Tuesday, April 24, 2012

PTK IPA KELAS V BAB IV


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
  1. Deskripsi per Siklus
1.      Siklus I
a.       Perencanaan
Data yang diperoleh dalam perencanaan pelaksanaan perbaikan pembelajaran Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini berupa Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang di dalamnya tercakup komponen skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Peneliti juga memperoleh seperangkat instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data, berupa lembar pengamatan tingkat keaktifan siswa, angket siswa, dan daftar nilai tes formatif pada akhir siklus perbaikan pembelajaran.
Data pendukung pembelajaran lainnya berupa lembar kerja siswa (LKS), lembar evaluasi, alat peraga, dan gambar-gambar.
b.      Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran siklus I ini diperoleh data nilai tes formatif siswa sebagai pengukur tingkat keberhasilan pembelajaran dan ketuntasan belajar siswa pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran yaitu sebagai berikut:
 Tabel 4.1   Nilai Tes Formatif Siklus I

 Gambar 4.1. Grafik Ketuntasan  Siklus 1 (dalam persen)
c.       Pengamatan
Pada tahap pengamatan, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel  4.2 Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus I
Gambar 4.2 Grafik Keaktifan Siswa Siklus I
d.      Refleksi
Berdasarkan analisis data nilai tes formatif tindakan perbaikan pembelajaran siklus I diperoleh data bahwa 17 siswa (70,83%) dari 24 siswa telah tuntas, berarti masih ada 7 siswa (29,17%) yang belum tuntas.
Nilai rata-rata kelas pada tes awal 61,67. Pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 71,67, berarti mengalami kenaikan sebesar 10 poin.
Keaktifan siswa dari tes awal ke siklus I mengalami peningkatan dari 10 anak (41,67%) menjadi 17 anak (70,83%).
Kesimpulan sementara dari hasil tindakan yang telah  dilakukan menunjukkan peningkatan, tetapi belum mencapai tingkatan yang diharapkan sesuai indikator keberhasilan, untuk itu perlu dilaksanakan siklus II.
2.      Siklus II
a.         Perencanaan
Data yang diperoleh dari perencanaan perbaikan pembelajaran siklus II berupa Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang di dalamnya tercakup komponen skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan di dalam proses perbaikan pembelajaran pada siklus II dalam dua kali pertemuan, seperangkat instrumen yang akan digunakan  untuk pengumpulan data, dan data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS) dan lembar tes formatif.
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus II ini merupakan penyempurnaan dari RPP siklus I yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II ini.
b.        Tindakan
Pada tahap tindakan perbaikan pembelajaran siklus II ini diperoleh data berupa nilai tes formatif siswa sebagai berikut:
Tabel 4.3   Nilai Tes Formatif Siklus II
Gambar 4.3. Grafik Ketuntasan  Siklus I1 (dalam persen)
c.         Pengamatan
Pada tahap pengamatan, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel  4.4 Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus II
Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus II
d.        Refleksi
Berdasarkan data nilai tes formatif pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II, seluruh siswa yaitu 24 anak (100%) yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan telah mencapai ketuntasan.
Nilai rata-rata kelas pada siklus I 71,67. Pada siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 81,67, itu berarti mengalami peningkatan 10 poin.
Keaktifan siswa dari pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran siklus I ke siklus II mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu mencapai 93,06%, siswa terlihat antusias mengikuti proses pembelajaran.
Kesimpulan hasil tindakan perbaikan pembelajaran siklus II yang telah dilakukan menunjukkan peningkatan yang sangat baik, hasil belajar siswa menunjukkan tingkat ketuntasan maksimal, yaitu 100%, untuk itu pelaksanaan perbaikan pembelajaran dihentikan pada siklus II.

