Sunday, March 30, 2014

Contoh Motto dan Persembahan PTK Terbaru

Untuk mempercantik laporan PTK, bisa kita selipkan Motto dan Persembahan. Motto sangat bermanfaat untuk menambah semangat atau spirit bagi penyusun laporan maupun pembacanya, sedangkan persembahan merupakan ungkapan rasa kasih sayang dan terima kasih yang dalam terhadap orang-orang tersayang yang telah berkorban membantu tersusunnya laporan PTK.

Berikut ini contoh Contoh Motto dan Persembahan PTK Terbaru yang bisa kita buat sebagai acuan:

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
  1. Kesuksesan harus diraih dengan jerih payah. 
  2. Kerjakan apa yang dapat dikerjakan sekarang, jangan suka mengulur waktu.
  3. Jadilah orang yang berguna bagi orang lain.
  4. Semua yang ada di dunia ini tak ada yang abadi. Jadi manfaatkan kesempatan yang ada sebelum kamu menyesalinya.
  5. Hidup ini hanya sebentar, jangan gunakan hanya untuk memikirkan duniawi dan melakukan hal yang tak berguna.


PERSEMBAHAN
Laporan Penelititan Tindakan Kelas ini ku persembahkan untuk:
  1. Ayah dan Ibu tercinta, yang telah memberikan do’a restu dan mengajarkan tentang kesabaran.
  2. Suamiku/istriku tercinta "NAMA SUAMI/ISTRI" yang selalu memberikan bimbingan dan semangat.
  3. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan, sehingga Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat terselesaikan sesuai tepat waktu.
  4. Rekan-rekan yang telah memberikan semangat sehingga Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat terselesaikan dengan baik.

Sunday, March 16, 2014

PTK Kelas VI Matematika Pecahan BAB III

Berikut ini lanjutan Contoh Laporan PTK Matematika Kelas 6 BAB III Metode Penelitian dengan judul PENGGUNAAN METODE KERJA KELOMPOK DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG OPERASI HITUNG PECAHAN PADA KELAS VI SEKOLAH DASAR.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Setting Penelitian
1.    Tempat Penelitian.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar yang beralamat di Dukuh Desa Kecamatan Kabupaten, yang merupakan lembaga pendidikan formal setingkat SD yang berada di bawah kewenangan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten. Dan khususnya penelitian dilaksanakan di kelas VI Tahun Pelajaran dengan jumlah siswa 28 anak. Latar belakang kehidupan dari orang tua siswa yaitu: bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, buruh, dan tukang  becak.
Alasan penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar dengan pertimbangan: (a) Perlu adanya penelitian tentang metode mengajar yang efektif sehingga hasil belajar matematika siswa sesuai dengan harapan, (b) Kemudahan dalam pelaksanaan penelitian karena peneliti pengajar di Sekolah Dasar, (c) Rata-rata nilai mata pelajaran matematika masih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata nilai mata pelajaran lainnya.

2.    Waktu PenelitianWaktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai bulan Juni. Minggu pertama bulan Maret untuk refleksi dan merancang perbaikan pembelajaran dan persiapan penelitian. Minggu kedua dan ketiga bulan Maret untuk melakukan penelian yang terdiri dari 2 (dua) siklus. Minggu terakhir bulan Maret untuk konsultasi pembuatan Laporan Kegiatan Penelitian.

B.    Subjek PenelitianSubjek penelitian ini adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar. Jumlah siswa kelas V1 28 (dua puluh delapan) yang terdiri dari 13 anak laki-laki dan 15 anak perempuan. Sebagian besar siswa kelas VI berasal dari keluarga yang berekonomi menengah ke bawah. Rata-rata orang tua siswa adalah buruh pabrik.

C.    Data dan Sumber Data

Sumber Data
sumber data dari penelitian ini adalah siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.

Jenis Data
  • Data Kuantitatif: Hasil belajar siswa dan Hasil penilaian.
  • Data Kualitatif: Respon, opini, dan pendapat siswa tentang intervensi yang diterapkan; Kesungguhan belajar siswa; Tanggapan siswa selama proses pembelajaran; Tanggapan observer dalam mengamati proses pembelajaran.
D.    Teknik  Pengumpulan  Data
a.    Data Kuantitatif
1)    Data tentang hasil belajar siswa dengan memberikan tes kepada siswa.
2)    Data tentang penilaian kegiatan siswa untuk setiap kelompok.
b.    Data Kualitatif1)    Data tentang kemudahan siswa dalam memahami materi setelah intervensi, dilakukan melalui wawancara dengan siswa.
2)    Data tentang kesungguhan belajar siswa, dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.
c.    ObserverDalam pengumpulan data tersebut, peneliti dibantu oleh teman sejawat dengan identitas dan tugas sebagai berikut:
Nama           : Supervisor 2, S.Pd. SD
NIP              : 1234567890
Pekerjaan    : Guru Kelas V
Tugas supervisor 2 adalah:
  1. Mengobservasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran mulai siklus pertama sampai selesai.
  2. Memberikan masukan tentang kekuatan dan kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran.
  3. Ikut merencanakan perbaikan pembelajaran.
E.    Validitas DataPenelitian ini diperlukan untuk mencapai suatu strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan penguasaan materi operasi hitung pecahan secara efektif dan efesien. Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid. Untuk pengukuran validasi data peneliti menggunakan alat pengumpul data yang berupa tes tertulis dengan kisi-kisi soal secara lengkap. Sedangkan validasi tes wawancara/observasi denganbantuan teman sejawat/observer.

F.    Teknik Analisis DataDalam suatu penelitian, data yang dikumpulkan dapat berbentuk data kuantitatifdan data kualitatif. Analisis data dilakukan dengan  membandingkan  tingkat keterlibatan siswa selama proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah melaksanakan perbaikan.
Data kualitatif dianalisis melalui narasi dan paparan untuk mengetahui keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Data kuantitatif dianalisis dengan statistik sederhana untuk mengetahui tingkat keberhasilan. 
   
G.    Indikator KinerjaKriteria yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa adalah ketuntasan siswa dalam mempelajari materi. Dengan kriteria siswa dinyatakan tuntas belajar jika telah mencapai tingkat penguasaan materi 70% keatas. Kriteria yang digunakan untuk mengukur minat belajar siswa adalah keterlibatan siswa secara aktif apabila siswa memberikan respon pasitif terhadap penjelasan dan pertanyaan yang diajukan guru. Kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan perbaikan pembelajaran sebagai berikut:
  1. Proses perbaikan pembelajaran/peningkatan prestasi belajar siswa dinyatakanberhasil jika 75% dari jumlah siswa tuntas belajar.
  2. Proses perbaikan pembelajaran/peningkatan minat belajar siswa dinyatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa terlibat aktif selama proses pembelajaran.
H.    Prosedur PenelitianKegiatan penelitian ini diawali dengan persiapan/perencanaan. Pada tahap persiapan penulis menyusun perencanaan tindakan penelitian yaitu: 1) Permohonan ijin kepala sekolah untuk melakukan penelitian, 2) Menentukan waktu pelaksanaan penelitian, 3)menghubungi rekan guru untuk menjadi observer 4) Menyususn RPP. Perbaikan pembelajaran yang akan peneliti lakukan dalam 2 siklus pembelajaran. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan, 3) observasi, 4) refleksi.

1.    Siklus 1
a.    Tahap perencanaan tindakan.
Dalam tahap perencanaan tindakan kegiatan yang dilakukan peneliti sebagai berikut: a)Menentukan metode mengajar, b) mempersiapkan lembar observasi, c)mempersiapkan lembar kerja siswa, d) mempersiapkan lembar evaluasi.

b.    Tahap pelaksanaan tindakan.Siswa diberikan penjelasan tenteng tujuan penelitian tindakan kelas sesuai dengan rancangan yang telah direncanakan, baik mengenai pengumpulan data maupun kegiatan-kegiatan yang lain. Kegiatan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi: a) Memberikan penjelasan secara umum tentang pokok bahasan yang diajarkan dengan menggunakan metode kerja kelompok, b) Mendorong siswa yang belum aktif untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran, c)  Mengamati dan mencatat siswa yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran menggunakan lembar observasi, d)  Mengumpulkan hasil pengujian siswa yang diperoleh siswa dalam mengerjakan tugas, e) menganalisa hasil tes.

c.    Tahap observasi.Pada pelaksanaannya observasi selalu dilaksanakan oleh peneliti dan teman sejawat selaku observer. Observasi sebagai bentuk pengamatan terhadap isi tindakan, pelaksanaan tindakan, maupun akibat dari tindakan tersebut.

d.    Tahap refleksi.Pada tahap ini peneliti menganalisa kekurangan-kekurangan yang terjadi pada penelitian yang telah dilakukan guna menentukan langkah berikutnya.

2.    Siklus II
a.    Tahap perencanaan tindakan .

  • Mempersiapkan fasilitas dan sarana yaitu dengan membuat kelompok belajar siswa yang jumlah anggotanya lebih kecil.
  • Membuat pengurus baru pada masing-masing kelompok mencakup fasilisator, penulis, dan juru bicara.
  • Membuat bahan pelajaran yang akan disampaikan pada kelompok untuk didiskusikan
  • Membuat soal tes formatif yang akan dikerjakan oleh masing-masing siswa.
b.    Tahap pelaksanaan tindakan.
  • Peneliti memberikan penjelasan tentang pokok bahasan operasi hitung pecahan yang akan dipelajari serta menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan siswa untuk belajar bersama dalam kelompoknya.
  • Siswa yang telah menguasai materi pada siklus I dimohon memimpin teman kelompoknya membahas bahan ajar yang diberikan oleh peneliti bahan ajar yang diberikan oleh peneliti berisikan tugas tindaklanjut dari siklus I.
  • Memberi kesempatan pada masing-masing kelompok untuk melaporkan hasil kerja kelompok/diskusi.
  • Pembahasan hasil kerja kelompok.
  • Memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam materi hitung pecahan.
  • Menganalisa hasil tes siswa.
c.    Tahap observasi.Peneliti mencatat hasil-hasil yang diperoleh anak didik serta mencatat kesalahan-kesalahan yang dilakukan anak didik dalam proses pembelajaran baik dalam kerjake lompok maupun hasil tes.

d.    Tahap refleksi.Peneliti membuat inventarisasi tingkat kesulitan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan bahan ajar yang diberikan serta mendata siswa yang telah mampu menyelesaikan soal evaluasi dan mampu mendapatkan nilai di atas standar ketuntasan belajar.

Untuk contoh BAB II silahkan baca pada postingan sebelumnya.
Untuk contoh BAB IV silahkan baca postingan berikutnya.

Saturday, March 15, 2014

Contoh PTK Matematika Kelas VI tentang Pecahan BAB II Kajian Pustaka

Contoh Laporan PTK Matematika Kelas 6 BAB II Kajian Pustaka atau Tinjauan Pustaka atau Kajian Teori dengan judul PENGGUNAAN METODE KERJA KELOMPOK DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG OPERASI HITUNG PECAHAN PADA KELAS VI SEKOLAH DASAR.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Kajian Teori
1.    Hakekat Matematika
a.    Pengertian Matematika


Matematika adalah terjemahan dari kata mathematics, namun arti atau definisi yang tepat dari matematika tidak dapat diterapkan secara eksak (pasti) dan singkat. Matematika menurut KBBI adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. James dan James (1976) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam 3 bidang, yaitu: aljabar, analisis, dan geometri.

