencanakan  (planning),
b.      Melakukan tindakan (acting),
c.       Mengamati (observing),
d.      Melakukan refleksi (reflecting)
Dari beberapa pendapat di atas maka peneliti diwajibkan untuk memenuhi beberapa tahapan yang berlaku, sehingga peneliti tidak semaunya sendiri untuk membuat perencanaan, pelaksanaan, pengamatan sendiri.
Hasil refleksi yang dilakukan peneliti dijadikan pedoman melakukan revisi rencana perbaikan selanjutnya, jika tindakan yang dilakukan belum berhasil. Model tahapan penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.3 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas
Adapun kegiatan peneliti mulai dari ide awal melaksanakan tindakan perbaikan sampai dengan menarik kesimpulan akhir, dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut:
IDE AWAL
Studi Pendahuluan
1.      Wawancara dengan siswa.
2.      Tes diasnotik.
3.      Analisis dokumen
Berhasil
Persiapan Penelitian
1.      Penyamaan konsep, metode, contoh, dan latihan antara peneliti dan pengamat.
2.      Penyusunan lembar pengamatan.
3.      Penyusunan format wawancara.
4.      Penyusunan format tes
Tindakan Siklus I
1.      Perencanaan perbaikan.
2.      Pelaksanaan perbaikan.
3.      Observasi.
4.      Diskusi dengan teman sejawat.
Simpulan
Belum
Revisi
Tindakan Siklus II
6.      Perencanaan perbaikan.
7.      Pelaksanaan perbaikan.
8.      Observasi.
9.      Diskusi dengan teman sejawat.
10.  Refleksi siklus II
Berhasil
Simpulan
Tindakan Siklus ke n
1.      Perencanaan perbaikan.
2.      Pelaksanaan perbaikan.
3.      Observasi.
4.      Diskusi dengan teman sejawat.
5.      Refleksi siklus ke n

Gambar 3.4  Skema Daur Penelitian Tindakan Kelas
2.         Prosedur Umum Pembelajaran
Menurut Gagne dan Briggs (dalam Situmorang dalam Ristana, 2006: 47) prosedur umum pembelajaran ada 9 (sembilan) urutan kegiatan, yaitu:
a.         Memberikan motivasi atau menarik perhatian.
b.        Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta didik.
c.         Mengingatkan kompetensi prasyarat.
d.        Memberikan stimulus (masalah, konsep, topik).
e.         Memberikan petunjuk cara belajar.
f.         Menimbulkan penampilan peserta didik.
g.        Memberi umpan balik.
h.        Menilai penampilan.
i.          Menyimpulkan.
3.         Prosedur Perbaikan Pembelajaran
a.         Prosedur Umum Perbaikan Pembelajaran
Yang dimaksud prosedur umum perbaikan pembelajaran yaitu tahap-tahap kegiatan untuk menyelesaikan aktivitas pembelajaran secara umum. Adapun prosedur umum perbaikan pembelajaran yang peneliti tempuh adalah sebagai berikut:
1)        Mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah, serta merumuskan hipotesis tindakan.
2)        Menentukan cara pemecahan masalah dan tindakan perbaikan.
3)        Merancang skenario tindakan perbaikan yang dikemas dalam Rencana Perbaikan Pelaksanaan Pembelajaran (RPPP).
4)        Mendiskusikan dan menentukan aspek-aspek yang akan diamati selama tindakan perbaikan pembelajaran berlangsung dengan teman sejawat.
5)        Melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran sesuai dengan skenario.
6)        Mendiskusikan hasil pengamatan dengan teman sejawat dan menganalisis nilai tes hasil pembelajaran.
7)        Melakukan refleksi terhadap tindakan perbaikan yang telah dilaksanakan.
8)        Konsultasi dengan supervisor.
9)        Merancang tindak lanjut.
b.        Prosedur Khusus  Perbaikan Pembelajaran
1)        Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana tindakan yang didasarkan pada studi pendahuluan yang telah dilakukan. Tahap perencanaan ini berisi tindakan apa yang akan dilakukan, apa saja mater dan media yang digunakan, siap yang melaksanakan, kapan waktu pelaksanaannya dan bagaimana melaksanakannya.
2)        Tahap Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap pelaksanaan tindakan peneliti menggunakan tahap-tahap sebagai berikut:
a)         Siklus/Tindakan I
Pemberian tes awal, berupa tugas untuk menuliskan kalimat yang didiktekan guru, kemudian siswa membaca sendiri-sendiri kalimat yang sudah ditulis, tanpa menggunakan media.
b)        Siklus/Tindakan II
(1)     Perbaikan tindakan yang dilaksanakan berdasarkan masalah yang muncul pada siklus/tindakan I.
(2)     Guru menyiapkan media berupa kartu kalimat, kartu kata dan gambar untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis dan membaca serta member kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal yang belum jelas.
c)         Siklus/Tindakan III
(1)     Perbaikan tindakan yang dilaksanakan berdasarkan masalah yang muncul pada siklus/tindakan II.
(2)     Guru menyiapkan media berupa kartu kalimat, kartu kata dan gambar untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis dan membaca serta member kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal yang belum jelas.
3)        Tahap Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan terhadap isi tindakan, pelaksanaan tindakan, maupun akibat yang timbul dari tindakan tersebut.
Observer maupun pelaksana tindakan melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan sebagai bahan untuk mengadakan refleksi untuk menyusun rencana tindakan berikutnya.
4)        Tahap Evaluasi-Refleksi
Peneliti mengadakan analisis, pemaknaan dan penyimpulan terhadap tindakan yang telah dilaksanakan pada tahap evaluasi-refleksi. Peneliti, guru kelas dan teman sejawat berdiskusi untuk memaknai data yang diperoleh dalam observasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi kemudian kegunakan sebagai dasar pemikiran untuk menyusun rencana tindakan yang akan datang.
Tahap refleksi juga merupakan evaluasi tentang tindakan yang telah dilakukan untuk mengetahui keberhasilan atau pengaruh tindakan. pada tahap ini peneliti dapat membandingkan kondisi awal sebelum diadakan tindakan dan kondisi sesudah diberikan tindakan.