Friday, April 27, 2012

PTK IPA KELAS IV BAB II

Berikut ini contoh PTK IPA Kelas IV BAB II Kajian Pustaka

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.                            Kajian Teori
1.      Pengertian Hasil Belajar IPA
Sebagai landasan dalam merencanakan dan melaksanakan PTK ini, akan diuraikan secara berturut-turut pengertian hasil belajar IPA.
a.    Hakikat Pendidikan IPA
Secara sederhana IPA didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. Dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta. Menurut Herlen dalam Dahar R.W (1992:3) seperti yang diucapkan Einstein: “Science is the attempt to make the chaotic diversity of our sense experience correspond to a logically uniform system of thought”, mempertegas bahwa IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman  menjadi satu sistem pola berpikir logis tertentu, yang dikenal dengan pola berpikir ilmiah.
Berikut adalah ruang lingkup IPA yang dikemukakan oleh Dahar. R.W (1996:15-16):
1)        IPA sebagai kumpulan pengetahuan
IPA sebagai pengetahuan mengacu pada kumpulan berbagai konsep IPA yang sangat luas. IPA dikembangkan sebagai akumulasi berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai penemuan pengetahuan yang sangat baru. Pengetahuan tersebut berupa fakta, teori, dan generalisasi yang menjelaskan alam.
2)        IPA sebagai suatu proses Penelusuran
IPA sebagai suatu proses penelusuran umumnya merupakan suatu pandangan yang menghubungkan pandangan IPA yang berhubungan dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya.

