BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian
Teori
1.
Pengertian Hasil Belajar IPA
Sebagai landasan dalam merencanakan dan
melaksanakan PTK ini, akan diuraikan secara berturut-turut pengertian hasil
belajar IPA.
a.
Hakikat Pendidikan IPA
Secara sederhana IPA didefinisikan
sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. Dalam kurikulum 2004 sains (IPA)
diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta.
Menurut Herlen dalam Dahar R.W (1992:3) seperti yang diucapkan Einstein: “Science
is the attempt to make the chaotic diversity of our sense experience correspond
to a logically uniform system of thought”, mempertegas bahwa IPA merupakan
suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi satu sistem pola berpikir logis
tertentu, yang dikenal dengan pola berpikir ilmiah.
Berikut adalah ruang lingkup IPA yang
dikemukakan oleh Dahar. R.W (1996:15-16):
1)
IPA sebagai kumpulan pengetahuan
IPA sebagai pengetahuan mengacu pada
kumpulan berbagai konsep IPA yang sangat luas. IPA dikembangkan sebagai
akumulasi berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai
penemuan pengetahuan yang sangat baru. Pengetahuan tersebut berupa fakta,
teori, dan generalisasi yang menjelaskan alam.
2)
IPA sebagai suatu proses Penelusuran
IPA sebagai suatu proses penelusuran
umumnya merupakan suatu pandangan yang menghubungkan pandangan IPA yang
berhubungan dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya.
3)
IPA sebagai kumpulan nilai
IPA sebagai kumpulan nilai berhubungan
erat dengan penekanan IPA sebagai proses. Pandangan ini menekankan pada aspek
nilai ilmiah yang melekat pada IPA.
4)
IPA sebagai cara untuk mengenal dunia
Proses IPA dipengaruhi oleh cara pandang
di mana orang memahami kehidupan dan dunia di sekitarnya. IPA dipertimbangkan
suatu cara di mana manusia mengerti dan memberi makna pada dunia di sekeliling
mereka, selain juga salah satu cara untuk mengetahui dunia beserta isinya
dengan segala keterbatasannya.
5)
IPA sebagai institusi sosial
Hal ini berarti IPA dipandang dalam
pengertian sebagai kumpulan para profesional, yang melalui IPA mereka didanai,
dilatih, dan diberi penghargaan akan hasil karya. Para ilmuwan ini sangat
terikat dengan kepentingan institusi, pemerintah, politik, bahkan militer.
6)
IPA sebagai konstruksi manusia
Pandangan ini merujuk pada pengertian
bahwa IPA sebenarnya merupakan penemuan dan suatu kebenaran ilmiah mengenai
hakikat semesta alam. Pengetahuan ini tidak lain merupakan akumulasi kebenaran.
Hal pokok dalam pandangan ini adalah IPA merupakan konstruksi pemikiran
manusia. Oleh karenanya, bisa saja apa yang dihasilkan oleh IPA bersifat
sementara.
7)
IPA sebagai bagian dari kehidupan
sehari-hari
Orang menyadari bahwa apa yang dipakai
dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
hidup sangat dipengaruhi oleh IPA. Bukan saja pemakaian berbagai jenis, produk
teknologi sebagai hasil investigasi dan pengetahuan, melainkan pula cara
bagaimana orang berpikir mengenai situasi
sehari-hari sangat kuat dipengaruhi oleh pendekatan ilmiah.
Dorongan ingin tahu telah terbentuk secara kodrati mendorong
manusia mengagumi dan mempercayai adanya keterampilan pada alam. Hal ini
mendorong munculnya sekelompok orang berfikir. Pemikiran dilakukan secara
terpola sehingga dipahami oleh orang lain. Dorongan ingin tahu meningkat untuk
mencari kepuasan dan penggunaannya. Penemuan yang dapat diuji kebenarannya oleh
orang lain dapat diterima secara universal. Dengan demikian dari pengetahuan
akan berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Perolehan yang didapat melalui
percobaan, didukung oleh fakta menggunakan metode berfikir secara sistematis
dapat diterima sebagai ilmu pengetahuan yang selanjutnya disebut produk, sedangkan
langkah-langkah dilakukan merupakan suatu proses. Langkah-langkah atau proses
ditempuh dalam mengembangkan ilmu menjadi cara atau metode memungkinkan
berkembangnya pengetahuan. Ada hubungan antara fakta dan gagasan. Pola
memecahkan masalah dengan menggunakan metode ilmiah dianut orang secara umum.
