BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
- Pelaksanaan Penelitian
Studi awal pelaksanaan pembelajaran IPA diperoleh hasil yang rendah. Hal
ini terbukti bahwa data perolehan nilai studi awal dari jumlah 25 siswa baru 12
siswa yang memperoleh nilai di atas KKM, nilai rata-rata kelas 52, hasil
ketuntasan klasikal 48%.
Tabel
4.1 Hasil Tes Formatif Studi Awal
Hasil pengamatan tersebut disebabkan karena 1) kurangnya perhatian siswa
dalam proses pembelajaran, 2) kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran,
3) kurangnya kesempatan siswa dalam bertanya, dan 4) rendahnya tingkat penguasaan
materi yang baru dipelajari. Oleh sebab itu bersama observer mendiskusikan dan
memutuskan untuk diadakan perbaikan tindakan kelas melalui Langkah tindakan
dalam siklus sebagai berikut:
a.
Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan perbaikan, dilakukan persiapan terakhir.
Langkah awal dalam perencanaan adalah peneliti memeriksa Rencana Pelaksanaan Perbaikan
Pembelajaran (RPPP) yang telah disusun, dibaca ulang, mencermati setiap butir
yang akan direncanakan.
Langkah selanjutnya adalah peneliti memeriksa alat peraga yang akan
digunakan, mencoba menggunakan alat peraga, dan mensimulasikan hingga
benar-benar yakin peragaan akan berjalan mulus.
Peneliti memeriksa skenario perbaikan pembelajaran yang terdapat di dalam
RPPP yang akan diimplementasikan melalui kegiatan perbaikan pembelajaran dari
kegiatan awal sampai kegiatan akhir.
Yang tidak kalah penting untuk dipersiapkan adalah kelengkapan dan
ketersediaan alat pengumpul data, seperti lembar observasi yang telah
disepakati dengan teman sejawat yang akan membantu.
Langkah terakhir dalam kegiatan perencanaan adalah meyakinkan bahwa teman
sejawat yang akan membantu sudah memahami apa yang harus ia lakukan, misalnya
apa saja yang harus diamati (guru, siswa, proses pembelajaran), bagaimana cara
mengisi lembar observasi, dan sebagainya.
b.
Tindakan
Pertemuan I
1)
Kegiatan Awal
Pada pertemuan pertama, kegiatan awal kurang lebih 10 menit. Peneliti
memberikan salam, memeriksa kehadiran siswa, mengkondisikan siswa agar siswa
siap menerima pelajaran, memotivasi siswa, memberikan apersepsi untuk
memusatkan perhatian siswa pada materi pembelajaran, berupa:
·
Mengapa jika berada di luar ruangan saat siang
hari terasa panas?
·
Mengapa hal itu bisa terjadi?
Peneliti menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan
dilaksanakan yaitu melalui pengamatan siswa dapat mendeskripsikan hasil
pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan
sehari-hari dengan benar.
2)
Kegiatan Inti
Peneliti membagi siswa ke dalam 5 kelompok. Setiap kelompok diberi
beberapa gambar energi panas seperti matahari, lilin, setrika, dan lain-lain
untuk diamati oleh siswa.
Setiap kelompok berdiskusi untuk mengerjakan lembar kerja siswa (LKS)
tentang pengaruh energi panas dalam kehidupan sehari-hari.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung teman sejawat melakukan
pengamatan terhadap jalannya proses perbaikan, keaktifan siswa, dan kegiatan
peneliti selama melaksanakan perbaikan pembelajaran.
Setelah selesai mengerjakan LKS, masing-masing kelompok melaporkan hasil
diskusinya di depan kelas bergantian dan kelompok lain yang belum maju
memberikan tanggapan, sanggahan, pertanyaan, dan pendapat yang berbeda kepada
kelompok yang sedang melaporkan hasil kerjanya.
Siswa mengumpulkan hasil diskusi kelompok untuk dipajang pada papan
pajangan kelas.
3)
Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir perbaikan pembelajaran adalah siswa dengan bimbingan
peneliti menyimpulkan hasil pengamatan dan merangkum materi pembelajaran yang
telah dipelajari.