3)        IPA sebagai kumpulan nilai
IPA sebagai kumpulan nilai berhubungan erat dengan penekanan IPA sebagai proses. Pandangan ini menekankan pada aspek nilai ilmiah yang melekat pada IPA.
4)        IPA sebagai cara untuk mengenal dunia
Proses IPA dipengaruhi oleh cara pandang di mana orang memahami kehidupan dan dunia di sekitarnya. IPA dipertimbangkan suatu cara di mana manusia mengerti dan memberi makna pada dunia di sekeliling mereka, selain juga salah satu cara untuk mengetahui dunia beserta isinya dengan segala keterbatasannya.
5)        IPA sebagai institusi sosial
Hal ini berarti IPA dipandang dalam pengertian sebagai kumpulan para profesional, yang melalui IPA mereka didanai, dilatih, dan diberi penghargaan akan hasil karya. Para ilmuwan ini sangat terikat dengan kepentingan institusi, pemerintah, politik, bahkan militer.
6)        IPA sebagai konstruksi manusia
Pandangan ini merujuk pada pengertian bahwa IPA sebenarnya merupakan penemuan dan suatu kebenaran ilmiah mengenai hakikat semesta alam. Pengetahuan ini tidak lain merupakan akumulasi kebenaran. Hal pokok dalam pandangan ini adalah IPA merupakan konstruksi pemikiran manusia. Oleh karenanya, bisa saja apa yang dihasilkan oleh IPA bersifat sementara.
7)        IPA sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari
Orang menyadari bahwa apa yang dipakai dan digunakan  untuk pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi oleh IPA. Bukan saja pemakaian berbagai jenis, produk teknologi sebagai hasil investigasi dan pengetahuan, melainkan pula cara bagaimana orang berpikir mengenai situasi  sehari-hari sangat kuat dipengaruhi oleh pendekatan ilmiah.
Dorongan ingin tahu telah terbentuk secara kodrati mendorong manusia mengagumi dan mempercayai adanya keterampilan pada alam. Hal ini mendorong munculnya sekelompok orang berfikir. Pemikiran dilakukan secara terpola sehingga dipahami oleh orang lain. Dorongan ingin tahu meningkat untuk mencari kepuasan dan penggunaannya. Penemuan yang dapat diuji kebenarannya oleh orang lain dapat diterima secara universal. Dengan demikian dari pengetahuan akan berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Perolehan yang didapat melalui percobaan, didukung oleh fakta menggunakan metode berfikir secara sistematis dapat diterima sebagai ilmu pengetahuan yang selanjutnya disebut produk, sedangkan langkah-langkah dilakukan merupakan suatu proses. Langkah-langkah atau proses ditempuh dalam mengembangkan ilmu menjadi cara atau metode memungkinkan berkembangnya pengetahuan. Ada hubungan antara fakta dan gagasan. Pola memecahkan masalah dengan menggunakan metode ilmiah dianut orang secara umum. Orang yang terbiasa menggunakan metode ilmiah berarti mempunyai sikap ilmiah (Wahyana, 1977:291-293).
Menurut Hendro Darmodjo dan Kaligis (1991:3-5) IPA dapat dipandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam. Untuk itu diperlukan cara tertentu yang sifatnya analisis, cermat, lengkap dan menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain. IPA dapat dipandang sebagai suatu produk dari upaya manusia memahami berbagai gejala alam. IPA dapat pula dipandang sebagai fakta yang menyebabkan sikap dan pandangan yang mitologis menjadi sudut pandang ilmiah.
Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Pelajaran IPA tidak semata-mata memberi pengetahuan tentang IPA pada siswa, tetapi juga ikut membina kepribadian anak.
Mata pelajaran IPA berfungsi untuk :
1)        Memberi pengetahuan tentang berbagai jenis dan lingkungan alam dan lingkungan dalam kaitan dengan manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari.
2)        Mengembangkan keterampilan proses.
3)        Mengembangkan wawasan sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
4)        Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi.
5)        Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
Hal yang penting diperhatikan guru dalam pembelajaran IPA adalah berusaha agar siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran.
b.    Penilaian Prestasi Belajar IPA
Penilaian merupakan salah satu komponen sistem pengajaran untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Sebagai alat penilaian hasil pencapaian tujuan dalam pembelajaran, penilaian dilakukan secara terus menerus. Hasil penilaian bermanfaat untuk umpan balik (feed back) dari proses belajar yang dilaksanakan. (Muhammad Ali, 1983:131).
Dalam kurikulum sekarang mata pelajaran IPA ditetapkan tujuan pengajaran IPA di SD adalah agar siswa :
1)        Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
2)        Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan gagasan tentang alam sekitarnya.
3)        Sikap ingin tahu, tekan, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri.
4)        Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala- gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
5)        Mampu menggunakan teknologi sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