Johnson dan Rising (1972) mengatakan bahwa matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik. Reys dkk. (1984) mengatakan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Dari uraian di atas menurut Ruseffendi (1992: 27) disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan pada pengamatan atau observasi (induktif) tetapi generalisasi itu harus didasarkan pada pembuktian secara deduktif.

b.    Ruang Lingkup Matematika

KTSP, Depdikbud (2007: 51) menyebutkan bahwa bahan kajian inti matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek bilangan, geometri dan pengukuran, dan pengolahan data.
Salah satu materi bilangan adalah melakukan operasi hitung yang melibatakan berbagai bentuk pecahan. Menurut Buku Terampil Berhitung Matematika 6 penerbit Erlangga operasi hitung pecahan terdiri dari: 1) Menjumlahkan pecahan biasa dan campuran; 2) Menjumlahkan dan mengurangkan pecahan desimal; 3) Mengurangkan pecahan biasa dan campuran; 4) Mengalikan pecahan biasa dan campuran; 5) Mengalikan pecahan desimal; 6) Membagi pecahan biasa dan campuran; 7) Membagi pecahan desimal; 8) Hitung campuran.

c.    Hasil Belajar Matematika

Belajar merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005)  pengertian belajar dan perubahan perilaku dalam belajar menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Menurut Mohamad Surya (1997) belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Perubahan tingkah laku menurut Witherington (1952) meliputi  keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.  Perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu misalnya: minat, perhatian, kebiasaan, motivasi, usaha, dan sebagainya; dan faktor lingkungan sekolah, dan masyarakat. Berkaitan dengan hal di atas Sumadi Suryabrata (1981) memberikan ciri-ciri yang disebut belajar yaitu: 1) belajar adalah aktifitas yang menghsilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun potensial; 2) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

Dari beberapa pengertian di atas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku.  Dalam hal ini, Mohahad Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahaan perilaku, yaitu: 1) Perubahan yang didasari dan disengaja (intensial); 2) Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu); 3) Perubahanyang fungsional; 4) Perubahan yang bersifat positif; 5) Perubahan yang bersifat aktif; 6) Perubahan yang bersifat permanen; 7) Perubahan yang bertujuan dan terarah; 8) Peerubahan perilaku secara keseluruhan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari usaha belajar. Untuk mencapa hasil belajar siswa yang diharapkan maka perlu diperhatikan  beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar.  Faktor-faktor yang mempengaruhi hasi belajar menurut Slameto (2003: 54-72) mengatakan hasil belajar siswa dipengaruhi 2 faktor yaitu dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.

Faktor-faktor Internal/dari dalam diri siswa:
  1. Jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh)
  2. Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematngan, kesiapan)
  3. Kelelahan
Faktor Eksternal/dari luar diri siswa:
  1. Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan)
  2. Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswadan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah)
  3. Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat)
Menurut Correl dalam R. Angkowo dan A. Kososih (2007) bahwa hasil belajar dipengaruhi 5 faktor yaitu: 1) bakat belajar, 2) waktu yang tersedia untuk belajar, 3)kemampuan individu, 4) kualitas pengajaran, 5) lingkungan.

2.    Penggunaan Metode Kerja Kelompok
a.    Pengertian Kerja Kelompok


Metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai salah suatu kegiatan belajar mengajar di mana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.  Sebagai metode mengajar, kerja kelompok dapat dipakai untuk mencapai bermacam-macam tujuan pengajaran.  Pelaksanaannya tergantung pada beberapa faktor misalnya tujuan khusus yang akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di dalam kelas.

Menurut Suwarni, dkk UNS (1991: 69-70) metode kerja kelompok pada prnsipnya adalah bekerja dalam situasi kelompok.  Kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok.  Metode kerja kelompok ini muncul sebagai reaksi terhadap metode mengajar yang tradisional.  Dalam metode tradisional tersebut, sebagian besar waktu siswa hanya mendengar guru bercerita dan melakukan perintah guru.  Gurulah yang banyak melakukan kegiatan dan siswa menjadi penonton dan pendengar.  Yang dipentingkan dalam hal ini bahan pengajaran harus diingatoleh siswa.  Siswa harus memaksakan diri untuk menerima dan menghafalkan pelajaran, walaupun sebenarnya siswa tidak mengerti kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan metode keja kelompok ini, kegiatan belajar dialihkan kepada siswa.  Yang dipentingkan adalah perubahan tingkah laku siswa sebagai akibat dari belajar tersebut.  Siswalah yang harus dijadikan pusat proses belajar dengan memberi kesempatan yang sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk turut aktif mengolah bahan pelajaran tersebut sehingga menjadi milik mereka.

b.    Penggunaan Metode Kerja Kelompok

Penggunaan metode kerja keompok adalah mengajar dengan mengkondisikan siswa dalam suatu grup atau kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dilaksanakan dalam kelompok tersebut.

1)    Jenis Metode Kerja Kelompok
Menurut Suwarni, UNS (1991: 70) ada bermacam-macam metode kerja kelompok, yaitu metode diskusi, pemecahan masalah, metode proyek, karyawisata, dan bermain peranan.  Dilihat dari proses kerjanya kelompok dibedakan atas kelompok jangka pendek dan kelompok jangka panjang, karena ada tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok memerlukan waktu pendek ddan panjang.

2)    Pengelompokan Siswa
Dalam kelompok yang besar kurang kesempatan bagi siswa untuk mengemukakan pendapatnya mengenai suatu hal.  Dalam kelompok kecil siswa mempunyai kesempatan yang lebih banyak dan efektif.  Kelas sebagai suatu kelompok merupakan kelompok besar.  Apabila kelas dibagi dalam kelompok-kelompok yang kecil maka siswa-siswa memperoleh kesempatan mendapat tugas sesuai dengan minat, bakat, dan kesanggupan masing-masing. Pengelompokan siswa-siswa tergantung pada beberapa faktor seperti : tujuan yang akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta fasilitas yang tersedia.

3)    Dasar-dasar Pengelompokan Siswa
  • Berdasarkan tujuan untuk mendorong siswa berpartisipasi penuh dalam kelompok.  Kelas sebagai kelompok besar dapat dipecah menjadi beberapa kelompok.
  • Berdasarkan perbedaan individual dalam minat belajar. Pengelompokan berdasarkan minat siswa sehingga siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan minat masing-masing.
  • Berdasarkan perbedaan individual dalam kemampuan belajar.  Hal ini diperlukan terutama kalau komposisi keanggotaan kelompok sangat heterogen ditinjau dari sudut kecakapan.
  • Berdasarkan pembagian pekerjaan. Pengelompokan ini didasarkan pada luasnya masalah, serta membutuhkan waktu untuk memperoleh berbagai informasi yang dapat menunjang pemecahan persoalan. Untuk keperluan ini pokokpersoalan harus diuraikan dahulu menjadi beberapa aspek yang akan dibagikan kepada tiap kelompok (tiap kelompok menyelesaikan satu aspek persoalan).
  • Pengelompokan untuk bekerja sama secara efisien menuju ke suatu tujuan : langkah pertama adalah menjelaskan tujuan dari tugas yang harus dikerjakan siswa, kemudian membagi siswa menurut jenis dan sifat tugas, mengawasi jalannya kerja kelompok, dan menyimpulkan kemajuan kelompok.
  • Berdasarkan fasilitas yang tersedia.  Apabila fasilitas tidak sebanding yang membutuhkan maka kelompok dibagi menurut adanya fasilitas.
4)    Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Kerja Kelompok

Berhasil tidaknya kerja kelompok tergantung kepada faktor guru/pemimpin kelompok, kemampuan siswa, hubungan sosial siswa, motivasi kelompok, tingkat kesukaran tugas.

Faktor guru/pemimpinUntuk memperoleh hasil yang baik pemimpin kelompok haruslah: (1) Memberikan penertian yang jelas mengenai tujuan; (2) Pembagian kerja kepada setiap anggota secara adil; (3) Membagi tugas-tugas secara efisien sehingga anggota yang mempunyai kecakapan lebih dipercayakan melaksanakan tugas itu; (4) Membina kerja sama di antara anggota kelompok.

Faktor Kemampuan SiswaSiswa yang mempunyai kemampuan mengerti, melihat ke depan, membuat rencana diharapkan adanya usaha kerja yang lebih efisien.

Faktor Hubungan Sosial SiswaKalau hubungan kerjasama siswa baik saling menolong satu sama lain kerja kelompok diharapkan dapat berhasil.

Faktor Motivasi KelompokKelompok yang berkemauan keras atau bersemangat untuk memecahkan suatu masalah secara efektif akan berhasil lebih baik daripada kelompok yang tidak bersemangat.

Faktor Tingkat Kesukaran TugasBila tugas tidak terlalu banyak, kompleks, berjangka panjang, masalah tidak terlalu asing maka diharapkan kelompok akan lebih berhasil.

B.    Kerangka Berpikir


D.    Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan penggunaan metode kerja kelompok yang dilakukan dengan perlombaan antar kelompok akan meningkatkan hasil belajar matematika tentang operasi hitung pecahan siswa kelas VI Sekolah Dasar.

Untuk contoh BAB I nya, bisa dibaca pada postingan sebelumnya.
Untuk contoh BAB III, silahkan baca pada postingan selanjutnya.

PTK Matematika Pecahan Kelas VI BAB I Pendahuluan

Berikut ini contoh Bab I Pendahuluan PTK Matematika Kelas 6 tentang pecahan dengan judul PENGGUNAAN METODE KERJA KELOMPOK DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG OPERASI HITUNG PECAHAN PADA KELAS VI SEKOLAH DASAR

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.  Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika.  Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada peserta didik mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik mempunyai kemampuan berpikir logis, analis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.

Matematika bukanlah pelajaran yang sulit dan menakutkan, namun merupakan pelajaran yang menyenangkan. Membuat pelajaran matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan merupakan tugas guru sebagai pengelola kelas. Banyak cara yang bisa dilakukan agar matematika menjadi mata pelajaran yang mengasyikan dan menyenangkan. Salah satu di antaranya adalah menggunakan metode mengajar yang tepat.

Di samping itu guru sebagai pribadi juga harus menyenangkan. Guru yang menyenangkan adalah guru yang bijaksana, cara menerangkan pelajaran enak dan mudah dimengerti, sabar, pemaaf, jujur, teliti, disiplin, tidak menakutkan, tidak suka mencela, suka humor, dan mampu membangkitkan minat belajar.

Kurikulum KTSP, Depdikbud (2007: 92-93) menyebutkan mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan  matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Banyak orang menganggap bahwa mata pelajaran matematika menjadi tolok ukur kecerdasan anak. Kenyataannnya banyak yang enggan mempelajarinya  karena menganggap matematika pelajaran yang sulit. Padahal semakin dijauhi semakin pelajaran itu sulit. Beberapa siswa menganggap mata pelajaran matematika sebagai momok yang menakutkan.