Orang yang terbiasa menggunakan metode ilmiah berarti mempunyai sikap ilmiah (Wahyana,
1977:291-293).
Menurut Hendro Darmodjo dan Kaligis (1991:3-5) IPA dapat dipandang
sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam.
Untuk itu diperlukan cara tertentu yang sifatnya analisis, cermat, lengkap dan
menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain. IPA dapat
dipandang sebagai suatu produk dari upaya manusia memahami berbagai gejala
alam. IPA dapat pula dipandang sebagai fakta yang menyebabkan sikap dan
pandangan yang mitologis menjadi sudut pandang ilmiah.
Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa
mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Pelajaran IPA tidak semata-mata
memberi pengetahuan tentang IPA pada siswa, tetapi juga ikut membina
kepribadian anak.
Mata pelajaran IPA berfungsi untuk :
1)
Memberi pengetahuan tentang berbagai jenis dan
lingkungan alam dan lingkungan dalam kaitan dengan manfaatnya bagi kehidupan
sehari-hari.
2)
Mengembangkan keterampilan proses.
3)
Mengembangkan wawasan sikap dan nilai yang berguna
bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
4)
Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan
yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi.
5)
Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta keterampilan yang berguna dalam
kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih
tinggi.
Hal
yang penting diperhatikan guru dalam pembelajaran IPA adalah berusaha agar
siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran.
b.
Penilaian Prestasi Belajar IPA
Penilaian merupakan salah satu komponen sistem
pengajaran untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
Sebagai alat penilaian hasil pencapaian tujuan dalam pembelajaran, penilaian dilakukan
secara terus menerus. Hasil penilaian bermanfaat untuk umpan balik (feed
back) dari proses belajar yang dilaksanakan. (Muhammad Ali, 1983:131).
Dalam kurikulum sekarang mata pelajaran IPA
ditetapkan tujuan pengajaran IPA di SD adalah agar siswa :
1)
Memahami konsep-konsep IPA dan
keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
2)
Memiliki keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan dan gagasan tentang alam sekitarnya.
3)
Sikap ingin tahu, tekan, terbuka,
kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri.
4)
Mampu menerapkan berbagai konsep IPA
untuk menjelaskan gejala- gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
5)
Mampu menggunakan teknologi sederhana
dalam kehidupan sehari-hari.
6)
Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap
alam sekitar sehingga menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk mengetahui tercapainya tujuan pengajaran IPA
yang telah dirumuskan dilakukan penilaian sebagai prestasi belajar siswa dalam bentuk
penilaian tes tertulis dan penilaian keterampilan proses. Penilaian keterampilan
proses dilakukan dengan penilaian :
1)
Penilaian perbuatan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam menguasai beberapa keterampilan tertentu.
2)
Penilaian sikap dilakukan melalui
pengamatan cara kerja anak, selama melakukan kegiatan dan menguji coba alat
kerja.
3)
Penilaian hasil kerja anak lebih
menekankan pada proses dan perilaku sikap teknologi bukan hanya menilai produk
saja. (Depdikbud, 1999:109-110).
c.
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pendidikan di SD disesuaikan dengan tingkat
perkembangan mental anak, artinya dengan tingkat kemampuan berfikir anak.
Pikiran anak masih terbatas pada obyek di sekitar lingkungan. Pada tingkat ini
anak dapat mengenal bagian-bagian dari benda-benda seperti berat, warna dan
bentuknya. Kemampuan yang dikembangkan adalah menggolongkan dengan berbagai
cara, menyusun dan merangkai berurutan, melakukan proses berfikir kebalikan,
melakukan operasi matematika, seperti menambah, mengurangi dan mengalikan.