6)        Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk mengetahui tercapainya tujuan pengajaran IPA yang telah dirumuskan dilakukan penilaian sebagai prestasi belajar siswa dalam bentuk penilaian tes tertulis dan penilaian keterampilan proses. Penilaian keterampilan proses dilakukan dengan penilaian :
1)        Penilaian perbuatan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai beberapa keterampilan tertentu.
2)        Penilaian sikap dilakukan melalui pengamatan cara kerja anak, selama melakukan kegiatan dan menguji coba alat kerja.
3)        Penilaian hasil kerja anak lebih menekankan pada proses dan perilaku sikap teknologi bukan hanya menilai produk saja. (Depdikbud, 1999:109-110).
c.    Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pendidikan di SD disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak, artinya dengan tingkat kemampuan berfikir anak. Pikiran anak masih terbatas pada obyek di sekitar lingkungan. Pada tingkat ini anak dapat mengenal bagian-bagian dari benda-benda seperti berat, warna dan bentuknya. Kemampuan yang dikembangkan adalah menggolongkan dengan berbagai cara, menyusun dan merangkai berurutan, melakukan proses berfikir kebalikan, melakukan operasi matematika, seperti menambah, mengurangi dan mengalikan.
Anak SD sudah mampu mengklasifikasikan bagian-bagian, struktur dan fungsi. Dia berfikir kebalikan misalnya merpati termasuk burung, burung itu bertelur maka anak dapat menyimpulkan bahwa merpati dapat bertelur. Anak belum dapat berfikir abstrak tetapi ia dapat membuat hipotesis sederhana. (Wahyana, 1997:298).
Ruang lingkup IPA di SD mencangkup mahluk hidup dan proses kehidupannya, materi sifat-sifat dan kegunaannya, kesehatan dan makanan, penyakit dan pemecahannya, membudayakan alam dan kegunaannya, pemeliharaan dan pelestariannya.
d.   Pembelajaran IPA di Kelas IV Sekolah Dasar
Unsur penting dalam pembelajaran ialah merangsang serta mengerahkan siswa untuk belajar. Belajar dapat dirangsang dan diarahkan dengan berbagai macam cara yang mengarah pada tujuan.  Adapun caranya pendekatan dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD yaitu:
1)        Pendekatan faktual merupakan pendekatan dengan menggunakan faktual bermaksud menyodorkan hasil-hasil penemuan pada siswa.
2)        Pendekatan konseptual merupakan pendekatan dengan memberikan gambaran untuk memahami konsep, dengan obyek-obyek kongkrit memperoleh fakta, melakukan eksplorasi dan manipulasi secara mental dan sekedar menghafal.
3)        Pendekatan proses merupakan pendekatan yang didasarkan atas pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh ilmuwan.
Teori Gagne dalam Noehi Nasution (1998:43) menganggap belajar sebagai suatu proses yang memungkinkan seorang mengubah tingkah lakunya cukup tepat dan perubahan tersebut bersifat relatif sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi baru. Model belajar Gagne meliputi:
1)        Mengaktifkan motivasi.
2)        Memberi tahu pembelajaran tentang tujuan-tujuan belajar.
3)        Mengarahkan perhatian.
4)        Merangsang ingatan.
5)        Menyediakan bimbingan belajar.
6)        Membantu transfer belajar.
7)        Memperhatikan dan memberi umpan balik.
Dari uraian di atas maka pembelajaran IPA Kelas IV SD dengan metode demonstrasi sangat relevan. Melalui kegiatan eksperimen siswa dapat dilatih untuk melakukan kegiatan ilmiah dan berfikir ilmiah. Sebagai hasil belajar siswa tidak saja berupa pengetahuan tetapi juga dapat mengembangkan sikap ilmiah dan nilai ilmiah.
e.    Hasil Belajar
Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Menurut Angkowo (2007:47) belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman ini tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang diamati. Belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa. (lark dalam Angkowo, 2007:50) mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah adalah 70% dipengaruhi oleh siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Berkaitan dengan factor.
Menurut Bloom dkk, tujuan atau hasil belajar digolongkan menjadi tiga dominan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Pembagian hasil belajar ke dalam dominan kognitif, afektif dan psikomotor sifatnya tidak terpisah secara tegas. Artinya, pada waktu mengembangkan hasil belajar kognitif tidak berarti guru tersebut tidak mengembangkan hasil belajar afektif dan psikomotor. Pembagian ini dilakukan mengingat mata pelajaran memiliki ciri-ciri tertentu yang mendapat tugas untuk mengembangkan hasil belajar yang tertentu pula. Hasil belajar kognitif mengacu pada hasil belajar yang berkenaan dengan pengembangan otak dan penalaran siswa. Menurut Bloom dkk, dominan kognitif ini mempunyai enam tingkatan yaitu, pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2.      Perpindahan Energi Panas
a.         Pengertian Energi
