BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
- Deskripsi per Siklus
1.
Siklus I
a.
Perencanaan
Data yang diperoleh dalam perencanaan pelaksanaan perbaikan pembelajaran
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini berupa Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP)
yang di dalamnya tercakup komponen skenario pembelajaran yang akan
diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Peneliti juga memperoleh seperangkat instrumen yang akan digunakan untuk
pengumpulan data, berupa lembar pengamatan tingkat keaktifan siswa, angket
siswa, dan daftar nilai tes formatif pada akhir siklus perbaikan pembelajaran.
Data pendukung pembelajaran lainnya berupa lembar kerja siswa (LKS),
lembar evaluasi, alat peraga, dan gambar-gambar.
b.
Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran siklus I ini
diperoleh data nilai tes formatif siswa sebagai pengukur tingkat keberhasilan
pembelajaran dan ketuntasan belajar siswa pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran
yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.1 Nilai Tes Formatif Siklus I
c.
Pengamatan
Pada tahap pengamatan,
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.2 Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus I
Gambar 4.2 Grafik
Keaktifan Siswa Siklus
I
d.
Refleksi
Berdasarkan
analisis data nilai tes formatif tindakan
perbaikan pembelajaran siklus I diperoleh data bahwa 17 siswa (70,83%) dari 24 siswa telah tuntas,
berarti masih ada 7 siswa (29,17%) yang belum tuntas.
Nilai
rata-rata kelas pada tes awal 61,67. Pada siklus I
nilai rata-rata kelas mencapai 71,67,
berarti mengalami kenaikan sebesar 10 poin.
Keaktifan
siswa dari tes awal ke siklus I mengalami peningkatan dari 10 anak (41,67%) menjadi 17 anak
(70,83%).
Kesimpulan sementara dari
hasil tindakan yang telah dilakukan menunjukkan peningkatan, tetapi belum mencapai tingkatan
yang diharapkan sesuai indikator keberhasilan, untuk itu perlu dilaksanakan
siklus II.
2.
Siklus II
a.
Perencanaan
Data yang diperoleh dari perencanaan perbaikan pembelajaran siklus II
berupa Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang di dalamnya tercakup komponen
skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan di dalam proses perbaikan
pembelajaran pada siklus II dalam dua kali pertemuan, seperangkat instrumen
yang akan digunakan untuk pengumpulan
data, dan data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS) dan
lembar tes formatif.
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus II ini merupakan
penyempurnaan dari RPP siklus I yang diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II ini.
b.
Tindakan
Pada tahap tindakan perbaikan pembelajaran siklus II ini diperoleh data
berupa nilai tes formatif siswa sebagai berikut:
Tabel 4.3 Nilai Tes Formatif Siklus II
Gambar 4.3. Grafik Ketuntasan Siklus I1 (dalam persen)
c.
Pengamatan
Pada tahap pengamatan,
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.4 Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus II
Gambar 4.4 Grafik
Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus II
d.
Refleksi
Berdasarkan
data nilai tes formatif
pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II, seluruh siswa yaitu 24 anak (100%) yang
terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan telah mencapai ketuntasan.
Nilai
rata-rata kelas pada siklus I
71,67. Pada siklus II nilai
rata-rata kelas mencapai 81,67,
itu berarti mengalami peningkatan 10 poin.
Keaktifan
siswa dari pelaksanaan tindakan
perbaikan pembelajaran siklus I ke siklus II mengalami peningkatan yang
signifikan, yaitu mencapai 93,06%, siswa terlihat antusias mengikuti proses
pembelajaran.
Kesimpulan hasil tindakan perbaikan
pembelajaran siklus II yang telah
dilakukan menunjukkan peningkatan yang sangat baik, hasil belajar siswa
menunjukkan tingkat ketuntasan maksimal, yaitu 100%, untuk itu pelaksanaan
perbaikan pembelajaran dihentikan pada siklus II.
- Pembahasan Hasil Penelitian
Pada tahap studi awal pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) kompetensi dasar mendeskripsikan hasil pengamatan
tentang mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan diperoleh hasil
yang rendah. Hal ini terbukti bahwa data perolehan nilai tindakan perbaikan
pembelajaran studi awal dari jumlah 24 siswa, baru 10 siswa (41,67%) yang
memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), berarti masih ada
14 siswa (58,33%) yang belum tuntas.