Peneliti membacakan kembali hasil diskusi siswa dan menegaskan materi
yang telah dipelajari, memberikan tugas rumah kepada siswa.
Peneliti mengakhiri perbaikan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Pertemuan II
1)
Kegiatan Awal
Pada pertemuan kedua, kegiatan awal dilaksanakan dengan memberikan salam,
memeriksa kehadiran siswa, mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran.
Peneliti mulai melakukan apersepsi sebagai berikut: “Mengapa pakaian basah yang
dijemur lama-lama akan kering?” “Pada pertemuan kali ini kita akan belajar
bersama tentang pengaruh energi panas dalam kehidupan sehari-hari.”
2)
Kegiatan Inti
Peneliti membagi siswa ke dalam 5 kelompok. Setiap kelompok diberi lembar
kegiatan untuk melaksanakan tugas pengamatan tentang pengaruh panas matahari.
Peneliti mengajak siswa ke luar kelas untuk melakukan peragaan
membuktikan bahwa panas sinar matahari berpengaruh terhadap kehidupan kita.
Siswa mengambil dua lembar kertas biru dan putih, kemudian kedua kertas
dimasukkan ke dalam ember yang berisi air. Kertas basah kemudian diberikan
kepada dua anggota kelompok. Kertas yang putih diletakkan di tempat yang
terkena panas matahari secara langsung, sedangkan yang biru diletakkan di
tempat yang teduh.
Setiap kelompok melakukan pengamatan langsung terhadap proses pengaruh
energi panas matahari.
Selama proses kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung teman sejawat
melakukan pengamatan terhadap jalannya proses perbaikan, keaktifan siswa, dan
kegiatan peneliti selama melaksanakan perbaikan pembelajaran.
Setelah selesai, masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusinya di
depan kelas dan kelompok lain menanggapi. Siswa dengan bimbingan peneliti
menyimpulkan hasil pengamatan.
Peneliti memberikan penguatan terhadap siswa/kelompok yang berani maju
melaporkan hasil diskusinya.
Siswa mengumpulkan hasil diskusi kelompok untuk dipajang pada papan
pajangan kelas.
3)
Kegiatan Akhir
Peneliti membacakan kembali hasil diskusi siswa dan menugaskan materi,
membimbing siswa merangkum materi yang telah dipelajari.
Siswa mengerjakan tes formatif untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa terhadap materi yang telah diterimanya, kemudian dilanjutkan dengan penilaian
dan tindak lanjut.
Peneliti mengakhiri perbaikan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
c.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat terhadap peneliti. Berdasarkan
hasil penelitian didapat beberapa hal yang mendapat perhatian pengamat dan
menjadi catatan, ada beberapa siswa yang tidak serius melaksanakan tugas, ada
anak yang malah bermain dan tidak melakukan pengamatan sesuai dengan apa yang
harus dikerjakan sesuai lembar kerja.
Berdasarkan hasil pengamatan secara umum proses kegiatan perbaikan
pembelajaran sudah baik. Kurang optimalnya kegiatan siswa merupakan penyebab
masih rendahnya hasil belajar siswa. Hasil tes formatif ada 15 anak yang sudah
mendapat nilai di atas nilai tuntas, dan sisanya 10 anak mendapat nilai di
bawah nilai tuntas.
Kemudian pengamat mewawancarai siswa yang belum tuntas, dari hasil
wawancara ternyata siswa yang belum tuntas merasa bingung apa yang harus
dilakukan pada saat penelitian.
d.
Refleksi
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA tentang pengaruh energi panas,
gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari pada siklus I belum berhasil.
Terbukti dari 25 siswa baru 15 yang mendapat nilai tuntas. Kurangnya
optimalisasi kegiatan siswa pada saat kerja melakukan pengamatan merupakan
salah satu faktor penyebab, dan kurangnya pengawasan peneliti juga menjadi
sebab rendahnya nilai siswa.
Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti dan pengamat sepakat untuk
melakukan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II. Upaya yang akan dilakukan
adalah dengan mengoptimalkan kegiatan siswa, dan meningkatkan pengawasan
peneliti terhadap kerja siswa.
2.
Siklus II
a.