Istilah energi merupakan kombinasi dari dua suku kata Yunani (Greek), yaitu, artinya in (bahasa Inggris) atau di dalam (bahasa Indonesia) dan ergon, artinya work (bahasa Inggris) atau kerja (bahasa Indonesia). Dari kombinasi kata tersebut, Scott et al (1982) mendefinisikan bahwa ENERGI adalah sesuatu yang dapat menimbulkan kerja. Yang dimaksud kerja di sini cakupannya sangat luas, dari mulai melakukan kegiatan yang sangat ringan (misalnya hanya menulis sesuatu atau bahkan hanya istirahat tanpa melakukan sesuatu kecuali bernapas dan berkedip) sampai kepada kegiatan yang memeras banyak keringat.
Terdapat berbagai macam definisi dan deskripsi tentang energi, tergantung dari sudut pandang ilmu yang menggunakannya, misalnya apakah energi digunakan dalam ilmu fisika atau biologi. Di dalam ilmu fisika, energi adalah segala sesuatu yang bisa dikonversi menjadi kerja. Dalam ilmu biologi, kerja (work), biasanya mendefinisikan hanya satu atau beberapa penggunaan dari energi, terutama pada hewan hidup.
b.         Energi Panas
Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Maka pengertian energi panas adalah kemampuan untuk melakukan atau menghasilkan usaha panas (kemampuan yang diperlukan untuk memindahkan muatan dari satu titik ke titik yang lain). 
c.         Perpindahan Energi
Pada alam akan berlaku hukum Kekekalan Energi di mana energi sebetulnya tidak dapat dihasilkan dan tidak dapat dihilangkan, energi hanya berpindah dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya. Contohnya pada pembangkit listrik, energi dari air yang bergerak akan berpindah menjadi energi yang menghasilkan energi listrik, energi listrik akan berpindah menjadi energi cahaya jika energi listrik tersebut melewati suatu lampu, energi cahaya akan berpindah menjadi energi panas jika bola lampu tersebut pemakaiannya lama, demikian seterusnya.
3.      Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran IPA
a.         Metode Mengajar
Menurut Hamalik (2004:27), guru dalam  merupakan seseorang yang memimpin dan mengarahkan kegiatan belajar siswanya. Termasuk dalam hal ini adalah dalam memilih metode yang cocok untuk membelajarkan siswanya pada suatu materi tertentu.
Menurut Sudjana (2000:76) metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu metode mengajar sangat berperan dalam menciptakan suasana proses pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik, sehingga siswa termotivasi untuk belajar aktif. Keberhasilan dari suatu pengajaran dapat dilakukan dari dua kriteria, yaitu proses dan produk.
Kriteria dari sudut proses menekankan kepada pengajaran sebagai suatu proses haruslah merupakan interaksi dinamis sehingga siswa sebagai subjek yang belajar mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri, dan tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara efektif. Sedangkan kriteria dari segi hasil atau produk menekankan kepada tingkah laku penguasaan tujuan oleh siswa baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, yaitu sikap kesehariannya dalam mengaplikasikan pengetahuannya.
Menurut Semiawan (1984:14) dalam  memilih bentuk pengajaran hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1)        Adanya kesesuaian antara topik sajian dan metode yang digunakan.
2)        Metode yang digunakan dapat membangkitkan minat ekspresi yang kreatif dan dinamis terhadap mental anak.
3)        Metode yang digunakan dapat membangkitkan jiwa inovatif sehingga dapat mandiri.
4)        Metode yang digunakan dapat menimbulkan interaksi yang optimal antara guru dan siswa, siswa dengan siswa sehingga ada keterlibatan mental dan pengajaran yang dilakukan tidak verbalistik.
Menurut Rinanto (1982:18) agar proses belajar mengajar berhasil maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1)        Anak harus terlibat dan ikut serta ambil bagian secara aktif dalam mata pelajaran.
2)        Kegiatan belajar harus sesuai dengan situasi dan kondisi anak didik.
3)        Strategi belajar harus sistematis dan terarah.
4)        Kreatifitas anak didik dijadikan tujuan.
Pada poin satu di atas disebutkan bahwa anak harus terlibat dan ikut serta ambil bagian secara aktif dalam mata pelajaran. Hal ini dimaksudkan anak didik diikutsertakan secara langsung dalam proses belajar mengajar (PBM). Seperti yang dikemukakan oleh Battle dalam S. Belen (1978:11), yaitu bahwa partisipasi aktif pelajar merupakan faktor tunggal yang terpenting dalam proses belajar. Keaktifan siswa dalam mengikuti PBM sangat tergantung pada metode yang digunakan guru dalam mengajarkan suatu materi pelajaran. Menurut Hamalik (2004:62-64) KBM terdiri dari aspek-aspek yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan instruksional. Aspek-aspek tersebut yaitu:
1)        Aspek tujuan instruksional
2)        Aspek materi pelajaran
3)        Aspek metode atau strategi belajar-mengajar
4)        Aspek media instruksional
5)        Aspek penilaian
6)        Aspek penunjang fasilitas, waktu, tempat serta perlengkapan
7)        Aspek ketenagaan