  1. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada tahap studi awal pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kompetensi dasar mendeskripsikan hasil pengamatan tentang mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan diperoleh hasil yang rendah. Hal ini terbukti bahwa data perolehan nilai tindakan perbaikan pembelajaran studi awal dari jumlah 24 siswa, baru 10 siswa (41,67%) yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), berarti masih ada 14 siswa (58,33%) yang belum tuntas.
Nilai rata-rata kelas menunjukkan angka 61,67, dan hasil ketuntasan klasikal baru mencapai angka 55,56%. Hal ini terlihat seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7 Hasil Tes Formatif Studi Awal
Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan karena 1) kurangnya perhatian siswa dalam proses pembelajaran, 2) kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran, 3) kurangnya kesempatan siswa dalam bertanya, dan 4) rendahnya tingkat penguasaan materi yang baru dipelajari.
Tabel 4.8   Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Siklus I
Gambar 4.7 Grafik Perkembangan Ketuntasan  Siklus I (dlm persen)
Dari tabel dan grafik di atas dapat dijelaskan bahwa pada studi awal nilai rata-rata kelas 61,67 setelah dalakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 71,67.
Pada studi awal 10 anak (41,67%) tuntas belajar pada siklus I naik menjadi 17 anak (70,83%). Kenaikannya sebanyak 7 anak (29,17%).
Alternatif pemecahan masalah untuk mengawasi rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan dan rendahnya kesungguhan belajar siswa dengan menggunakan alat peraga kongkret dalam pembelajaran di kelas V SD ..........................., Kecamatan ..........................., Kabupaten ..........................., ternyata memberikan kenaikan hasil belajar dan keaktifan belajar signifikan jika dibandingkan dengan studi sebelumnya.
Berkat intervensi ini ada kenaikan ketuntasan belajar sebesar 29,16%. Kenaikan nilai rata-rata sebesar 10 poin dan kenaikan keaktifan belajar siswa sebesar 29,16%. Intervensi yang dilakukan dengan mengimplementasikan metode inkuiri dalam pembelajaran ternyata menimbulkan ketertarikan bagi siswa, sehingga berimplikasi pada kesungguhan belajar. Ternyata berkolerasi positif dengan peningkatan hasil belajar siswa.
Kehadiran alat peraga dalam pembelajaran telah mampu mempermudah siswa dalam belajar. Hal ini seperti tercantum dalam Encyclopedia of Educational Research (dalam Oemar Hamalik, 2004:6) media memiliki manfaat di antaranya; meletakkan dasar berfikir kongkret, memberikan pengalaman nyata dan menumbuhkan pemikiran yang kontinyu, yang membuat pembelajaran lebih mantap. Di samping itu, model juga dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa dan juga keterbatasan indera, ruang, dan waktu (Oemar Hamalik, 2004:16-19).



Pada tahap pelaksanaan perbaikan siklus II diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.9   Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Siklus II
Gambar 4.9. Grafik Perkembangan Ketuntasan  Siklus I1 (dalam persen)
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada siklus I nilai rata-rata kelas 71,67 setelah dalakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 81,67. Siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar pada siklus I adalah 17 anak (70,83%) dan pada siklus II menjadi 24 anak (100%). Kenaikan ketuntasan belajar siswa pada siklus II sebanyak 7 (29,17%).
Setelah dilakukan intervensi terhadap kelemahan refleksi pada siklus I, melalui bimbingan dalam diskusi kelompok kecil kenaikan ketuntasan belajar siswa semakin terlihat. Kenaikan ketuntasan belajar sebesar 29,17%, kenaikan rata-rata kelas sebesar 10 poin dan kenaikan keaktifan siswa sebesar 29,16%. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Slamet Tri Hartanto (2007:8), “Setiap media sudah pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk memperoleh hasil yang optimal, pemilihan media di antaranya perlu memperhatikan jumlah siswa atau besar kecilnya kelas”.
Faktor lain yang ikut memberi kontribusi terhadap peningkatan hasil belajar siswa adalah dengan diberikannya kesempatan kepada siswa untuk melakukan peragaan dalam kelompok. Hal ini memberikan pengalaman nyata. 
Ternyata dengan jumlah 3 siswa, kerja kelompok lebih baik dan semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan semua siswa memperoleh pengalaman nyata dari pembelajaran. Seperti dikatakan Edgar Dale bahwa pengalaman belajar yang paling tinggi nilainya adalah pengalaman belajar langsung dan melakukan sendiri.

No comments:

Post a Comment

Bagi yang menginginkan contoh PTK lengkap bisa SMS ke 081328239660