Perencanaan
Peneliti dan pengamat memfokuskan perencanaan perbaikan pada optimalisasi
kerja siswa pada saat melakukan pengamatan secara kelompok.
Pada siklus II ini peneliti membuat lembar pengamatan siswa dan
mempersiapkan lembar kerja siswa (LKS) yang lebih sempurna dengan dilengkapi perintah
yang jelas. Peneliti juga menyiapkan beberapa alat bantu/peraga seperti kitiran/kincir
angin dan kipas angin untuk diamati siswa.
b.
Tindakan
Pertemuan I
1)
Kegiatan Awal
Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti menyiapkan alat peraga
dan lembar pengamatan siswa. Peneliti masuk ruangan dengan membawa semua
perlengkapan yang diperlukan saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan salam, dilanjutkan do’a dan presensi
siswa dengan memanggil siswa satu-persatu. Kemudian peneliti melakukan
apersepsi dengan pertanyaan mengapa perahu layar bisa bergerak?
Peneliti menunjukkan gambar perahu layar yang berada di tengah laut
dengan layar terkembang, lalu menanyakan mengapa bisa demikian?
2)
Kegiatan Inti
Seperti pada siklus I, peneliti membagi siswa menjadi 5 kelompok,
kemudian membagikan gambar perahu layar
yang sedang berlayar di tengah laut kepada masing-masing kelompok untuk
diamati. Setiap kelompok mengamati gambar perahu layar, mencatat hal-hal yang
dianggap penting dan mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) dengan diskusi
kelompok.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung teman sejawat melakukan
pengamatan terhadap jalannya proses perbaikan, keaktifan siswa, dan kegiatan
peneliti selama melaksanakan perbaikan pembelajaran.
Setelah selesai, masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusinya di
depan kelas sementara kelompok lain memberikan tanggapan, pertanyaan, dan
pendapatnya terhadap isi laporan kelompok lain. Siswa mengumpulkan hasil
diskusi kelompok untuk dipajang pada papan pajangan kelas.
3)
Kegiatan Akhir
Siswa dengan bimbingan peneliti menyimpulkan hasil
pengamatan, merangkum materi pelajaran, dan membacakan kembali hasil diskusi kelompok
dan menegaskan materi.
Peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan
di rumah secara individu.
Peneliti mengakhiri perbaikan pembelajaran dengan
mengucapkan salam.
Pertemuan II
1)
Kegiatan Awal
Pada pertemuan kedua, kegiatan awal dilaksanakan dengan memberikan salam,
memeriksa kehadiran siswa, mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran.
Peneliti mulai melakukan apersepsi sebagai berikut: “Siapa yang pernah membuat
kincir angin kertas?” “Pada pertemuan kali ini kita akan belajar bersama
tentang pengaruh energi gerak dalam kehidupan sehari-hari.”
2)
Kegiatan Inti
Seperti pada pertemuan I peneliti membagi siswa menjadi 5 kelompok,
kemudian membagikan lembar kerja siswa (LKS) kepada masing-masing kelompok
untuk mencatat segala sesuatu yang dilakukan dalam pengamatan yang akan
dilakukan.
Peneliti mempersilahkan siswa untuk melakukan pengamatan baik di dalam
maupun di luar kelas, kemudian siswa mengerjakan pengamatan sesuai dengan
perintah yang ada di lembar kerja siswa.
Pada saat siswa melakukan kegiatan, peneliti mengawasi dan melakukan
penilaian proses serta mengingatkan siswa yang bermain sendiri.
Setelah kerja kelompok selesai, siswa menyampaikan hasil pengamatannya
secara kelompok. Peneliti memberikan penguatan pada hasil masing-masing
kelompok.
Siswa dengan bimbingan peneliti menyimpulkan hasil pembelajaran.
3)
Kegiatan Akhir
Peneliti menyampaikan kembali hasil kesimpulan yang telah dibuat siswa,
dilanjutkan dengan membagikan lembar soal tes formatif untuk dikerjakan oleh
siswa secara mandiri.
Peneliti melakukan penilaian, tindak lanjut dan menutup pembelajaran
dengan salam.
c.