Anak SD sudah mampu mengklasifikasikan
bagian-bagian, struktur dan fungsi. Dia berfikir kebalikan misalnya merpati
termasuk burung, burung itu bertelur maka anak dapat menyimpulkan bahwa merpati
dapat bertelur. Anak belum dapat berfikir abstrak tetapi ia dapat membuat
hipotesis sederhana. (Wahyana, 1997:298).
Ruang lingkup IPA di SD mencangkup mahluk hidup dan
proses kehidupannya, materi sifat-sifat dan kegunaannya, kesehatan dan makanan,
penyakit dan pemecahannya, membudayakan alam dan kegunaannya, pemeliharaan dan
pelestariannya.
d.
Pembelajaran IPA di Kelas IV Sekolah
Dasar
Unsur penting dalam pembelajaran ialah merangsang
serta mengerahkan siswa untuk belajar. Belajar dapat dirangsang dan diarahkan dengan
berbagai macam cara yang mengarah pada tujuan. Adapun caranya pendekatan dalam pembelajaran
IPA di kelas IV SD yaitu:
1)
Pendekatan faktual merupakan pendekatan
dengan menggunakan faktual bermaksud menyodorkan hasil-hasil penemuan pada
siswa.
2)
Pendekatan konseptual merupakan
pendekatan dengan memberikan gambaran untuk memahami konsep, dengan obyek-obyek
kongkrit memperoleh fakta, melakukan eksplorasi dan manipulasi secara mental dan
sekedar menghafal.
3)
Pendekatan proses merupakan pendekatan
yang didasarkan atas pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh ilmuwan.
Teori Gagne dalam Noehi Nasution (1998:43)
menganggap belajar sebagai suatu proses yang memungkinkan seorang mengubah
tingkah lakunya cukup tepat dan perubahan tersebut bersifat relatif sehingga
perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi
situasi baru. Model belajar Gagne meliputi:
1)
Mengaktifkan motivasi.
2)
Memberi tahu pembelajaran tentang
tujuan-tujuan belajar.
3)
Mengarahkan perhatian.
4)
Merangsang ingatan.
5)
Menyediakan bimbingan belajar.
6)
Membantu transfer belajar.
7)
Memperhatikan dan memberi umpan balik.
Dari uraian di atas maka pembelajaran IPA Kelas IV
SD dengan metode demonstrasi sangat relevan. Melalui kegiatan eksperimen siswa dapat
dilatih untuk melakukan kegiatan ilmiah dan berfikir ilmiah. Sebagai hasil
belajar siswa tidak saja berupa pengetahuan tetapi juga dapat mengembangkan
sikap ilmiah dan nilai ilmiah.
e.
Hasil Belajar
Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang
menjadi milik siswa akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Menurut
Angkowo (2007:47) belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi
dan pemahaman ini tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang diamati.
Belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama
yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa.
(lark dalam Angkowo, 2007:50) mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah
adalah 70% dipengaruhi oleh siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.
Berkaitan dengan factor.
Menurut Bloom dkk, tujuan atau hasil belajar
digolongkan menjadi tiga dominan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Pembagian hasil belajar ke dalam dominan kognitif, afektif dan psikomotor
sifatnya tidak terpisah secara tegas. Artinya, pada waktu mengembangkan hasil
belajar kognitif tidak berarti guru tersebut tidak mengembangkan hasil belajar
afektif dan psikomotor. Pembagian ini dilakukan mengingat mata pelajaran
memiliki ciri-ciri tertentu yang mendapat tugas untuk mengembangkan hasil belajar
yang tertentu pula. Hasil belajar kognitif mengacu pada hasil belajar yang
berkenaan dengan pengembangan otak dan penalaran siswa. Menurut Bloom dkk, dominan
kognitif ini mempunyai enam tingkatan yaitu, pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
2.
Perpindahan Energi Panas
a.
Pengertian Energi
Istilah energi merupakan kombinasi dari
dua suku kata Yunani (Greek), yaitu, artinya in (bahasa
Inggris) atau di dalam (bahasa Indonesia) dan ergon, artinya
work (bahasa Inggris) atau kerja (bahasa Indonesia). Dari kombinasi kata tersebut, Scott et al (1982) mendefinisikan bahwa ENERGI
adalah sesuatu yang dapat menimbulkan kerja. Yang dimaksud kerja di sini cakupannya sangat luas, dari mulai melakukan kegiatan yang sangat
ringan (misalnya hanya menulis sesuatu atau bahkan hanya
istirahat tanpa melakukan sesuatu kecuali bernapas dan
berkedip) sampai kepada kegiatan yang memeras banyak
keringat.