Nilai rata-rata kelas menunjukkan angka 61,67, dan hasil ketuntasan
klasikal baru mencapai angka 55,56%. Hal ini terlihat seperti pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.7 Hasil Tes
Formatif Studi Awal
Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan karena 1) kurangnya
perhatian siswa dalam proses pembelajaran, 2) kurangnya keterlibatan siswa
dalam pembelajaran, 3) kurangnya kesempatan siswa dalam bertanya, dan 4)
rendahnya tingkat penguasaan materi yang baru dipelajari.
Tabel 4.8 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Siklus I
Gambar 4.7 Grafik Perkembangan Ketuntasan
Siklus I (dlm persen)
Dari tabel dan grafik di atas dapat dijelaskan bahwa pada studi awal nilai rata-rata kelas 61,67 setelah dalakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 71,67.
Pada studi awal 10 anak (41,67%) tuntas belajar pada siklus I naik menjadi 17 anak (70,83%). Kenaikannya sebanyak 7 anak (29,17%).
Alternatif pemecahan masalah untuk mengawasi rendahnya pemahaman siswa
terhadap konsep mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan dan rendahnya
kesungguhan belajar siswa dengan menggunakan alat peraga kongkret dalam
pembelajaran di kelas V SD ..........................., Kecamatan ...........................,
Kabupaten ..........................., ternyata memberikan kenaikan hasil
belajar dan keaktifan belajar signifikan jika dibandingkan dengan studi
sebelumnya.
Berkat intervensi ini ada kenaikan ketuntasan belajar sebesar 29,16%.
Kenaikan nilai rata-rata sebesar 10 poin dan kenaikan keaktifan belajar siswa
sebesar 29,16%. Intervensi yang dilakukan dengan mengimplementasikan metode
inkuiri dalam pembelajaran ternyata menimbulkan ketertarikan bagi siswa,
sehingga berimplikasi pada kesungguhan belajar. Ternyata berkolerasi positif
dengan peningkatan hasil belajar siswa.
Kehadiran alat peraga dalam pembelajaran telah mampu mempermudah siswa
dalam belajar. Hal ini seperti tercantum dalam Encyclopedia of Educational
Research (dalam Oemar Hamalik, 2004:6) media memiliki manfaat di antaranya;
meletakkan dasar berfikir kongkret, memberikan pengalaman nyata dan menumbuhkan
pemikiran yang kontinyu, yang membuat pembelajaran lebih mantap. Di samping
itu, model juga dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa dan
juga keterbatasan indera, ruang, dan waktu (Oemar Hamalik, 2004:16-19).
Pada tahap pelaksanaan perbaikan siklus II diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 4.9 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Siklus II
Gambar 4.9. Grafik Perkembangan Ketuntasan
Siklus I1 (dalam persen)
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada siklus I nilai
rata-rata kelas 71,67 setelah
dalakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 81,67. Siswa yang telah mencapai ketuntasan
belajar pada siklus I adalah 17 anak (70,83%) dan
pada siklus II menjadi 24 anak (100%). Kenaikan ketuntasan belajar siswa pada siklus II sebanyak 7 (29,17%).
Setelah dilakukan intervensi terhadap kelemahan refleksi pada siklus I,
melalui bimbingan dalam diskusi kelompok kecil kenaikan ketuntasan belajar
siswa semakin terlihat. Kenaikan ketuntasan belajar sebesar 29,17%, kenaikan
rata-rata kelas sebesar 10 poin dan kenaikan keaktifan siswa sebesar 29,16%.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Slamet Tri Hartanto (2007:8), “Setiap
media sudah pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk memperoleh hasil
yang optimal, pemilihan media di antaranya perlu memperhatikan jumlah siswa
atau besar kecilnya kelas”.
Faktor lain yang ikut memberi kontribusi terhadap peningkatan hasil
belajar siswa adalah dengan diberikannya kesempatan kepada siswa untuk
melakukan peragaan dalam kelompok. Hal ini memberikan pengalaman nyata.
Ternyata dengan jumlah 3 siswa, kerja kelompok lebih baik dan semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan semua siswa memperoleh pengalaman nyata dari pembelajaran. Seperti dikatakan Edgar Dale bahwa pengalaman belajar yang paling tinggi nilainya adalah pengalaman belajar langsung dan melakukan sendiri.
Ternyata dengan jumlah 3 siswa, kerja kelompok lebih baik dan semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan semua siswa memperoleh pengalaman nyata dari pembelajaran. Seperti dikatakan Edgar Dale bahwa pengalaman belajar yang paling tinggi nilainya adalah pengalaman belajar langsung dan melakukan sendiri.
No comments:
Post a Comment
Bagi yang menginginkan contoh PTK lengkap bisa SMS ke 081328239660