Pengamatan
Hasil pengamatan terlihat adanya optimalisasi kerja siswa, jika
dibandingkan dengan siklus I. peneliti terlihat membimbing siswa atau kelompok
yang kurang aktif serta mengingatkan siswa-siswa yang bermain sendiri.
Hasil siklus II terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa dari 15
(60%) menjadi 18 anak (72%), tinggal 7 anak yang belum tuntas atau sekitar 28%,
namun belum mencapai ketuntasan yang diharapkan. Hal ini karena masih ada siswa
yang belum bisa memahami perintah dalam lembar kerja.
Tingkat keaktifan siswa pada siklus II meningkat menjadi 72%, sehingga
masih perlu diupayakan terjadinya peningkatan lagi.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keaktifan siswa salah satunya
adalah dengan memperkecil jumlah anggota kelompok, sehingga siswa akan lebih
aktif karena pembagian tugas dapat merata. Siswa akan dibagi menjadi 6 kelompok
sehingga setiap kelompok terdiri dari 4 anak.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti dan pengamat sepakat
untuk melakukan tindakan berikutnya, yaitu siklus III.
d.
Refleksi
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II belum berhasil, terbukti
masih ada 7 siswa yang belum tuntas atau sekitar 28%. Usaha perbaikan dilakukan
pada lembar kerja siswa dan pelaksanaan kegiatan, peneliti harus memberikan
informasi apa yang harus dikerjakan oleh siswa pada saat kerja kelompok.
3.
Siklus III
a.
Perencanaan
Pada siklus III ini peneliti menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan
dalam kegiatan perbaikan pembelajaran, seperti rencana pelaksanaan perbaikan
pembelajaran (RPPP), lembar pengamatan siswa, lembar kerja siswa, dan alat
peraga.
Fokus perbaikan pembelajaran siklus III pada peningkatan keterampilan
siswa dalam menemukan pengetahuan sendiri melalui pengamatan dan peragaan
langsung terhadap lingkungannya, yaitu sekolah.
b.
Tindakan
Pertemuan I
1)
Kegiatan Awal
Sebelum kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung, peneliti menyiapkan
alat peraga dan lembar pengamatan siswa. Peneliti masuk ruangan dengan membawa
semua perlengkapan yang diperlukan saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan salam, dilanjutkan do’a, dan
presensi siswa dengan memanggil siswa satu-persatu. Peneliti melakukan
apersepsi dengan pertanyaan mengapa gitar akan berbunyi jika senarnya dipetik?
Peneliti menyampaikan informasi yang harus diamati dan dilakukan siswa
saat kerja kelompok.
2)
Kegiatan Inti
Siswa dibagi menjadi 6 kelompok, sehingga setiap kelompok beranggotakan 4
anak. Diharapkan dengan kecilnya jumlah anggota kelompok akan lebih
meningkatkan keaktifan siswa. Setiap kelompok diberi gambar lonceng, orang
bermain gitar, dan gambar dram. Setiap kelompok mengamati gambar dan
mengerjakan lembar kerja siswa dengan diskusi kelompok.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung teman sejawat melakukan
pengamatan terhadap jalannya proses perbaikan, keaktifan siswa, dan kegiatan
peneliti selama melaksanakan perbaikan pembelajaran.
Setelah selesai, masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusinya di
depan kelas dan kelompok lain menanggapi. Siswa mengumpulkan hasil diskusi dan
dipajang pada papan pajangan.
3)
Kegiatan Akhir
Siswa dengan bimbingan peneliti menyimpulkan hasil pengamatan.
Peneliti membacakan kembali hasil diskusi siswa, menegaskan materi, dan memberikan
tugas rumah kepada siswa.
Peneliti menutup pembelajaran dengan salam.
Pertemuan II
1)
Kegiatan Awal
Pada pertemuan II siklus III ini sebelum kegiatan perbaikan pembelajaran
berlangsung, peneliti menyiapkan alat peraga dan lembar pengamatan siswa.
Peneliti masuk ruangan dengan membawa semua perlengkapan yang diperlukan saat
pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan salam, dilanjutkan do’a, dan
presensi siswa dengan memanggil siswa satu-persatu. Peneliti melakukan
apersepsi dengan pertanyaan mengapa gong/gendang berbunyi bila dipukul?