Terdapat berbagai macam definisi dan
deskripsi tentang energi, tergantung dari sudut pandang ilmu yang
menggunakannya, misalnya apakah energi digunakan dalam ilmu
fisika atau biologi. Di dalam ilmu
fisika, energi adalah segala sesuatu yang bisa dikonversi
menjadi kerja. Dalam ilmu biologi,
kerja (work), biasanya mendefinisikan hanya satu atau beberapa
penggunaan dari energi, terutama pada hewan hidup.
b.
Energi Panas
Energi adalah kemampuan untuk melakukan
usaha. Maka pengertian energi panas adalah kemampuan untuk melakukan atau
menghasilkan usaha panas (kemampuan yang diperlukan untuk memindahkan muatan
dari satu titik ke titik yang lain).
c.
Perpindahan Energi
Pada alam akan berlaku hukum Kekekalan
Energi di mana energi sebetulnya tidak dapat dihasilkan dan tidak dapat
dihilangkan, energi hanya berpindah dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya.
Contohnya pada pembangkit listrik, energi dari air yang bergerak akan berpindah
menjadi energi yang menghasilkan energi listrik, energi listrik akan berpindah
menjadi energi cahaya jika energi listrik tersebut melewati suatu lampu, energi
cahaya akan berpindah menjadi energi panas jika bola lampu tersebut pemakaiannya
lama, demikian seterusnya.
3.
Penerapan Metode Demonstrasi dalam
Pembelajaran IPA
a.
Metode Mengajar
Menurut
Hamalik (2004:27), guru dalam merupakan
seseorang yang memimpin dan mengarahkan kegiatan belajar siswanya. Termasuk dalam
hal ini adalah dalam memilih metode yang cocok untuk membelajarkan siswanya
pada suatu materi tertentu.
Menurut
Sudjana (2000:76) metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu
metode mengajar sangat berperan dalam menciptakan suasana proses pembelajaran
yang dapat membuat siswa tertarik, sehingga siswa termotivasi untuk belajar
aktif. Keberhasilan dari suatu pengajaran dapat dilakukan dari dua kriteria,
yaitu proses dan produk.
Kriteria
dari sudut proses menekankan kepada pengajaran sebagai suatu proses haruslah merupakan
interaksi dinamis sehingga siswa sebagai subjek yang belajar mampu
mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri, dan tujuan yang telah
ditetapkan tercapai secara efektif. Sedangkan kriteria dari segi hasil atau
produk menekankan kepada tingkah laku penguasaan tujuan oleh siswa baik dari
segi kualitas maupun kuantitasnya, yaitu sikap kesehariannya dalam
mengaplikasikan pengetahuannya.
Menurut
Semiawan (1984:14) dalam memilih bentuk
pengajaran hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1)
Adanya
kesesuaian antara topik sajian dan metode yang digunakan.
2)
Metode
yang digunakan dapat membangkitkan minat ekspresi yang kreatif dan dinamis
terhadap mental anak.
3)
Metode
yang digunakan dapat membangkitkan jiwa inovatif sehingga dapat mandiri.
4)
Metode
yang digunakan dapat menimbulkan interaksi yang optimal antara guru dan siswa,
siswa dengan siswa sehingga ada keterlibatan mental dan pengajaran yang
dilakukan tidak verbalistik.
Menurut Rinanto (1982:18) agar proses
belajar mengajar berhasil maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,
yaitu:
1)
Anak
harus terlibat dan ikut serta ambil bagian secara aktif dalam mata pelajaran.
2)
Kegiatan
belajar harus sesuai dengan situasi dan kondisi anak didik.
3)
Strategi
belajar harus sistematis dan terarah.
4)
Kreatifitas
anak didik dijadikan tujuan.