Berkaitan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil pengamatan pada siswa kelas VI Sekolah Dasar selama pembelajaran matematika berlangsung penggunaan metode kerja kelompok belum bisa mengoptimalkan keaktifan siswa sehingga hasil belajar kurang memuaskan.  Hal ini bisa dilihat dari hasil ulangan yang telah dilaksanakan setelah Kompetensi Dasar Menentukan operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk pecahan selesai diajarkan.  Rata-rata ulangan siswa 5,17 dari 28 siswa, nilai yang tertinggi 90 hanya 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 80 ada 4 siswa, mendapat nilai 70 ada 3 siswa, dan yang mendapat nilai di bawah 60 ada 20 siswa, sedangkan nilai paling rendah 10 ada 2 siswa.  Perlu diketahui bahwa KKM untuk mata pelajaran matematika di sekolah kami 60.

Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar adalah dilaksanakannya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa aktif, baik fisik, mental maupun sosial.  Kenyataannya pembelajaran selama ini banyak mengalami masalah, diantaranya kurang keaktifan siswa dalam pemusatan perhatian siswa terhadap pembelajaran sehingga hasil belajar kurang memuaskan.

Melalui penggunaan metode kerja kelompok menggunakan kartu soal dengan diterapkannya perlombaan antar kelompok, siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun sosial.  Siswa antusias ingin memenangkan kelompoknya dengan menyelesaikan kartu soal sebanyak-banyaknya dengan jumlah nilai yang setinggi-tingginya.

Peneliti sebagai guru, selama melaksanakan pembelajaran matematika merasakan keterlibatan siswa dalam kerja kelompok masih belum optimal.   Hanya sebagian siswa yang aktif, yang lainnya diam dan kadang bercanda dengan teman sebelahnya.  Siswa belum tahu arti sebenarnya kerja kelompok, sehingga pembelajaran kurang menarik dan hasil dari pembelajaran kurang optimal.  Berdasarkan kekurangan itulah peneliti mengambil data dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

B.    Rumusan Masalah

  • Apakah penggunaan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika?
  • Apa faktor penentu keberhasilan metode kerja kelompok?
C.    Tujuan Penelitian
  • Tujuan Umum. Tujuan umum penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI Sekolah Dasar.
  • Tujuan Khusus. Adapun tujuan khusus penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk pecahan bagi siswa kelas VI Sekolah Dasar.
D.    Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoritis
  • Dengan penelitian ini guru dapat mengetahui strategi yang tepat agar dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa.
  • Dengan penelitian ini guru mendapatkan pengetahuan baru tentang cara meningkatkan hasil belajar matematika melalui metode kerja kelompok bagi siswa Sekolah Dasar.
  • Sebagai dasar penelitian selanjutnya.
2.    Manfaat Praktis
  • Manfaat bagi siswa: dapat meningkatkan aktivitas baik secara fisik, mental, maupun sosial melalui kerja kelompok sehingga memperoleh hasil yang memuaskan.
  • Bagi guru: dapat mengetahui strategi yang tepat untuk meningkatkan aktivitas siswa melalui metode kerja kelompok dalam pembelajaran matematika.
  • Manfaat bagi sekolah: dapat meningkatkan mutu sekolah dan memberikan pengalaman baru serta masukan bagi guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam upaya peningkatan aktivitas sswa dengan melaksanakan metode kerja kelompok dalam pembelajaran matematika.
Untuk contoh BAB II silahkan baca pada postingan selanjutnya.
Untuk contoh Abstraknya silahkan baca pada postingan sebelumnya

Friday, March 14, 2014

Abstrak PTK Matematika Kelas VI Pecahan

Berikut ini contoh Abstrak laporan PTK Matematika Kelas VI tentang pecahan dengan judul Penggunaan Metode Kerja Kelompok dalam Peningkatan Hasil Belajar MatematikaTentang Operasi Hitung Pecahan di Kelas VI Sekolah Dasar Tahun Pelajaran 2013/2014.

Contoh ABSTRAK PTK Matematika Kelas VI

Mahasiswa, NIM 123456789. Judul: Penggunaan Metode Kerja Kelompok dalam Peningkatan Hasil Belajar MatematikaTentang Operasi Hitung Pecahan di Kelas VI Sekolah Dasar Tahun Pelajaran 2013/2014.

Metode kerja kelompok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan siswa dalam suatu grup atau kelompok sebagai suatu kesatuan dan diberikan tugas untuk dilaksanakan dalam kelompok tersebut.  Metode kerja kelompok terdiri dari metode diskusi, pemecahan masalah, metode proyek, karyawisata, dan permainan peranan/simulasi.

Tujuan penelitian ini untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika dan untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang materi operasi hitung pecahan pada siswa kelas VI Sekolah Dasar Tahun Pelajaran 2013/2014.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).  Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Rancangan penelitian perbaikan dilaksanakan 2 siklus tindakan, masing-masing siklus dilaksanakan dalam proses berdaur yang terdiri dari empat tahap yaitu : a) melakukan perencanaan, b) melakukan tindakan, c) mengamati, d) melakukan refleksi.

Setelah diadakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode kerja kelompok, keaktifan siswa dan minat belajar siswa bertambah sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Kata Kunci: Matematika, Hasil Belajar, Pecahan, Kerja Kelompok.

Judul PTK Matematika Kelas VI Pecahan

PENGGUNAAN METODE KERJA KELOMPOK DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG OPERASI HITUNG PECAHAN DI KELAS VI SD

Laporan ini Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK4501) Program Studi S1 PGSD FKIP Universitas

Oleh :
Mahasiswa
NIM 1234567890

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN TAHUN 2014

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Laporan ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501) program studi S1 PGSD FKIP Universitas

Nama Mahasiswa       : Mahasiswa
NIM                            : 1234567890
Program Studi            : S1 PGSD
Pokjar                         : Kecamatan
Tempat Mengajar       : Sekolah Dasar
Mata Pelajaran           : Matematika
Kelas/Semester          : VI (enam)/2 (dua)
Waktu Pelaksanaan    : - Siklus I  : tanggal, 10 dan 17 Maret 2014
                                     - Siklus II : tanggal, 24 dan 26 Maret 2014

Masalah yang menjadi fokus perbaikan dan penelitian adalah:
  1. Apakah penggunaan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika?
  2. Apa faktor penentu keberhasilanmetode kerja kelompok?
Kabupaten, 17 April  2014

              Supervisor,                                                   Mahasiswa


Dosen Pembimbing, S.Pd, M.M.Pd.                          Mahasiswa
NOMOR ID Dosen: 1234567890                          NIM 1234567890

Contoh Motto PTK
HALAMAN MOTTO

Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh SWT.
(Q.S. Yusuf : 87)

Dan janganalah kamu merasa lemah dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang beriman
 (Q.S. Ali Imron : 139)

Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
(Q.S. Al An’am : 162).

Anda tidak perlu menjadi bermacam-macam. Anda hanya perlu menjadi diri sendiri.
(Dr. Robert Anthony)

Kesuksesan diukur bukan berdasarkan posisi yang telah diraih dalam kehidupan, tetapi dengan hambatan yang telah dilewati saat mencoba untuk berhasil.
(Booker T. Washington)

Janganlah kita menunda sampai besok atau lusa, apa yang dapat kita lakukan hari ini.
(Rahmat Kurniawan)

Contoh PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada :
  1. Kedua orang tua tercinta yang telah membiayai dan memotivasi serta selalu mendo’akan ananda untuk menyelesaikan laporan ini.
  2. Suami tercinta, terimakasih atas kesetiaannya.
  3. Anak-anakku tersayang.
  4. Kepala Sekolah dan guru-guru Sekolah Dasar.
  5. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi motivasi.
Contoh KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Alloh SWT, karena dengan Ridho-NYa penyusunan laporan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penggunaan Metode Kerja Kelompokdalam Peningkatan Hasil Belajar MatematikaTentang Operasi Hitung Pecahandi Kelas VI Sekolah Dasar” ini dapat terselasaikan tanpa ada halangan suatu apapun.

Penulisan laporan penelitian tindakan kelas ini merupakan syarat untuk melengkapi tugas mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK4501). Pemantapan Kemampuan Profesional sebagai salah satu mata kuliah yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa S1 PGSD.  Mata kuliah ini membekali mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan mengajar secara profesional melalui berbagai kegiatan dalammenemukan dan mengatasi masalah pembelajaran yang dikelolanya melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penyusunan laporan penelitian tindakan kelas ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.  Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
  1. Bapak Kepala UPT, S.Pd, selaku Kepala UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan;
  2. Bapak Dosen Pembimbing, S.Pd, M.M.Pd, selaku dosen pembimbing dalam penulisan laporan ini;
  3. Bapak Kepala Sekolah, S.Pd.I, selaku Kepala Sekolah Dasar;
  4. Rekan-rekan guru Sekolah Dasar yang telah memberi dorongan dan dukungan selama pelaksanan Penelitian Tindakan kelas ini;
  5. Siswa-siswi kelas VI Sekolah Dasar;
  6. Ibu/Bapak Guru, S.Pd. SD yang telah membantu dalam proses pengumpulan data;
  7. Keluarga tercinta, terima kasih atas dukungannya; dan,
  8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.  Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca yang budiman demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran di Sekolah Dasar.

Kabupaten, Maret 2014

Penulis

Thursday, March 13, 2014

Pengertian Media Pembelajaran Menurut Ahli

Media pembelajaran sangat penting dalam mendukung keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelasnya. Berikut ini Pengertian Media Pembelajaran Menurut para Ahli:

Pengertian Media Pembelajaran menurut Encyclopedia Webster Dictionary dalam Sri Anitah:

Media  berasal  dari  bahasa  Latin  “medium”  adalah  sesuatu yang terletak di tengah (antara dua kutub atau antara dua pihak);  atau suatu alat. Menurut  Encyclopedia  Webster Dictionary (1960),  media  adalah  segala sesuatu yang terletak di tengah dalam letak jenjang, atau alat apa saja yang digunakan sebagai perantara atau penghubung dua pihak atau dua hal. Oleh karena itu media pembelajaran diartikan sebagai alat penghubung dalam keperluan komunikasi instruksional (dalam Sri Anitah, dkk, 1991:7).

Pengertian Media Pembelajaran menurut Romiszowski dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti:

Romiszowski (dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 1991:8) berpendapat bahwa “Media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (dapat berupa orang/benda) kepada penerima pesan.”  Penerima pesan dalam pembelajaran adalah siswa. Media (pembawa pesan) berinteraksi dengan siswa melalui bimbingan guru secara mandiri menggunakan indera, sehingga siswa dirangsang untuk menerima pesan menggunakan inderanya.


Pengertian Media Pembelajaran menurut Bringgs dalam Sri Anitah:

Pendapat lain dari Bringgs (1977), bahwa “Media pada hakekatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pengajaran.” (dalam Sri Anitah, dkk, 1991:7). Dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa media berupa alat untuk melengkapi penyajian materi pembelajaran.