Peneliti menyampaikan informasi yang harus diamati dan dilakukan siswa
saat kerja kelompok.
2)
Kegiatan Inti
Siswa dibagi menjadi 6 kelompok, sehingga setiap kelompok beranggotakan 4
siswa. Setiap kelompok mendapat lembar kerja siswa (LKS) yang sama.
Peneliti mempersilahkan siswa melakukan pengamatan dan penelitian serta
percobaan yang diperlukan untuk menemukan pengetahuan tentang pengaruh energi
panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari.
Peneliti mengamati kerja siswa dan melakukan penilaian proses. Peneliti
membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
Selesai kerja kelompok, masing-masing kelompok menyampaikan hasil
kerjanya, kelompok lain menanggapi.
Peneliti memberikan penguatan kepada setiap kelompok. Siswa dengan
bimbingan peneliti membuat kesimpulan pembelajaran.
3)
Kegiatan Akhir
Peneliti mengingatkan kembali hal-hal yang penting tentang pengetahuan
yang telah didapat siswa pada saat kerja kelompok. Siswa mencatat kesimpulan
dan rangkuman.
Peneliti memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, memberikan lembar soal
tes formatif untuk dikerjakan siswa secara mandiri.
Peneliti menutup pembelajaran dengan memberikan tugas dan diakhiri dengan
salam.
c.
Tindakan
Hasil pengamatan teman sejawat menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
ketuntasan belajar pada siklus III, dari 25 anak seluruhnya telah mencapai
ketuntasan belajar atau 100% tuntas belajar. Anak sudah terlihat lebih aktif
pada saat melakukan kerja kelompok, dan sudah dapat menemukan sendiri
pengetahuan yang ada di lingkungannya, dengan demikian terbukti bahwa dengan
model pembelajaran CTL dan metode inkuiri siswa dapat menemukan pengetahuannya
sendiri karena siswa terlibat langsung dan kontak langsung dengan lingkungan
tempat hidupnya. Harapannya, pengetahuan ini akan lebih bermakna dan bertahan
lama karena siswa mengalami dan menemukan sendiri pengetahuannya.
d.
Refleksi
Perbaikan pembelajaran telah berhasil mencapai tujuan perbaikan. Dari 25
siswa seluruhnya (100%) telah tuntas belajar, nilai rata-rat hasil tes formatif
pada siklus ketiga adalah 80. Berdasarkan hasil tersebut maka tindakan
perbaikan pembelajaran dihentikan.
- Hasil Penelitian
1.
Siklus I
a.
Perencanaan
Data yang diperoleh berupa RPPP yang di dalamnya tercakup komponen
skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan, seperangkat instrumen yang
akan digunakan untuk pengumpulan data,
dan data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS).
b.
Tindakan
Pada tahap
pelaksanaan tindakan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.2 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Siklus I
Dari tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)
Pada
studi awal nilai rata-rata kelas 52 setelah dalakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 58.
2)
Terdapat 15 anak yang mengalami
kenaikan nilai prestasi.
3)
Pada
studi awal 12 anak (48%) tuntas belajar pada siklus I
naik menjadi 15 anak (60%). Kenaikannya sebanyak 3 anak (12%).
Gambar 4.1. Grafik Perkembangan Ketuntasan
Siklus 1
(dalam persen)
c.
Pengamatan
Pada tahap pengamatan,
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rekapitulasi
Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus
I
Dari tabel di atas
diperoleh keterangan sebagai berikut:
1)
Pada siklus I, siswa yang menunjukkan peningkatan
keaktifan dalam belajar sebanyak 15 siswa atau 60% .
2)
Sedangkan yang tidak ada peningkatan 10 siswa (40%).
3)
Dari studi awal ke siklus I, keaktifan belajar siswa
naik 20%.
Gambar 4.2 Grafik
Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus I
d.
Refleksi
1)
Berdasarkan analisis data nilai tes formatif 15 siswa (60%) dari 25 siswa telah
tuntas.
2)
Nilai rata-rata kelas pada tes awal 52. Pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 58.