Pada poin satu di atas disebutkan bahwa
anak harus terlibat dan ikut serta ambil bagian secara aktif dalam mata
pelajaran. Hal ini dimaksudkan anak didik diikutsertakan secara langsung dalam
proses belajar mengajar (PBM). Seperti yang dikemukakan oleh Battle dalam S.
Belen (1978:11), yaitu bahwa partisipasi aktif pelajar merupakan faktor tunggal
yang terpenting dalam proses belajar. Keaktifan siswa dalam mengikuti PBM
sangat tergantung pada metode yang digunakan guru dalam mengajarkan suatu
materi pelajaran. Menurut Hamalik (2004:62-64) KBM terdiri dari aspek-aspek yang
saling berinteraksi satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan instruksional.
Aspek-aspek tersebut yaitu:
1)
Aspek
tujuan instruksional
2)
Aspek
materi pelajaran
3)
Aspek
metode atau strategi belajar-mengajar
4)
Aspek
media instruksional
5)
Aspek
penilaian
6)
Aspek
penunjang fasilitas, waktu, tempat serta perlengkapan
7)
Aspek
ketenagaan
Memperhatikan bahwa metode merupakan
salah satu aspek yang penting dalam pembelajaran, maka metode yang dipilih oleh
guru harus tepat dan cocok dengan materi yang akan dibelajarkan. Sebagai contoh
dengan menggunakan metode simulasi dalam membelajarkan pencegahan bencana alam.
Hal ini dikarenakan metode simulasi merupakan metode yang mengajak siswa untuk
seolah-olah berada dalam keadaan yang sebenarnya untuk memahami kompetensi
pencegahan bencana alam.
Menurut
Robert J. Havighurt dalam Mikarsa (1995:7) anak usia SD memiliki karakteristik
senang bermain, bergerak dan senang belajar/bekerja dalam kelompok dan senang
melakukan atau melaksanakan dan memperagakan sesuatu secara langsung.
Karakteristik membawa implikasi bahwa guru harus mampu merancang model
pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan, anak berpindah dan
bergerak, anak bekerja dalam kelompok dan anak terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran dan penemuan informasi. Hal ini senada dengan pendapat yang
disampaikan oleh Ningrum (2003:41) “Mengajar adalah membina siswa bagaimana
belajar, bagaimana berfikir dan bagaimana mencari informasi”.
Pakar
lain memberi rambu-rambu (Guidelines) dan menunjuk model pembelajaran adalah Jean Piaget (dalam Abim
Syamsudin. 2003:50). Menurut Piaget perkembangan kognitif anak SD berada pada
tahap perkembangan operasional kongkret. Pada anak usia ini akan lebih mudah
memahami jika menggunakan obyek-obyek kongkrit dan terlibat langsung di dalamnya.
Pentingnya
aktifitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar diungkapkan John Dewey
dalam Winataputra (1999:37) melalui metode proyeknya dengan konsep learning
by doing, aktifitas belajar tersebut adalah aktifitas jasmaniah dam
aktifitas mental, yang digolongkan ke dalam lima kelompok, yaitu;
1)
Aktifitas Visual (visual activities)
Aktifitas
ini meliputi membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan demonstrasi.
2)
Aktifitas Lisan (oral activities)
Aktifitas
ini meliputi bercerita. Membaca sajak, tanya jawab, dan diskusi.
3)
aktifitas Mendengar (listening
activities)
Aktifitas
ini meliputi mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan ceramah dan pengarahan.
4)
Aktifitas Gerak (motor activities)
Aktifitas
ini meliputi simulasi, bermain peran, membuat peta atau tabel, dan membuat
grafik.
5)
Aktifitas Menulis (writing activities)
Aktifitas
ini meliputi kegiatan mengarang, meringkas, dan membuat makalah.
Belajar
sambil bekerja adalah kegiatan nyata yang dilakukan siswa untuk memperoleh
pengalaman baru yang relatif mudah diingat dan tidak cepat lupa. Dengan
demikian, proses belajar mengajar yang melibatkan siswa dengan melakukan
sesuatu akan memupuk rasa percaya diri, gembira, tidak membosankan, dan dapat
melihat hasilnya.