Pengertian Media Pembelajaran menurut Gagne dan Reiser dalam Johar Permana dan Mulyani Sumantri:

Gagne dan Reiser (dalam Johar Permana dan Mulyani Sumantri, 2001:152)    mendefinisikan   media   pengajaran  sebagai  alat-alat fisik dimana pesan-pesan instruksional dikomunikasikan. Dalam hal ini media sangat berperan dalam komunikasi untuk menyampaikan pesan atau materi pembelajaran.


Pengertian Media Pembelajaran menurut Gerlach & Ely:

Definisi dari Gerlach & Ely (1980), media adalah grafik, fotografik, elektronik atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses dan menjelaskan informasi lisan atau visual. Media yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

Pengertian Media Pembelajaran menurut Johar Permana dan Mulyani Sumantri:

Menurut Johar Permana dan Mulyani Sumantri (2001:153) “Media pengajaran adalah segala alat pengajaran yang digunakan guru sebagai perantara untuk menyampaikan bahan-bahan instruksional dalam proses belajar mengajar  sehingga  memudahkan pencapaian tujuan pengajaran tersebut”

Pengertian Media Pembelajaran menurut Sri Anitah:

Menurut Sri Anitah, dkk, (1991:7) media dalam arti luas adalah setiap orang, bahan atau alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk menerima pengetahuan keterampilan dan sikap.

Daftar Pustaka Pengertian Media Pembelajaran:

Anitah, Sri. Dra. dkk. Media Pengajaran. Surakarta: FKIP UNS, 1991.

Romiszowski, A.J. (1984). Designing Instructional System, Decision in Course Planning and Cuniculum Design. New York: Kogan Page London/Nichols Publ.

Sumantri M. Dan Syaodih, N 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sunday, March 9, 2014

Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan PTK

BAB I PENDAHULUAN

Rata-rata nilai ulangan harian yang diperoleh siswa kelas III SD Negeri Tambaharjo Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen pada topik penggolongan tumbuhan berdasarkan biji dan daunnya hanya 55 dan hanya 54% siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 60. Berdasarkan refleksi yang dilakukan Bapak Guru Rinoto, teridentifikasi masalah bahwa 1) siswa kelas III SD Negeri Tambaharjo kurang dapat menjelaskan konsep penggolongan tumbuhan berdasarkan biji dan daunnya; dan 2) siswa pada kelas tersebut kurang memperhatikan penjelasan guru.

Dari hasil identifikasi masalah tersebut, Bapak Rinoto melakukan analisis masalah. Diperoleh kemungkinan penyebab permasalahan di atas muncul adalah sebagai berikut:
  1. Guru tidak memberikan contoh nyata dari tumbuhan tersebut tetapi hanya melalui gambar.
  2. Saat memberikan materi, guru hanya menggunakan metode ceramah.
  3. Guru menggunakan media yang berupa gambar tumbuhan, tetapi memiliki warna yang kurang menarik bagi siswa.
Berdasarkan analisis masalah, maka Bapak Rinoto mengusulkan alternatif pemecahan masalah atau tindakan perbaikan yang dilakukan adalah menggunakan metode yang bervariasi pada saat pembelajaran tentang konsep penggolongan tumbuhan dengan menggunakan contoh daun dan biji sebenarnya untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan kualitas pembelajaran SD Negeri Tambaharjo kelas III.

Dengan memperhatikan penjelasan tersebut maka rumusan masalah penelitiannya adalah "Bagaimana menerapkan metode yang bervariasi dalam pembelajaran tentang konsep penggolongan tumbuhan dengan menggunakan contoh daun dan biji sebenarnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran SD Negeri Tambaharjo Kelas III?"

Cara Menentukan Masalah Fokus PTK

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai dari tahap perencanaan. Untuk dapat merencanakan PTK, guru harus menentukan masalah yang akan menjadi fokus penelitian. Penentuan fokus dapat dilakukan guru melalui studi pendahuluan dengan melakukan kegiatan berikut:
  1. Identifikasi masalah, yaitu menentukan masalah yang akan diatasi yang dilakukan melaui refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil refleksi guru dapat mengetahui kekurangan yang perlu diperbaiki ataupun kekuatan yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
  2. Analisis masalah, yaitu mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya masalah yang akan dijadikan dasar dalam merumuskan dan menentukan alternatif tindakan perbaikan. Analisis masalah dapat dilakukan guru dengan mengingat kembali peristiwa yang menimbulkan masalah, berdialog dengan siswa, dan melihat ulang hasil kerja siswa.
  3. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah, yaitu mengidentifikasi berbagai alternatif tindakan yang mungkin dan menentukan prioritas alternatif yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yangh dihadapi.
  4. Merumuskan masalah, yaitu merumuskan masalah yang akan diatasi melalui penelitian. Rumusan masalah ini dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Setiap guru pasti memiliki permasalahan dalam pembelajaran yang dilakukan sehari-hari di kelasnya, jadi untuk menentukan sebuah masalah yang akan diangkat sebagai bahan penelitian sebenarnya sangatlah mudah, hanya tinggal memilih masalah mana yang mungkin bisa diatasi dengan penelitian sebagai fokusnya.

Mengapa Guru Harus Melakukan PTK?

PTK adalah proses penelitian sistematis yang dilakukan guru atau orang lain dalam lingkungan pembelajaran untuk memperoleh informasi tentang bagaimana guru mengajardan siswa belajar serta melakukan tindakan untuk memperbaikinya (Mills, 2000).

Mills, G.e. 2000. Action Research. A Guide for the Teacher Researcher. Columbus: Merrill, An Imprint of Prentice Hall.

PTK adalah proses penelitian yang sistematis dan terencana melalui tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri.

Schmuck, R.A. 1997. Practical Action Research for Change. Arlington Height: Skylight Professional Development.

PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru sehingga kualitas pembelajaran menjadi lebih meningkat.

Guru perlu melakukan penelitian tindakan kelas karena beberapa alasan berikut ini (Wardani, dkk, 2005):
  1. Guru mempunyai otonomi untuk menilai sendiri kinerjanya.
  2. Temuan berbagai penelitian pembelajaran yang dilakukan oleh para peneliti sering sukar diterapkan untuk memperbaiki pembelajaran.
  3. Guru adalah orang yang paling akrab dan paling mengetahui kelasnya.
  4. Interaksi guru-siswa berlangsung secara unik.
  5. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat pengembangan mempersyaratkan guru untuk mampu melakukan PTK di kelasnya.

Wardani, IG.A.K. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.



Dengan melakukan PTK, guru memperoleh banyak manfaat. Menurut Wardani, dkk, (2005) manfaat PTK bagi guru antara lain:
  1. membantu guru memperbaiki pembelajaran,
  2. membantu guru berkembang secara profesional,
  3. meningkatkan rasa percaya diri guru, serta
  4. memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
Wardani, IG.A.K., Julaeha, S., & Marsinah, N. 2005. Buku Materi Pokok: Pemantapan Kemampuan Profesional (Panduan). Jakarta: Universitas Terbuka.
 
Keterbatasan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah:
  1. kesahihan atau validitasnya yang masih sering disangsikan,
  2. tidak dapat melakukan generalisasi karena sampel sangat terbatas, serta
  3. peran guru yang sekaligus bertindak sebagai pengajar dan peneliti sering membuat guru menjadi sangat repot.

Wardani, IG.A.K., Julaeha, S., & Marsinah, N. 2013. Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Thursday, March 6, 2014

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT PTK MATEMATIKA KELAS III TOPIK UANG

Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu syarat tugas akhir perkuliahan yang sangat penting dan harus dijaga mutu dan keabsahannya, untuk itu diperlukan lembar penyataan bebas plagiat. Berikut ini contoh LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT PTK MATEMATIKA KELAS III TOPIK UANG.

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan praktek Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang saya susun sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah PKP pada Program Studi S1 PGSD Universitas Terbuka (UT) seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan PKP yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan PKP ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi, termasuk pencabutan gelar akademik yang saya sandang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Nama Kota, Bulan Tahun
Yang membuat pernyataan,

Meterai 6.000,-

Nama Mahasiswa
NIM. 1234567890

Demikian LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT PTK MATEMATIKA KELAS III TOPIK UANG, semoga bermanfaat.

Tuesday, February 25, 2014

Contoh Kerangka Berpikir Metode Demonstrasi

Sebuah laporan PTK akan terlihat sistematis dan runtut jika penyusunannya dilakukan dengan berpedoman pada kerangka berpikir penelitian. Kerangka Berpikir dalam sebuah laporan PTK biasanya terletak pada BAB II setelah kajian pustaka. Berikut ini salah satu Contoh Kerangka Berpikir Metode Demonstrasi yang bisa kita jadikan referensi untuk penyususnan laporan PTK.


Gambar Bagan Kerangka Berpikir Metode Demonstrasi

KERANGKA BERPIKIR

Penggunaan metode ceramah pada pembelajaran studi awal menyebabkan siswa kurang aktif sehingga hasil belajar siswa rendah. Metode ceramah menyebabkan pembelajaran bersifat abstrak dan sulit dipahami oleh siswa sekolah dasar terutama kelas rendah yang masih dalam tahap berpikir konkret.

Perbaikan pembelajaran siklus I guru menggunakan metode demonstrasi. Penggunaan metode demonstrasi dan penerapan pembelajaran kelompok besar dapat meningkatkan hasil belajar siswa, namun peningkatan yang terjadi belum seperti yang diharapkan.

Perbaikan pembelajaran siklus II guru menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran yang berlangsung secara kelompok dan penggunaan media konkret dengan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Proses pembelajaran di sekolah dasar sangat dipengaruhi oleh pemilihan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan. Kurang tepatnya metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dapat berakibat fatal pada pencapaian tujuan pembelajaran.

Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dalam proses pembelajaran. Setiap metode pembelajaran, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda dalam membentuk pengalaman belajar siswa, tetapi satu dengan lainnya saling menunjang (Winataputra, 2005: 4.12).

Jenis-Jenis Metode Pembelajaran
Pembelajaran yang dilakukan guru di kelas tidak luput dari penggunaan metode pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Jenis-jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran antara lain metode ceramah, metode diskusi, metode simulasi, metode demonstrasi, dan metode eksperiman.

Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu (Winataputra, 2005: 4.17).