Memperhatikan bahwa metode merupakan salah satu aspek yang penting dalam pembelajaran, maka metode yang dipilih oleh guru harus tepat dan cocok dengan materi yang akan dibelajarkan. Sebagai contoh dengan menggunakan metode simulasi dalam membelajarkan pencegahan bencana alam. Hal ini dikarenakan metode simulasi merupakan metode yang mengajak siswa untuk seolah-olah berada dalam keadaan yang sebenarnya untuk memahami kompetensi pencegahan bencana alam.
Menurut Robert J. Havighurt dalam Mikarsa (1995:7) anak usia SD memiliki karakteristik senang bermain, bergerak dan senang belajar/bekerja dalam kelompok dan senang melakukan atau melaksanakan dan memperagakan sesuatu secara langsung. Karakteristik membawa implikasi bahwa guru harus mampu merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan, anak berpindah dan bergerak, anak bekerja dalam kelompok dan anak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi. Hal ini senada dengan pendapat yang disampaikan oleh Ningrum (2003:41) “Mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar, bagaimana berfikir dan bagaimana mencari informasi”.
Pakar lain memberi rambu-rambu (Guidelines) dan menunjuk model  pembelajaran adalah Jean Piaget (dalam Abim Syamsudin. 2003:50). Menurut Piaget perkembangan kognitif anak SD berada pada tahap perkembangan operasional kongkret. Pada anak usia ini akan lebih mudah memahami jika menggunakan obyek-obyek kongkrit dan terlibat langsung di dalamnya.
Pentingnya aktifitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar diungkapkan John Dewey dalam Winataputra (1999:37) melalui metode proyeknya dengan konsep learning by doing, aktifitas belajar tersebut adalah aktifitas jasmaniah dam aktifitas mental, yang digolongkan ke dalam lima kelompok, yaitu;
1)        Aktifitas Visual (visual activities)
Aktifitas ini meliputi membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan demonstrasi.
2)        Aktifitas Lisan (oral activities)
       Aktifitas ini meliputi bercerita. Membaca sajak, tanya jawab, dan diskusi.
3)        aktifitas Mendengar (listening activities)
Aktifitas ini meliputi mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan ceramah dan pengarahan.
4)        Aktifitas Gerak (motor activities)
Aktifitas ini meliputi simulasi, bermain peran, membuat peta atau tabel, dan membuat grafik.
5)        Aktifitas Menulis (writing activities)
Aktifitas ini meliputi kegiatan mengarang, meringkas, dan membuat makalah.
   Belajar sambil bekerja adalah kegiatan nyata yang dilakukan siswa untuk memperoleh pengalaman baru yang relatif mudah diingat dan tidak cepat lupa. Dengan demikian, proses belajar mengajar yang melibatkan siswa dengan melakukan sesuatu akan memupuk rasa percaya diri, gembira, tidak membosankan, dan dapat melihat hasilnya.
Menurut Encyclopedia of Education Resources (Rusna Ristata. 1998:15). Nilai atau manfaat alat bantu pendidikan adalah sebagai berikut :
1)        Melaksanakan dasar-dasar berfikir kongkrit dan menyenangi verbalisme.
2)        Memperbesar minat dan perhatian siswa.
3)        Meletakkan dasar-dasar penting untuk perkembangan belajar, sehingga      membuat pembelajaran lebih mantap.
4)        Memberi pengalaman yang nyata dan dapat menimbulkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
5)        Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu.
   Semua pernyataan di atas dapat peneliti tafsirkan sebagai suatu isyarat bagi guru untuk mampu berupaya menyajikan suatu model pembelajaran yang menarik, tidak monoton dan menjemukan serta mampu merancang anak untuk secara sadar dan aktif dalam proses pembelajaran dan proses penemuan informasi.
Menurut Adriana Bank, Marlene Henersen, dan Laurel Eu dalam Abim Syamsudin (2003:75-76) model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA antara lain;
1)        Concept Analysis atau analisis Konsep
       Model pembelajaran ini untuk membelajarkan siswa mengenai bagaimana memproses informasi yang berkaitan dengan pelajaran.
2)        Creative Thinking atau Berfikir Kreatif
       Model ini dirancang untuk meningkatkan kefasihan, fleksibilitas dan orisinilitas  yang digunakan siswa-siswa untuk mendekati benda-benda, konsep-konsep dan perasaan-perasaan.
3)        Experiential Learning atau Belajar Melalui Pengalaman
       Model ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memberlakukan lingkungan mereka dengan keterampilan berfikir yang tidak berhubungan dengan suatu bidang atau mata pelajaran khusus. Model pembelajaran ini didasarkan pada temuan-temuan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi ketika anak berinteraksi dengan lingkungan mereka. Model ini baik dilakukan dengan kegiatan bermain dengan atau melakukan sesuatu terhadap benda-benda kongkrit atau bahan-bahan yang memungkinkan mereka melihat apa yang terjadi pada bahan atau benda tersebut.
4)        Group Inquiry atau Kelompok Inkuiri
       Model ini mengajar anak untuk bekerja dalam kelompok untuk menginvestigasi topik-topik yang komplek.
b.      Demonstrasi sebagai metode mengajar
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah.2000:15). pakar lain menyebutkan (Syaiful Bahri Djamarah.2000:10) Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah:
1)        Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
2)        Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3)        Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Dradjat. 1985:45).
   Kelebihan metode demonstrasi yang digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1)        Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses kerja suatu benda.
2)        Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
3)        Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh kongkret, dengan menghadirkan obyek sebenarnya.