Menurut Encyclopedia of Education
Resources (Rusna Ristata. 1998:15). Nilai atau manfaat alat bantu
pendidikan adalah sebagai berikut :
1)
Melaksanakan dasar-dasar berfikir
kongkrit dan menyenangi verbalisme.
2)
Memperbesar minat dan perhatian siswa.
3)
Meletakkan dasar-dasar penting untuk
perkembangan belajar, sehingga membuat
pembelajaran lebih mantap.
4)
Memberi pengalaman yang nyata dan dapat
menimbulkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
5)
Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan
kontinyu.
Semua
pernyataan di atas dapat peneliti tafsirkan sebagai suatu isyarat bagi guru
untuk mampu berupaya menyajikan suatu model pembelajaran yang menarik, tidak
monoton dan menjemukan serta mampu merancang anak untuk secara sadar dan aktif
dalam proses pembelajaran dan proses penemuan informasi.
Menurut Adriana Bank, Marlene Henersen,
dan Laurel Eu dalam Abim Syamsudin (2003:75-76) model pembelajaran yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran IPA antara lain;
1)
Concept Analysis
atau analisis Konsep
Model pembelajaran ini untuk membelajarkan siswa mengenai
bagaimana memproses informasi yang berkaitan dengan pelajaran.
2)
Creative Thinking
atau Berfikir Kreatif
Model
ini dirancang untuk meningkatkan kefasihan, fleksibilitas dan orisinilitas yang digunakan siswa-siswa untuk mendekati
benda-benda, konsep-konsep dan perasaan-perasaan.
3)
Experiential Learning
atau Belajar Melalui Pengalaman
Model ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
memberlakukan lingkungan mereka dengan keterampilan berfikir yang tidak
berhubungan dengan suatu bidang atau mata pelajaran khusus. Model pembelajaran
ini didasarkan pada temuan-temuan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi
ketika anak berinteraksi dengan lingkungan mereka. Model ini baik dilakukan dengan
kegiatan bermain dengan atau melakukan sesuatu terhadap benda-benda kongkrit
atau bahan-bahan yang memungkinkan mereka melihat apa yang terjadi pada bahan
atau benda tersebut.
4)
Group Inquiry
atau Kelompok Inkuiri
Model
ini mengajar anak untuk bekerja dalam kelompok untuk menginvestigasi
topik-topik yang komplek.
b.
Demonstrasi
sebagai metode mengajar
Metode demonstrasi adalah metode
mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan
melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin
Syah.2000:15). pakar lain menyebutkan (Syaiful Bahri Djamarah.2000:10) Metode
demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses
atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Manfaat
psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah:
1)
Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
2)
Proses belajar siswa lebih terarah pada
materi yang sedang dipelajari.
3)
Pengalaman dan kesan sebagai hasil
pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Dradjat. 1985:45).
Kelebihan
metode demonstrasi yang digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1)
Membantu anak didik memahami dengan
jelas jalannya suatu proses kerja suatu benda.
2)
Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
3)
Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari
hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh kongkret, dengan
menghadirkan obyek sebenarnya.
B.
Hasil Penelitian Relevan
Hasil penelitian yang bisa dijadikan
acuan atau pembanding dalam kajian penelitian masalah penggunaan metode demonstrasi
untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang perpindahan energi panas adalah
sebagai berikut:
1.
Kartono (2006) penelitian tentang penggunaan
metode Demonstrasi.
a.
Masalah yang diteliti adalah apakah
penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
b.
Tujuan penelitiannya adalah mengetahui
keefektifan penggunaan metode demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar
siswa.
c.
Metode yang digunakan adalah metode demonstrasi.
d.
Kesimpulan yang didapat adalah bahwa
penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa seperti
pada tabel berikut ini:
Tabel
2.1 Hasil penelitian penggunaan metode demonstrasi
2.
Azizah Zulkarnaen (2009) “Upaya
Peningkatan Hasil Belajar Siswa IPA tentang perpindahan energi panas melalui
Penggunaan metode demonstrasi dalam Model Pembelajaran Aktif.
a.
Masalah yang diteliti adalah rendahnya
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA?
b.
Tujuan penelitiannya adalah meningkatkan
hasil belajar siswa mata pelajaran IPA.
c.