Karakteristik Metode Demonstrasi
Karakteristik metode demonstrasi dalam pembelajaran dapat dilihat sebagai berikut:
  1. Mempertunjukkan objek yang sebenarnya;
  2. Ada proses peniruan;
  3. Ada alat bantu yang digunakan;
  4. Memerlukan tempat yang strategis yang memungkinkan seluruh siswa aktif;
  5. Dapat guru atau siswa yang melakukannya.
Pengalaman Belajar Metode Demonstrasi

Pengalaman belajar yang diperoleh siswa dengan penggunaan metode demonstrasi menurut Winataputra adalah:
  1. Mengamati sesuatu pada objek sebenarnya;
  2. Berpikir sistematis;
  3. Pemahaman terhadap proses sesuatu;
  4. Menerapkan sesuatu cara secara proses;
  5. Menganalisis kegiatan secara proses.
Kelebihan Metode Demonstrasi
  1. Siswa dapat memahami sesuai objek sebenarnya;
  2. Dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa;
  3. Siswa dibiasakan untuk bekerja secara sistematis;
  4. Siswa daapt mengamati sesuatu secara proses;
  5. Siswa dapat mengetahui hubungan structural atau urutan objek;
  6. Siswa dapat membandingkan pada beberapa objek.
Kelemahan Metode Demonstrasi
  1. Dapat menimbulkan berpikir konkret saja;
  2. Bila jumlah siswa banyak, efektivitas demonstrasi sulit dicapai;
  3. Bergantung pada alat bantu;
  4. Bila tidak sistematis, demonstrasi tidak berhasil;
  5. Banyak siswa yang kurang berani.

Wednesday, February 19, 2014

Contoh Daftar Pustaka PTK Kelas I Bahasa Indonesia

Hal terpenting dalam laporan PTK adalah Daftar Pustaka, berikut ini contoh Daftar Pustaka PTK dengan judul penggunaan metode SAS Bahasa Indonesia Kelas I

DAFTAR PUSTAKA

Badudu dan Zain . (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Daliman, dkk. (1996). Metode Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru

Darmiyati Zuchdidan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Kelas Rendah. Yogyakarta : PAS.

Djago Tarigan dkk. 2005. Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Kelas Rendah. Jakarta : Universitas Terbuka.

Hasbullah, Kasihani. 1998. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Houston, W.R. Clift, R.T, Freiberg, H.J, Warner, A.R. (1988). Touch the Future Teach, St Paul: West Publishing Co.

http://nizland.wordpress.com/2007/11/24/membaca/, 22 April 2011.

http://en-us.www.mozilla.com/en-US/firefox/central/), 22 April 2011.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar/Madrasah Ibdidaiyah. 2007/2008. Kebumen: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen.

Pembelajaran (PTK). Purwokerto: Universitas Terbuka.

Purwanto, M. Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosdakarya.

Ristasa, Rusna & H. Prayitno. 2006. Panduan Penulisan Laporan Perbaikan.

St. Y. Slamet dan Amir. 1996. Pendidikan Bahasa Dan Sastra Di Kelas Rendah. Surakarta : FKIP UNS.

Suharsimi Arikunto. 2002. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang : DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.

Sumantri, Mulyani dan Johar Permana. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana.

Tarmizi Ramadhan's. 2008. Metode Peinbelajaran Membaca Permulaan. Diakses dari http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/02/penerapan_metode_pembelajaran_membaca_permulaaan/ Pada tanggal 21 April 2011.

Udin S. Winata Putra, dkk. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wardhani, I.G.A.K. dkk. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tuesday, February 18, 2014

PTK Kelas I Bahasa Indonesia BAB V

Berikut ini contoh PTK Kelas I Bahasa Indonesia BAB V dengan judul tentang penggunaan metode SAS di Kelas I mata pelajaran Bahasa Indonesia

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan


Berdasarkan pembahasan belajar menulis permulaan melalui metode SAS pada siswa kelas I SD dapat disimpulkan bahwa “penggunaan metode SAS dalam pembelajaran Aktif dapat meningkatkan hasil belajar membaca dan menulis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas I SD ... Tahun Pelajaran ...”.

B.    SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran membaca dan menulis pennulaan, adapun saran-saran dapat diuraikan sebagai berikut:
1.    Bagi Guru/Peneliti
a.    Guru SD hendaknya menggunakan metode SAS dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan di kelas I.
b.    Pada saat mengajar guru harus menunjukkan sikap sebagai seorang guru yang simpatik, dan berwibawa yaitu siap administrasi dan siap materi serta menggunakan metode yang tepat.
c.    Dalam mengajarkan membaca dan menulis permulaan di kelas I SD guru menggunakan huruf cetak khususnya huruf kecil.
d.    Untuk meningkatkan profesionalisme, seorang guru harus meningkatkan dan meperbaiki pembelajaran guna mewujudkan cita-cita.
2.    Bagi Siswa
a.    Siswa harus aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui peragaan, pengamatan, dan latihan untuk dapat meningkatkan hasil belajarnya.
b.    Siswa hendaknya berani dalam bertanya, mengemukakan pendapat, atau menanggapi pendapat siswa lain dalam proses diskusi kelompok.
c.    Siswa harus selalu melatih keterampilan mengamati agar hasil belajarnya bisa meningkat.
3.    Bagi Sekolah
a.    Sekolah harus menyediakan sarana dan prasarana misalnya alat peraga dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b.    Sekolah harus memberikan kesempatan kepada guru seluas-luasnya untuk mengembangkan kreatifitasnya dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan peningkatan profesionalisme guru.
c.    KKG/MGMP yang telah lama ada agar diberdayakan lagi, kegiatan lesson study juga merupakan tempat yang sangat baik guna meningkatkan kemampuan guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran.

D.    Tindak Lanjut
Hasil dari penelitian ini akan ditindaklanjuti dengan meminimalkan pengulangan pembelajaran. Hasil penelitian akan diujicobakan pada materi atau mata pelajaran lain.
Hasil penelitian akan disampaikan kepada teman seprofesi dalam acara KKG atau MGMP tingkat gugus dan Kecamatan.

Contoh PTK Bahasa Indonesia BAB IV Kelas I

Contoh PTK Bahasa Indonesia BAB IV Kelas I dengan judul tentang penggunaan metode SAS untuk peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa.

BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A.    Pelaksanaan Penelitian
1.    Siklus I
Hasil tes awal mata pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi dasar memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak, siswa yang tuntas ada 5 dari 13 siswa,  maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Sebelum pelaksanaan perbaikan pembelajaran guru membuat rencana tindakan atau yang sering disebut rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPPP).
a.    Perencanaan
Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan tanggal bulan tahun dan pertemuan kedua tanggal bulan tahun.
Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I pertemuan I menggunakan metode SAS. Sebelum melaksanakan tindakan perbaikan, peneliti memeriksa kembali Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP) yang telah disusun, sambil mencermati kembali setiap tujuan yang telah direncanakan.
Peneliti memeriksa semua media dan sarana lainnya yang akan digunakan, seperti teks bacaan “Kehujanan”, gambar suasana hujan, lembar kerja siswa, lembar observasi, lembar evaluasi, dan lain-lain.
Peneliti mempelajari langkah-langkah penggunaan metode SAS supaya dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan sesuai urutan yang benar. Setelah diyakini benar bahwa metode akan dapat bermanfaat bagi anak. Memeriksa kembali urutan yang telah dirancang, atau skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan mulai dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir.
Peneliti memikirkan hal-hal yang mungkin dapat mengganggu pembelajaran, seperti: keributan ketika peragaan berlangsung, pembentukan kelompok yang tidak sesuai dengan keinginan anak, pertanyaan yang tidak dijawab oleh anak, atau ada anak yang tidak tertarik pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Kemudian peneliti berusaha untuk merencanakan/merancang cara mengantisipasinya dan mampu memberikan suatu solusi yang tepat kepada siswa, sehingga apa yang telah diberikan tidak menghambat proses perbaikan yang sedang dilaksanakan.
Memeriksa kembali kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul data, seperti lembar observasi, yang sudah disepakati bersama dengan teman sejawat selaku observer.
Meyakini fungsi dan alat penilaian sebagai upaya untuk mendapatkan hasil evaluasi sesuai dengan tujuan perbaikan pembelajaran, sehingga instrumen yang dibuat sesuai dengan kajian teori yang ada dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Kegiatan terakhir, kembali meyakinkan bahwa teman sejawat yang sebagai pengamat akan membantu terlaksananya perbaikan pembelajaran dan sudah siap di kelas waktu pembelajaran akan dimulai, sehingga akan dapat diikuti dari pembukaan sampai Penutup.
b.    Tindakan
Pertemuan I
1)    Kegiatan Awal
Tindakan penelitian siklus I pertemuan pertaman dilaksanakan pada hari Senin tanggal bulan tahun. Kegiatan awal dilaksanakan selama 10 menit.
Peneliti masuk kelas mengucapkan salam, setelah mengucapkan salam, kemudian berdo`a, mengabsen, memberi acuan dan apersepsi, “Siapa yang pernah kehujanan?”
Peneliti menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu melalui pengamatan gambar siswa dapat membaca lancar beberapa kalimat sederhana dengan intonasi yang benar, menuliskan kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan benar.
2)    Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilaksanakan selama 40 menit, siswa dan peneliti bersama-sama menyayikan lagu “Tik-Tik Bunyi Hujan.”

Tik-tik-tik
Bunyi hujan di atas genting
Airnya turun tidak terkira
Cobalah tengok dahan dan ranting
Lading dan kebun basah semua

Peneliti dan siswa bertanya jawab tenang isi lagu yang telah dinyanyikan bersama, peneliti menjelaskan kalimat lagu tersebut menggunakan metode SAS.

                    Tik-tik-tik                   
                tik        Tik        tik               
    t    i    k        t    i    k        t    i    k   
                tik        Tik        tik               
                    Tik-tik-tik                   
                                               
Bunyi hujan
bunyi                hujan
bu    nyi                hu    jan
b    u    n    y    i                h    u    j    a    n
bu    nyi                hu    jan
bunyi                hujan
Bunyi hujan
                                               