3)
Keaktifan siswa dari tes awal ke siklus I mengalami
peningkatan dari 10 anak (40%)
menjadi 15 anak (60%).
4)
Kesimpulan
sementara dari hasil tindakan yang telah dilakukan menunjukkan peningkatan.
1.
Siklus II
a.
Perencanaan
Data yang diperoleh berupa RPPP, seperangkat instrumen untuk pengumpulan
data, dan data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS).
b.
Tindakan
Pada tahap
pelaksanaan tindakan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Siklus II
Dari tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)
Pada siklus
I nilai rata-rata kelas 58 setelah dalakukan perbaikan
mengalami kenaikan menjadi 66,8.
2)
Dari 25 anak ada 21 anak yang mengalami kenaikan nilai prestasi.
3)
Siswa
yang telah mencapai ketuntasan belajar pada siklus I adalah 15 anak (60%) menjadi 18 anak (72%) dari 25 siswa. Kenaikan ketuntasan belajar siswa
pada siklus II sebanyak 3 (12%).
Gambar 4.3. Grafik Perkembangan Ketuntasan
Siklus I1
(dalam persen)
c.
Pengamatan
Pada tahap pengamatan,
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.5 Rekapitulasi
Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus
II
Dari tabel di atas
diperoleh keterangan sebagai berikut:
1)
Pada siklus II, siswa yang menunjukkan peningkatan keaktifan dalam belajar sebanyak 18 siswa atau 80% .
2)
Sedangkan yang tidak ada peningkatan 7 siswa (20%).
3)
Dari siklus I ke siklus II, keaktifan belajar siswa naik 20%.
Gambar 4.4 Grafik
Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus II
d.
Refleksi
1)
Berdasarkan analisis data nilai tes formatif 18 siswa (72%) dari 25 siswa telah
tuntas.
2)
Nilai rata-rata kelas pada siklus I 58. Pada siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 66,8.
3)
Keaktifan siswa dari siklus I ke siklus II mengalami
peningkatan yaitu 20 siswa aktif (80%).
4)
Kesimpulan
sementara dari hasil tindakan yang telah dilakukan menunjukkan peningkatan.
2.
Siklus
III
a.
Perencanaan
Data yang diperoleh berupa RPPP, seperangkat instrumen untuk pengumpulan
data, dan data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS).
b.
Tindakan
Pada tahap
pelaksanaan tindakan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Siklus III
Dari tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)
Pada siklus
II nilai rata-rata kelas 65,8 setelah dalakukan perbaikan
mengalami kenaikan menjadi 82,4.
2)
Dari 25 anak seluruhnya mengalami kenaikan nilai prestasi.
3)
Siswa
yang telah mencapai ketuntasan belajar pada siklus II adalah 18 anak (72%) menjadi 25 anak (100%) dari 25 siswa. Kenaikan ketuntasan belajar siswa
pada siklus III sebanyak 7 (28%).
Gambar 4.5. Grafik Perkembangan Ketuntasan
Siklus III
(dalam persen)
c.
Pengamatan
Pada tahap pengamatan,
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.7 Rekapitulasi
Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus
III
Dari tabel di atas
diperoleh keterangan sebagai berikut:
1)
Pada siklus III, siswa yang menunjukkan peningkatan keaktifan dalam belajar sebanyak 25 siswa atau 100% .
2)
Dari siklus II ke siklus III, keaktifan
belajar siswa naik 20%.
Gambar 4.6 Grafik
Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus III
d.
Refleksi
1)
Berdasarkan analisis data nilai tes formatif seluruh siswa (100%) telah tuntas.
2)
Nilai rata-rata kelas pada siklus II 66,8. Pada siklus III nilai rata-rata kelas mencapai 82,4.
3)
Keaktifan siswa dari siklus II ke siklus III mengalami
peningkatan yaitu 25 siswa aktif (100%).
4)
Kesimpulan
hasil tindakan yang telah dilakukan menunjukkan peningkatan.
- Pembahasan Hasil Penelitian
1.