Metode yang digunakan adalah metode
pembelajaran aktif dan demonstrasi.
d.
Kesimpulan yang didapat adalah bahwa
penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel
2.2 Hasil penelitian metode demonstrasi dan pembelajaran
aktif
C.
Kerangka Berpikir
Rancangan kegiatan pembelajaran pada
dasarnya merupakan suatu bentuk rekayasa kurikulum untuk mencapai tujuan
belajar siswa. Bentuk rekayasa kurikulum ini sering disebut model pembelajaran
yang di dalamnya berisi penetapan metode mengajar guru dalam upaya menghasilkan
proses belajar siswa sesuai tujuan yang direncanakan oleh guru.
Proses pembelajaran yang dapat
menghasilkan proses belajar siswa sesuai dengan tujuan belajar yang ditetapkan
disebut pembelajaran efektif (effective teaching). Menurut Houston dan
kawan-kawan (1988:94) ada lima unsur pembelajaran efektif:
1.
Visi guru tentang kemampuan belajar
siswa,
2.
Keterampilan mengelola kelas,
3.
Waktu belajar yang tersedia,
4.
Pilihan kegiatan guru, dan
5.
Variasi metode yang digunakan.
Dalam kegiatan pembelajaran, keahlian
guru memberikan petunjuk atau cara mengajar serta penyajian materi yang akan
dipelajari merupakan salah satu hal yang penting.
Seorang guru hendaknya dapat menarik
perhatian dan motivasi siswa dalam belajar. Demikian materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru dapat dengan mudah dimengerti oleh siswa, sehingga hasil
belajar siswa dapat maksimal, tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk mewujudkan hal tersebut adalah dalam menyajikan atau menyampaikan materi
pelajaran, sebaiknya guru menggunakan metode dan alat peraga yang tepat.
Demikian pula pembelajaran IPA pada
materi perpindahan panas, dibutuhkan metode dan alat peraga yang tepat, yang
dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang
telah diperoleh dalam mempelajari materi perpindahan panas.
Metode demonstrasi adalah metode yang
digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang
berkenaan dengan pelajaran.
Penggunaan metode demonstrasi dapat digunakan
pada semua mata pelajaran dan pada semua
kelas. Langkah pokok yang dilakukan dalam metode demonstrasi yaitu:
1.
Pemetaan materi yang akan diajarkan.
2.
Pengecekan taraf pemahaman siswa secara
umum.
3.
Pengelolaan Tanya jawab.
4.
Pemberian umpan balik.
Setelah itu di akhir kegiatan pembelajaran, siswa
melaksanakan uji kompetensi secara mandiri untuk mengetahui hasil belajar siswa
pada materi perpindahan panas.
Untuk selanjutnya guru melaksanakan kegiatan
remedial bagi siswa yang mendapatkan hasil belajar di bawah KKM IPA, serta
member pengayaan bagi siswa yang telah tuntas KKM IPA. Secara garis besar
kerangka pemikiran dari uraian di atas dapat ditunjukkan dengan gambar sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Hasil
belajar IPA pada materi perpindahan panas yaitu rendah (kurang dari KKM)
karena guru tidak menggunakan metode dan alat peraga
|
Pembelajaran
dengan menggunakan metode demonstrasi
|
Kegiatan
pembelajaran :
·
Menarik perhatian dan motivasi siswa,
·
Siswa
aktif,
·
Pengalaman
langsung.
|
Hasil
belajar IPA pada materi perpindahan panas dapat mencapai KKM
|
D.
Hipotesis Tindakan
Dengan
memperhatikan beberapa pendapat di atas, disusunlah hipotesis tindakan sebagai
berikut:
1.
Penggunaan metode demonstrasi akan dapat
meningkatkan kesungguhan belajar siswa.
2.
Penggunaan metode demonstrasi akan dapat
meningkatkan kerjasama siswa dalam belajar.
3.
Penggunaan metode demonstrasi akan dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
4.
Penggunaan metode demonstrasi akan dapat
meningkatkan hasil belajar IPA tentang “Perpindahan Energi Panas”.
No comments:
Post a Comment
Bagi yang menginginkan contoh PTK lengkap bisa SMS ke 081328239660