Peneliti menjelaskan cara membaca dengan memberikan contoh menggunakan metode SAS, berupa pemenggalan kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf. Dengan memahami huruf secara optimal siswa dapat merangkaikan huruf tersebut menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat, dan pada akhirnya akan memudahkan siswa dalam meningkatkan kelancaran membaca dan menulis.
Peneliti membagikan lembar kerja siswa berupa gambar kegiatan siswa, siswa ditugaskan untuk mengerjakan lembar kerja secara individual.
Selama siswa mengerjakan lembar kerja, teman sejawat melakukan pengamatan terhadap keaktifan siswa, proses pembelajaran, dan kegiatan peneliti untuk mengetahui penyebab permasalahan rendahnya hasil belajar siswa.
Setelah selesai mengerjakan lembar kerja, siswa melaporkan hasil kerja di depan kelas bergantian, siswa yang lain memberikan tanggapan. Siswa mengumpulkan lembar kerja untuk diberi nilai.
Siswa dengan bimbingan peneliti menyimpulkan pelajaran, siswa merangkum dan mencatat di buku tulis masing-masing.
3)    Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir perbaikan pembelajaran dilaksanakan selama 20 menit. Siswa dengan bimbingan peneliti menyimpulkan hasil pengamatan dan merangkum materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Peneliti membacakan kembali hasil diskusi siswa dan menegaskan materi yang telah dipelajari, memberikan tugas rumah kepada siswa.
Peneliti mengakhiri perbaikan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Pertemuan II
1)    Kegiatan Awal
Tindakan penelitian siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal bulan tahun. Kegiatan awal dilaksanakan selama 10 menit.
Peneliti masuk kelas mengucapkan salam, setelah mengucapkan salam, kemudian berdo`a, mengabsen, memberi acuan dan apersepsi, “pertanda apakah Langit mendung itu?”
Peneliti menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu melalui pengamatan gambar siswa dapat membaca lancar beberapa kalimat sederhana dengan intonasi yang benar, menuliskan kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan benar.
2)    Kegiatan Inti
Kegiatan inti siklus I pertemuan II dilaksanakan selama 40 menit. Siswa dan peneliti bersama-sama membaca teks bacaan berikut ini:
KEHUJANAN
Langit mendung hujan akan turun
Wandi segera keluar dari kelas
Yudi menyusulnya
Wandi dan Yudi pulang bersama
Mereka berjalan cepat
Mereka takut kehujanan
Ternyata hujan turun
Mereka belum sampai ke rumah
Tubuh mereka basah kuyup
Keesokan harinya Yudi tidak sekolah Yudi sakit
Wandi menjenguknya sepulang sekolah
Yudi amat bahagia
Wandi berkata, “Semoga kamu lekas sembuh.”
Setelah siswa terfokus pada pembelajaran, langkah berikutnya yang dilakukan peneliti yaitu membagi lembar kerja siswa, untuk dikerjakan secara individu.
Selama siswa mengerjakan lembar kerja, peneliti bergerak dari meja satu ke meja lain untuk melakukan bimbingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan. Peneliti juga membagi buku sumber belajar kepada setiap siswa.
Setelah selesai mengerjakan lembar kerja, beberapa siswa mempresentasikan hasil kerja, siswa lain menanggapi, sementara observer mengamati keterlibatan siswa dan mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran, sedangkan peneliti hanya sebagai fasilitator.
Peneliti memberikan kesempatan bertanya kepada siswa untuk menanyakan hal yang belum jelas. Peneliti dan siswa menganalisa hasil kerja yang diteruskan dengan pengambilan kesimpulan
3)    Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dilaksanakan selama 20 menit. Peneliti membacakan kembali hasil diskusi kelompok dan menegaskan materi, membimbing siswa merangkum materi yang telah dipelajari.
Siswa mengerjakan tes formatif untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diterimanya, kemudian dilanjutkan dengan penilaian dan tindak lanjut.
Peneliti mengakhiri perbaikan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
c.    Pengamatan
Selama pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran berlangsung, observer melaksanakan tugas mengobservasi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, proses perbaikan pembelajaran, dan kegiatan yang dilakukan peneliti selama melaksanakan perbaikan.
Beberapa siswa ada yang sudah dengan lancar dapat membaca dan menulis, akan tetapi masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis.
Mereka pada umumnya belum paham terhadap huruf, sehingga kesulitan untuk membaca.
d.    Refleksi
Aktivitas siswa pada pelaksanaan siklus I menunjukkan bahwa siswa cukup antusias dalam mengikuti pelajaran, tetapi masih terdapat beberapa siswa yang kurang memperhatikan, cenderung bermain sendiri dan mengganggu teman yang lain. Oleh karena itu, perlu diupayakan bentuk kegiatan yang dapat mencegah timbulnya hal-hal negatif tersebut, misalnya siswa diberi tugas lain yang bersifat pengayaan.
Kurang aktifnya siswa dalam kelompok, belum maksimalnya motivasi belajar guru kepada siswa dapat diketahui melalui pembagian angket kepada semua siswa dengan hasil 5 siswa menyatakan “Ya” berarti membantu mempermudah, 8 siswa menyatakan “Tidak” dan minimnya buku sumber siswa merupakan faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa.
Hasil pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran pada tes awal adalah 3 siswa (23%) tuntas, sedangkan 10 siswa (77%) belum tuntas. Dengan demikian pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus ini belum berhasil, maka harus dilakukan perbaikan pembelajaran siklus II.
Berdasarkan fakta tersebut, peneliti dan observer sepakat melakukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Hasil tes dan catatan observer dianalisis untuk selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam merancang tindakan perbaikan  siklus II. Tidak seperti pada siklus II yang pembelajarannya dilaksanakan secara klasikal, maka siklus II nanti akan dilaksanakan secara kelompok yang terdiri dari 3 kelompok.
2.    Siklus II
Hasil yang dicapai dalam pelaksanaan tindakan perbaikan siklus I, menjadi acuan tindakan perbaikan pada siklus II yang akan dilaksanakan dengan lebih serius. Hambatan-hambatan yang mungkin muncul pada siklus I, akan diatasi dalam tindakan perbaikan siklus II ini. Hal ini dimaksudkan agar perubahan perilaku relatif tetap, Sebab  pada hakekatnya, untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang (Purwanto, 1997: 85). Itu berarti, apabila hanya dengan satu kali tindakan perbaikan telah berhasil meningkatkan prestasi dan minat belajar siswa, pada dasarnya belum memenuhi kriteria “relatif mantap” serta “akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang”.
Untuk memenuhi harapan itu, dilaksanakan tindakan perbaikan siklus II dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.    Perencanaan
Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan tanggal bulan tahun dan pertemuan kedua tanggal bulan tahun. Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I pertemuan II menggunakan metode SAS. Peneliti dan pengamat memfokuskan perencanaan perbaikan pada optimalisasi kerja siswa pada saat melakukan diskusi secara kelompok.
Pada siklus II ini peneliti membuat lembar pengamatan siswa dan mempersiapkan lembar kerja siswa (LKS) yang lebih sempurna dengan dilengkapi perintah yang jelas. Peneliti juga menyiapkan beberapa alat bantu/peraga seperti gambar-gambar kegiatan siswa untuk diamati siswa.
Peneliti memeriksa kembali RPPP yang telah disusun, sambil mencermati kembali setiap butir-perbutir tujuan yang telah direncanakan dengan penyempurnaan-penyempurnaan.
Menambah media dan sarana lainnya yang akan digunakan, apakah sudah benar-benar tersedia lengkap baik jumlah dan kondisi serta jumlah lebih banyak lebih baik. Memeriksa kembali urutan yang telah dirancang, atau skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan mulai dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir.
Peneliti memikirkan hal-hal yang mungkian dapat mengganggu pembelajaran, seperti: keributan ketika, pembentukan kelompok dan pelaksanaan diskusi, atau pertanyaan yang tidak dijawab oleh anak. Kemudian peneliti mencoba merencana/merancang berbagai cara untuk mengantisipasi. Apabila hal tersebut benar-benar terjadi segera dapat diatasi. Memeriksa kembali kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul data, seperti lembar observasi, yang sudah disepakati bersama dengan teman sejawat selaku observer.
Kegiatan terakhir, meyakinkan bahwa teman sejawat yang sebagai pengamat akan membantu telah siap dan sudah menyiapkan diri di kelas ketika perbaikan pembelajaran akan dimulai.
Perbaikan pembelajaran pada siklus kedua dilaksanakan dua kali pertemuan, masing-masing pertemuan waktu yang butuhkan adalah 2 x 35 menit.
b.    Tindakan
Pertemuan I
1)    Kegiatan Awal
Kegiatan awal dilaksanakan selama 10 menit. Sebagaimana peneliti laksanakan pada kegiatan awal tindakan perbaikan pembelajaran siklus pertama, Peneliti masuk ke kelas mengucap salam, berdoa bersama, mengabsen, memberi acuan dan apersepsi.
Pada kegiatan awal tindakan perbaikan pembelajaran siklus kedua inipun, sebelum memasuki kegiatan inti, peneliti terlebih dahulu menciptakan situasi kelas yang kondusif bagi berlangsungnya pembelajaran. Peneliti juga mengingatkan kembali pembelajaran siklus pertama, serta membangkitkan motivasi agar siswa aktif selama pembelajaran berlangsung.
2)    Kegiatan Inti
Kegiatan inti pada pertemuan I ini dilaksanakan selama 40 menit. Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa pada perbaikan siklus kedua, peneliti membagi siswa menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 4 siswa kemudian dilanjutkan membagikan lembar kerja.
Pada perbaikan siklus kedua ini, peneliti menginginkan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sebagaimana terjadi pada siklus pertama, tidak lagi terulang.
Peneliti terus mendampingi secara bergiliran kelompok-kelompok yang sedang menyelesaikan tugas. Peneliti berharap agar perbaikan pembelajaran pada siklus kedua ini bisa mencapai tingkat keberhasilan yang signifikan.
Selama siswa mengerjakan lembar kerja, peneliti bergerak dari satu kelompok ke kelompok lain untuk melakukan bimbingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan. Peneliti juga membagi buku sumber belajar kepada setiap siswa.
Setelah selesai mengerjakan lembar kerja, beberapa siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok, siswa lain menanggapi, sementara observer mengamati keterlibatan siswa dan mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran, sedangkan peneliti hanya sebagai fasilitator
Mengakhiri kegiatan inti tindakan perbaikan pembelajaran siklus kedua pertemuan I ini, peneliti memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menanyakan, membimbing siswa untuk menyimpulkan materi.
3)    Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pertemuan I siklus II dilaksanakan selama 20 menit. Peneliti membacakan kembali hasil kesimpulan diskusi kelompok dan menegaskan materi perbaikan pembelajaran. Peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah secara individu. Kegiatan akhir diakhiri dengan memberi motivasi kepada siswa untuk tetap bersemangat dalam pembelajaran-pembelajaran mendatang, peneliti mengakhiri perbaikan pembelajaran dengan salam.