Siklus I
Alternatif pemecahan masalah untuk mengawasi rendahnya pemahaman siswa
terhadap konsep pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan
sehari-hari dan rendahnya kesungguhan belajar siswa dengan menggunakan alat
peraga kongkret dalam pembelajaran di kelas III SD .........................,
Ternyata memberikan kenaikan hasil belajar dan keaktifan belajar signifikan
jika dibandingkan dengan studi sebelumnya.
Berkat intervensi ini ada kenaikan ketuntasan belajar sebesar 12%.
Kenaikan nilai rata-rata sebesar 6 dan kenaikan keaktifan belajar siswa sebesar
20%. Intervensi yang peneliti lakukan dengan mengimplementasikan metode inkuiri
dalam pembelajaran ternyata menimbulkan ketertarikan bagi siswa, sehingga
berimplikasi pada kesungguhan belajar akhirnya Ternyata berkolerasi positif
dengan peningkatan hasil belajar siswa.
Kehadiran alat peraga dalam pembelajaran telah mampu mempermudah siswa
dalam belajar. Hal ini seperti tercantum dalam Encyclopedia of Educational
Research ( dalam Oemar Hamalik, 2004:6) media memiliki manfaat di antaranya;
meletakkan dasar berfikir kongkret, memberikan pengalaman nyata dan menumbuhkan
pemikiran yang kontinyu, yang membuat pembelajaran lebih mantap. Di samping
itu, model juga dapat mengatasi Keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa dan
juga Keterbatasan indera, ruang, dan waktu (Oemar Hamalik, 2004:16-19).
2.
Siklus II
Setelah dilakukan intervensi terhadap kelemahan refleksi pada siklus I,
melalui bimbingan dalam diskusi kelompok kenaikan ketuntasan belajar siswa
semakin terlihat. Kenaikan ketuntasan belajar sebesar 12%, kenaikan rata-rata
kelas sebesar 8,8 dan kenaikan keaktifan siswa sebesar 20%. Hal ini sesuai
dengan apa yang dikatakan Slamet Tri Hartanto (2007:8), “Setiap media sudah
pasti memiliki Kelebihan dan kekurangan. Untuk memperoleh hasil yang optimal,
Pemilihan media di antaranya perlu memperhatikan jumlah siswa atau besar
kecilnya kelas”.
Faktor lain yang ikut memberi kontribusi terhadap peningkatan hasil
belajar siswa adalah dengan diberikannya kesempatan kepada siswa untuk
melakukan peragaan dalam kelompok. Hal ini memberikan pengalaman nyata. Tetapi,
pada siklus II ini walaupun sudah menunjukkan kenaikan yang signifikan,
pemahaman siswa belum melampaui batas criteria yang ditetapkan.
3.
Siklus III
Berdasarkan refleksi pada siklus II, peneliti menggunakan variable lain
untuk meningkatkan kesungguhan belajar siswa yang nantinya diharapkan memberi
kontribusi terhadap peningkatan pemahaman, dengan memperkecil jumlah anggota
setiap kelompok kerja siswa, Ternyata upaya tersebut dapat memberikan
kontribusi yang signifikan.
Peningkatan pemahaman siswa atau ketuntasan belajar siswa naik sebesar 28%,
kenaikan keaktifan belajar siswa sebesar 20% dan kenaikan nilai rata-rata kelas
sebesar 15,6. Ternyata dengan jumlah empat siswa, kerja kelompok lebih baik dan
semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan semua siswa memperoleh
pengalaman nyata dari pembelajaran. Seperti dikatakan Edgar Dale bahwa
pengalaman belajar yang paling tinggi nilainya adalah pengalaman belajar
langsung dan melakukan sendiri.
PTK bab selanjutnya
silahkan klik di tag, atau lihat postingan lainnya di tag/kategori. Bagi yang
menghendaki file-nya Laporan PTK lengkap dari judul di atas silahkan dapat SMS
saya di nomor HP. 081328239660, akan saya kirimkan filenya ke alamat email anda
setelah anda transfer ongkos ketik Rp. 50.000,- ke BNI Cabang Kebumen no rek.
0222010799 a.n. Rinoto.
No comments:
Post a Comment
Bagi yang menginginkan contoh PTK lengkap bisa SMS ke 081328239660