B.     Hasil Penelitian Relevan
Hasil penelitian yang bisa dijadikan acuan atau pembanding dalam kajian penelitian masalah penggunaan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang perpindahan energi panas adalah sebagai berikut:

1.      Kartono (2006) penelitian tentang penggunaan metode Demonstrasi.
a.       Masalah yang diteliti adalah apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
b.      Tujuan penelitiannya adalah mengetahui keefektifan penggunaan metode demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
c.       Metode yang digunakan adalah metode demonstrasi.
d.      Kesimpulan yang didapat adalah bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Hasil penelitian penggunaan metode demonstrasi
2.      Azizah Zulkarnaen (2009) “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa IPA tentang perpindahan energi panas melalui Penggunaan metode demonstrasi dalam Model Pembelajaran Aktif.
a.         Masalah yang diteliti adalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA?
b.        Tujuan penelitiannya adalah meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA.
c.         Metode yang digunakan adalah metode pembelajaran aktif dan demonstrasi.
d.        Kesimpulan yang didapat adalah bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.2 Hasil penelitian metode demonstrasi dan pembelajaran    
               aktif

C.    Kerangka Berpikir
Rancangan kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu bentuk rekayasa kurikulum untuk mencapai tujuan belajar siswa. Bentuk rekayasa kurikulum ini sering disebut model pembelajaran yang di dalamnya berisi penetapan metode mengajar guru dalam upaya menghasilkan proses belajar siswa sesuai tujuan yang direncanakan oleh guru.
Proses pembelajaran yang dapat menghasilkan proses belajar siswa sesuai dengan tujuan belajar yang ditetapkan disebut pembelajaran efektif (effective teaching). Menurut Houston dan kawan-kawan (1988:94) ada lima unsur pembelajaran efektif:
1.      Visi guru tentang kemampuan belajar siswa,
2.      Keterampilan mengelola kelas,
3.      Waktu belajar yang tersedia,
4.      Pilihan kegiatan guru, dan
5.      Variasi metode yang digunakan.
Dalam kegiatan pembelajaran, keahlian guru memberikan petunjuk atau cara mengajar serta penyajian materi yang akan dipelajari merupakan salah satu hal yang penting.
Seorang guru hendaknya dapat menarik perhatian dan motivasi siswa dalam belajar. Demikian materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dapat dengan mudah dimengerti oleh siswa, sehingga hasil belajar siswa dapat maksimal, tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah dalam menyajikan atau menyampaikan materi pelajaran, sebaiknya guru menggunakan metode dan alat peraga yang tepat.
Demikian pula pembelajaran IPA pada materi perpindahan panas, dibutuhkan metode dan alat peraga yang tepat, yang dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh dalam mempelajari materi perpindahan panas.
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan pelajaran.
Penggunaan metode demonstrasi dapat digunakan pada  semua mata pelajaran dan pada semua kelas. Langkah pokok yang dilakukan dalam metode demonstrasi yaitu:
1.      Pemetaan materi yang akan diajarkan.
2.      Pengecekan taraf pemahaman siswa secara umum.
3.      Pengelolaan Tanya jawab.
4.      Pemberian umpan balik.
Setelah itu di akhir kegiatan pembelajaran, siswa melaksanakan uji kompetensi secara mandiri untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi perpindahan panas.
Untuk selanjutnya guru melaksanakan kegiatan remedial bagi siswa yang mendapatkan hasil belajar di bawah KKM IPA, serta member pengayaan bagi siswa yang telah tuntas KKM IPA. Secara garis besar kerangka pemikiran dari uraian di atas dapat ditunjukkan dengan gambar sebagai berikut:




Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Hasil belajar IPA pada materi perpindahan panas yaitu rendah (kurang dari KKM) karena guru tidak menggunakan metode dan alat peraga
Pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi

Kegiatan pembelajaran :
·         Menarik  perhatian dan motivasi siswa,
·         Siswa aktif,
·         Pengalaman langsung.
Hasil belajar IPA pada materi perpindahan panas dapat mencapai KKM
 















D.    Hipotesis Tindakan
         Dengan memperhatikan beberapa pendapat di atas, disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut:
1.      Penggunaan metode demonstrasi akan dapat meningkatkan kesungguhan belajar siswa.
2.      Penggunaan metode demonstrasi akan dapat meningkatkan kerjasama siswa dalam belajar.
3.      Penggunaan metode demonstrasi akan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
4.      Penggunaan metode demonstrasi akan dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang “Perpindahan Energi Panas”.

No comments:

Post a Comment

Bagi yang menginginkan contoh PTK lengkap bisa SMS ke 081328239660