Pertemuan II
1)    Kegiatan Awal
Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal bulan tahun. Kegiatan awal dilaksanakan selama 10 menit. Sebagaimana peneliti laksanakan pada kegiatan awal tindakan perbaikan pembelajaran pertemuan pertama siklus II lalu, peneliti masuk ke kelas mengucap salam, berdoa bersama, mengabsen, memberi acuan dan apersepsi.
Pada kegiatan awal tindakan perbaikan pembelajaran siklus kedua inipun, sebelum memasuki kegiatan inti, peneliti terlebih dahulu menciptakan situasi kelas yang kondusif bagi berlangsungnya pembelajaran.
Peneliti juga mengingatkan kembali pembelajaran pertemuan I, serta membangkitkan motivasi agar selalu terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
Peneliti menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu melalui pengamatan gambar siswa dapat membaca lancar beberapa kalimat sederhana dengan intonasi yang benar, menuliskan kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan benar.
2)    Kegiatan Inti
Kegiatan inti pada pertemuan II ini dilaksanakan selama 40 menit. Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa pada perbaikan siklus kedua, peneliti membagi siswa menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 4 siswa kemudian dilanjutkan membagikan lembar kerja.
Pada perbaikan siklus kedua ini, peneliti menginginkan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sebagaimana terjadi pada pertemuan I, tidak lagi terulang.
Peneliti terus mendampingi secara bergiliran kelompok-kelompok yang sedang menyelesaikan tugas. Peneliti berharap agar perbaikan pembelajaran pada siklus kedua ini bisa mencapai tingkat keberhasilan yang signifikan.
Selama siswa mengerjakan lembar kerja, peneliti bergerak dari satu kelompok ke kelompok lain untuk melakukan bimbingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan. Peneliti juga membagi buku sumber belajar kepada setiap siswa.
Setelah selesai mengerjakan lembar kerja, beberapa siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok, siswa lain menanggapi, sementara observer mengamati keterlibatan siswa dan mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran, sedangkan peneliti hanya sebagai fasilitator
Mengakhiri kegiatan inti tindakan perbaikan pembelajaran siklus kedua pertemuan I ini, peneliti memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menanyakan, membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
3)    Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pertemuan II siklus II dilaksanakan selama 20 menit. Peneliti membacakan kembali hasil kesimpulan diskusi kelompok dan menegaskan materi perbaikan pembelajaran. Peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan tes formatif.
Peneliti bersama siswa mengoreksi hasil tes formatif, peneliti memberikan penilaian dan tindak lanjut serta mengumpulkan hasil tes formatif siswa.
Kegiatan akhir diakhiri dengan memberi motivasi kepada siswa untuk tetap bersemangat dalam pembelajaran-pembelajaran mendatang, peneliti mengakhiri perbaikan pembelajaran dengan salam.
c.    Pengamatan
Untuk mencatat minat siswa terhadap pembelajaran siswa serta tindakan peneliti dalam melaksanakan tindakan perbaikan, selama proses pembelajaran berlangsung diadakan observasi yang dilakukan oleh observer.
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer menunjukkan adanya peningkatan partisipasi aktif siswa, jika dibanding dengan siklus I.
Peneliti membimbing siswa maupun kelompok yang kurang aktif, mengingatkan siswa yang bermain sendiri atau yang hanya diam saja. Hasil siklus II terjadi peningkatan dari 5 siswa (38%) yang tuntas menjadi 9 siswa (62%), sisanya 4 siswa (31%) belum tuntas.
d.    Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan nilai hasil tes formatif serta hasil observasi, yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam merancang  tindakan perbaikan pembelajaran siklus III.
Hasil pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II adalah 9 siswa (69%) tuntas, sedangkan 4 siswa (31%) belum tuntas. Dengan demikian pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus ini belum berhasil, maka harus dilakukan perbaikan pembelajaran siklus III. Peneliti akan merubah kelompok dari 3 kelompok menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 3 anak, diharapkan dengan kelompok kecil, siswa akan lebih aktif mengikuti pembelajaran yang akhirnya hasil belajar akan meningkat.

3.    Siklus III
Siklus III akan dilaksanakan dalam dua pertemuan yaitu pertemuan I tanggal bulan tahun dan pertemuan II tanggal bulan tahun. Hasil belajar harus memenuhi dua kriteria, yaitu mencapai tahap relatif mantap, dan mencapai tahap pengertian (insight). Hal tersebut  sesuai dengan teori belajar menurut psykhologi Gestalt yang menjelaskan bahwa,  “Belajar bukan hanya sekedar merupakan proses asosiasi antara stimulus-respon yang makin lama makin kuat karena adanya latihan-latihan atau ulangan-ulangan; belajar terjadi jika ada pengertian (insight)” (Purwanto, 1997: 101).
Tindakan perbaikan siklus I dan II telah meningkatkan prestasi dan minat belajar siswa, akan tetapi belum mencapai tingkat seperti yang telah dipersyaratkan dalam indikator keberhasilan pembelajaran, peneliti tetap berharap pada tindakan perbaikan pembelajaran siklus III, yang diharapkan dapat berhasil mengantarkan siswa pada tahap pengertian (insight).
Tahap-tahap pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran siklus III adalah sebagai berikut:
a.    Perencanaan
Siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pertemuan I dilaksanakan pada hari Senin tanggal bulan tahun dan pertemuan II tanggal bulan tahun. Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus III pertemuan II menggunakan metode SAS. Pada siklus III ini peneliti menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan perbaikan pembelajaran, seperti rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPPP), lembar kerja siswa, lembar pengamatan siswa, lembar kerja siswa, buku-buku sumber, dan alat peraga. Fokus perbaikan pembelajaran siklus III pada peningkatan keterampilan siswa dalam membaca dan menulis.
Metode yang digunakan dalam perbaikan pembelajaran siklus III ini masih tetap metode SAS. Tidak seperti pada siklus II, pada siklus III ini siswa dibagi menjadi 4 kelompok kecil yang tiap kelompok terdiri dari 3 siswa, diharapkan dengan jumlah anggota kelompok yang sedikit keaktifan siswa meningkat dan pada akhirnya hasil belajar meningkat.
b.    Tindakan
Pertemuan I
1)    Kegiatan Awal
Pelaksanaan tindakan perbaikan siklus III pertemuan I pada tanggal bulan tahun. Kegiatan dilaksanakan selama 10 menit, yang dilakukan adalah memperbaiki kekurangan siklus II.
Seperti halnya telah dilakukan dalam dua kegiatan awal saat melakukan tindakan siklus pertama dan kedua, dalam kegiatan awal siklus ketiga inipun peneliti menciptakan suasana kelas yang kondusif bagi proses pembelajaran.
Peneliti mengucap salam, berdo’a, mengabsen, melakukan acuan dan apersepsi.
Peneliti menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu melalui pengamatan gambar siswa dapat membaca lancar beberapa kalimat sederhana dengan intonasi yang benar, menuliskan kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan benar.
2)    Kegiatan Inti
Kegiatan inti pada pertemuan I ini dilaksanakan selama 40 menit. Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa menirukan peneliti membaca teks berikut ini:

Anak Berbudi

Pukul enam dimas mandi
Dimas kemudian makan pagi
Dimas siap berangka sekolah
Diams pamit pada ayah dan ibu
Di sekolah Dimas pada bu guru
Dimas belajar dengan tekun
Di rumah Dimas patuh pada ayah dan ibu
Peneliti dan siswa bertanya jawab tenang isi teks yang telah dibaca bersama, peneliti menjelaskan kalimat teks tersebut menggunakan metode SAS.

                anak berbudi               
anak        berbudi
a    nak        ber    bu    di
    a    n    a    k        b    e    r    b    u    d    i
a    nak        ber    bu    di
anak        berbudi
anak berbudi

Peneliti menjelaskan cara membaca dengan memberikan contoh menggunakan metode SAS, berupa pemenggalan kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf. Dengan memahami huruf secara optimal siswa dapat merangkaikan huruf tersebut menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat, dan pada akhirnya akan memudahkan siswa dalam meningkatkan kelancaran membaca dan menulis.
Pada perbaikan siklus III, peneliti membagi siswa menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 3 siswa. Peneliti membagikan lembar kerja siswa berupa gambar kegiatan siswa, siswa ditugaskan untuk mengerjakan lembar kerja secara kelompok.
Selama siswa mengerjakan lembar kerja, teman sejawat melakukan pengamatan terhadap keaktifan siswa, proses pembelajaran, dan kegiatan peneliti untuk mengetahui penyebab permasalahan rendahnya hasil belajar siswa.
Setelah selesai mengerjakan lembar kerja, kelompok melaporkan hasil kerja di depan kelas bergantian, kelompok yang lain memberikan tanggapan. Siswa mengumpulkan lembar kerja untuk diberi nilai.
Siswa dengan bimbingan peneliti menyimpulkan pelajaran, siswa merangkum dan mencatat di buku tulis masing-masing.
3)    Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pertemuan II siklus III dilaksanakan selama 20 menit. Peneliti membacakan kembali hasil kesimpulan diskusi kelompok dan menegaskan materi perbaikan pembelajaran. Peneliti memberikan tugas rumah kepada siswa untuk dikerjakan secara individu.
Kegiatan akhir diakhiri dengan memberi motivasi kepada siswa untuk tetap bersemangat dalam pembelajaran-pembelajaran mendatang, peneliti mengakhiri perbaikan pembelajaran dengan salam.

Pertemuan II
1)    Kegiatan Awal
Pelaksanaan tindakan perbaikan siklus III pertemuan II pada tanggal bulan tahun. Kegiatan dilaksanakan selama 10 menit, yang dilakukan adalah memperbaiki kekurangan pertemuan I.
Seperti halnya telah dilakukan dalam pertemuan I, dalam kegiatan awal pertemuan II inipun peneliti menciptakan suasana kelas yang kondusif bagi proses pembelajaran.
Peneliti mengucap salam, berdo’a, mengabsen, melakukan acuan dan apersepsi. Peneliti menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu melalui pengamatan gambar siswa dapat membaca lancar beberapa kalimat sederhana dengan intonasi yang benar, menuliskan kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan benar.
2)    Kegiatan Inti
Kegiatan inti pada pertemuan I ini dilaksanakan selama 40 menit. Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa menirukan peneliti membaca teks berikut ini:

Anak Berbudi

Pukul enam dimas mandi
Dimas kemudian makan pagi
Dimas siap berangka sekolah
Diams pamit pada ayah dan ibu
Di sekolah Dimas pada bu guru
Dimas belajar dengan tekun
Di rumah Dimas patuh pada ayah dan ibu

Peneliti dan siswa bertanya jawab tenang isi teks yang telah dibaca bersama, peneliti menjelaskan kalimat teks tersebut menggunakan metode SAS.

                dimas belajar               
dimas        belajar
di    mas        be    la    jar
d    i    m    a    s        b    e    l    a    j    a    r
di    mas        be    la    jar
dimas        belajar
dimas belajar

Peneliti menjelaskan cara membaca dengan memberikan contoh menggunakan metode SAS, berupa pemenggalan kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf. Dengan memahami huruf secara optimal siswa dapat merangkaikan huruf tersebut menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat, dan pada akhirnya akan memudahkan siswa dalam meningkatkan kelancaran membaca dan menulis.
Pada perbaikan siklus III pertemuan II, peneliti membagi siswa menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 3 siswa. Peneliti membagikan lembar kerja siswa berupa gambar kegiatan siswa, siswa ditugaskan untuk mengerjakan lembar kerja secara kelompok.
Selama siswa mengerjakan lembar kerja, teman sejawat melakukan pengamatan terhadap keaktifan siswa, proses pembelajaran, dan kegiatan peneliti untuk mengetahui penyebab permasalahan rendahnya hasil belajar siswa.
Pada perbaikan siklus III ini, peneliti menginginkan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sebagaimana terjadi pada siklus II, tidak lagi terulang.
Peneliti terus mendampingi secara bergiliran kelompok-kelompok yang sedang menyelesaikan tugas. Peneliti berharap agar perbaikan pembelajaran pada siklus III ini bisa mencapai tingkat keberhasilan yang signifikan.
Selama siswa mengerjakan lembar kerja, peneliti bergerak dari satu kelompok ke kelompok lain untuk melakukan bimbingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan. Peneliti juga membagi buku sumber belajar kepada setiap siswa.
Setelah selesai mengerjakan lembar kerja, kelompok melaporkan hasil kerja di depan kelas bergantian, kelompok yang lain memberikan tanggapan. Siswa mengumpulkan lembar kerja untuk diberi nilai.
Siswa dengan bimbingan peneliti menyimpulkan pelajaran, siswa merangkum dan mencatat di buku tulis masing-masing.
 
3)    Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pertemuan II siklus III dilaksanakan selama 20 menit. Peneliti membacakan kembali hasil kesimpulan diskusi kelompok dan menegaskan materi perbaikan pembelajaran. Peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan tes formatif.
Peneliti bersama siswa mengoreksi hasil tes formatif, peneliti memberikan penilaian dan tindak lanjut serta mengumpulkan hasil tes formatif siswa.
Kegiatan akhir diakhiri dengan memberi motivasi kepada siswa untuk tetap bersemangat dalam pembelajaran-pembelajaran mendatang, tindakan perbaikan siklus ketiga diakhiri dengan memberi motivasi agar siswa semakin giat belajar, peneliti mengakhiri perbaikan pembelajaran dengan salam.
c.    Pengamatan
Selama tindakan perbaikan pembelajaran siklus ketiga berlangsung, diadakan observasi yang bertujuan untuk mencatat minat siswa serta aktivitas guru (peneliti) yang berkaitan dengan pembelajaran.
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer pada setiap siklus ternyata selalu mengalami peningkatan ketuntasan belajar. Demikian halnya, dari siklus II ke siklus III, juga mengalami peningkatan dari 9 siswa menjadi 13 siswa yang tuntas. Ini berarti dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 31%.
d.    Refleksi
Hasil diskusi antara peneliti dan observer diperoleh data observasi sebagai berikut:
1)    Pembelajaran berlangsung dengan sangat kondusif dan interaktif. Siswa tampak lebih senang belajar. Hal tersebut tampak dari hasil angket, yaitu 13 siswa (100%) menjawab “Ya”.
2)    Berdasarkan hasil tes formatif, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 13 anak 100%.
3)    Hasil pengamatan observer tentang motivasi siswa menunjukkan peningkatan menjadi 100%.
Hasil tindakan perbaikan pembelajaran siklus III menunjukkan prosentase ketuntasan belajar yang memuaskan, yaitu 100%, untuk itu pelaksanaan tindakan perbaikan dihentikan pada siklus III.

B.    Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan bentuk Classroom Action Research atau Penelitian Tindakan Kelas dengan strategi siklus. Penelitian dilaksanakan langsung di dalam kelas, yaitu pada saat proses perbaikan pembelajaran.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas I semester 2 yang dilaksanakan dalam tiga siklus menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa.
    Hasil penelitian dapat ditunjukkan dengan data hasil tes formatif dan hasil perbaikan pembelajaran yang optimal dari siswa kelas I SD.
1.    Siklus I
a.    Perencanaan
Hasil yang diperoleh dari perencanaan adalah membuat Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP) beserta skenario tindakannya, mempersiapkan seperangkat instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data, mempersiapkan lembar data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS), lembar evaluasi (tes formatif), dan lembar analisis.
b.    Tindakan
Data yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan penelitian berupa rekapitulasi nilai tes formatif pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 4.1 Nilai Tes Formatif Siklus I

Dari tabel di atas dapat diterangkan bahwa pada tes awal nilai rata-rata 47 setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 56. Jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar pada tes awal 3 anak (23%) pada siklus I menjadi 5 anak (38%). Terjadi kenaikan sebesar 15%.
Gambar 4.1 Grafik Ketuntasan Belajar Siklus I (dalam persen)
c.    Pengamatan
Pada tahap pengamatan, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.2    Peningkatan Motivasi Siswa Siklus I

Dari tabel tersebut diperoleh keterangan bahwa pada siklus, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi dalam belajar sebanyak 6 siswa atau 46%. Sedangkan yang tidak ada peningkatan 7 siswa atau 54%. Dari studi awal ke siklus I, keaktifan belajar siswa naik 46%.
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Motivasi Siswa Siklus I
Penggunaan metode SAS mempermudah siswa dalam membaca dan menulis. Pernyataan siswa melalui angket pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3  Hasil Angket Siswa Siklus I

Dari tabel di atas diperoleh keterangan bahwa pada studi awal, belum dilakukan pengamatan (0). Pada siklus I, siswa yang benar-benar telah menunjukkan kemudahan belajar sebanyak 7 siswa (54%). Siswa yang menyatakan tidak ada pengaruhnya 6 anak (46%).

d.    Refleksi
Dari 13 siswa yang berhasil diminta komentarnya, 10 anak menyatakan sangat membantu, 3 anak menyatakan tidak memilih, untuk itu peneliti pertemuan siklus berikutnya diperjelas kembali tentang cara-cara penggunaan metode SAS secara tepat.
Dari 13 siswa, terjadi peningkatan motivasi dalam belajar 6 siswa (46%). Berdasarkan analisis data nilai tes formatif, 5 siswa (39%) dari 13 siswa telah tuntas. Kesimpulan sementara dari hasil tindakan yang telah dilakukan menunjukkan peningkatan.

2.    Siklus II
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II merupakan penyempurnaan perbaikan siklus I.
Alternatif pemecahan masalah dilakukan dengan mengoptimalkan media, seperti menambah kartu huruf, kartu kata, dan gambar-gambar yang dipergunakan dalam perbaikan pembelajaran, sehingga pembelajaran aktif semakin terasa lebih baik. Data hasil pelaksanaan, angket, pengamatan, dan refleksi, menunjukkan adanya peningkatan.
a.    Perencanaan
Membuat Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP) beserta skenario tindakannya.
Seperangkat instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data.
Lembar data pendukung oembelajaran berupa lembar evaluasi dan analisis.
b.    Tindakan
Pada tahap pelaksanaan perbaikan pembelajaran, data diperoleh berupa rekapitulasi nilai tes formatif pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 4.4   Nilai Tes Formatif Siklus II

dan seterusnya

3.    Siklus III
Tindakan siklus III sama berupa perbaikan terhadap masalah yang muncul pada siklus II, yaitu pemberian penjelasan tentang cara membaca dan menulis serta memberi tugas pada siswa.
Siswa yang masih mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis diberikan penjelasan lagi sampai siswa paham. Penggunaan kartu kata dan gambar-gambar lebih diperbanyak dalam siklus ini. Siswa membaca kalimat sesuai dengan metode SAS. Siswa juga diberikan kesempatan bertanya dan kegiatan akhir adalah evaluasi.
Tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus III diharapkan dapat memperoleh peningkatan yang sangat berarti.Hal ini diilustrasikan dari data hasil perencanaan, pelaksanaan, angket, pengamatan, dan refleksi.

a.    Perencanaan
Membuat Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP) beserta skenario tindakannya.
Mempersiapkan seperangkat instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data.
Mempersiapkan lembar data pendukung pembelajaran berupa lembar evaluasi.
Mempersiapkan lembar analisis.

b.    Tindakan
Pada tahap pelaksanaan perbaikan pembelajaran, data diperoleh berupa rekapitulasi nilai tes formatif pembelajaran, dan grafik laporan perkembangan perbaikan pembalajaran Bahasa Indonesia siklus ke III. Adapun penyajian lebih rincinya sebagai berikut:

Tabel 4.7  Nilai Tes Formatif Siklus III

C.    Pembahasan
Setelah diadakan pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) selama tiga siklus maka dapat diperoleh data yang sangat menggembirakan, baik ketuntasan belajar siswa maupun keaktifan belajar siswa.
Dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran penelitian tindakan kelas (PTK) selama 3 siklus, diketahui bahwa kemampuan siswa kelas I Sekolah Dasar dalam peningkatan kelancaran membaca dan menulis dengan menggunakan metode SAS mengalami peningkatan yang sangat baik.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I diperoleh hasil tingkat keberhasilan siswa sebesar 39%, pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II diperoleh hasil tingkat keberhasilan siswa sebesar 69 %, dan pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus III diperoleh hasil tingkat keberhasilan siswa sebesar 100%.
Data tersebut di atas dapat dilihat melalui rekapitulasi niali tes formatif, grafik ketuntasan, rekapitulasi peningkatan motivasi siswa, grafik pengembangan motivasi siswa, rekapitulasi hasil angket siswa, dan grafik hasil angket siswa dari siklus I sampai dengan siklus III sebagai berikut:
Tabel 4.10  Rekapitulasi Nilai Tes Formatif dari Siklus I samapai dengan Siklus III.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada siklus II nilai rata-rata 74, setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 92. Dari 13 anak, sebanyak 11 anak mengalami kenaikan nilai prestasi belajarnya (85%). Jumlah siswa yang telah tuntas belajar pada siklus II adalah 9 anak (69 %), pada siklus III naik menjadi 13 anak (100%).
Gambar 4.10  Grafik Ketuntasan Belajar Siklus I-III (dalam persen)

Pada tahap pengamatan, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.11 Rekapitulasi Peningkatan Motivasi Siswa Siklus 1-III

Dari tabel di atas diperoleh keterangan pada siklus I, II, dan III siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi dalam belajar sebanyak 6 siswa (46%), 9 siswa (69%), dan 100 siswa (100%) dari 13 siswa. Dari studi awal ke siklus III, keaktifan belajar siswa naik 100%.
Gambar 4.11 Grafik Perkembangan Motivasi Siswa Siklus I-III

Penggunaan metode SAS membantu mempermudah siswa dalam membaca dan menulis. Pernyataan siswa melalui angket pada siklus III adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Angket Siswa Siklus I-III

    Dari tabel di atas diperoleh keterangan bahwa pada siklus I, II, dan III siswa yang benar-benar telah menunjukkan kemudahan belajar sebanyak 7 siswa (54%), 10 siswa (77%), dan 13 siswa (100%) dari 13 siswa. Dari studi awal ke siklus III, keaktifan belajar siswa naik 100%.
Gambar 4.12 Grafik Perkembangan Angket Siswa Siklus I-III

Dari 13 siswa yang berhasil diminta komentarnya, seluruhnya menyatakan bahwa penggunaan metode SAS sangat membantu mempermudah belajar membaca dan menulis, untuk itu penelitian dihentikan pada siklus III. Prosentase peningkatan motivasi belajar siswa pada siklus III telah mencapai 100%. Berdasarkan analisis data nilai tes formatif, seluruh siswa (100%) telah mencapai ketuntasan belajar.
Dari hasil tindakan siklus I sampai dengan siklus III selalu mengalami peningkatan.
Pada tindakan I, siswa mengerjakan soal evaluasi dengan nilai rata-rata kelasnya 56. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas I SD Negeri Tambaharjo masih kurang lancar dalam membaca dan menulis khususnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
Pada tindakan II, siswa dilibatkan dalam membuat kalimat dan menuliskannya di papan tulis dan menggunakan media berupa kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat. Hasilnya cukup memuaskan karena nilai rata-rata kelasnya mencapai 71.
Pada tindakan III, siswa juga dilibatkan dalam membuat kalimat dan menuliskannya di papan tulis, penggunaan kartu kata, kartu kalimat dan gambar lebih diperbanyak. Hasilnya menunjukkan peningkatan yang berarti dengan nilai rata-rata kelas yaitu  92.
Dalam kegiatan belajar mengajar siswa lebih aktif dan lebih tertarik untuk melakukan aktivitas yang telah direncanakan. Dengan bantuan media, siswa tidak merasa bosan, siswa juga berani bertanya bila mengalami kesulitan.