Friday, March 30, 2012

Contoh BAB II PTK Bahasa Indonesia Kelas I

Contoh BAB II PTK Bahasa Indonesia Kelas I dengan judul Upaya Peningkatan keaktifan dan hasil belajar Bahasa Indonesia melalui metode SAS Kelas I

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Kajian Teori
Dalam landasan teori akan dijelaskan mengenai hakikat metode, metode pembelajaran, metode SAS, membaca, menulis, mata pelajaran Bahasa Indonesia, media, hasil belajar, dan pembelajaran aktif.
1.      Hakikat Metode Pembelajaran
a.       Pengertian Metode
Metode menurut bahasa adalah cara yang teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai hasil yang baik seperti apa yang diinginkan (Badudu-Zaink, 1994: 896) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Mengajar mengutamakan penampilan guru secara khas, dan unik yang berasal dari sifat, perasaan, dan naluri guru. Mengajar juga dapat diartikan sebagai kegiatan menyampaikan pesan berupa pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap-sikap tertentu dari guru kepada peserta didiknya (Mulyani Sumantri dan Johan Pramana, 2001:20).
Berdasarkan Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang teratur yang ditempuh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode mengajar sebagai salah satu unsur pembelajaran efektif dapat dikelompokkan ke dalam dua bentuk yaitu content specific methods (metodik khusus) and general teaching methods (metodik umum) (Houston, 1988: 195).
Daliman, dkk (1996:99) berpendapat bahwa metode adalah cara yang di dalamnya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Sumantri dan Johar Permana (2001:114) berpendapat bahwa metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar mengajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang mernuaskan.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan metode yang digunakan merupakan suatu hal yang penting, karena metode yang tepat dan efektif dalam menyajikan bahan pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar.
Dalam penelitian ini penulis akan meneliti tentang keefektifan penggunaan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan, akan diuraikan lebih lanjut.
2.      Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
a.       Pengertian Metode SAS
Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa pemula. Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan (MMP) dengan metode SAS mengawali pelajarannya dengan menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat.
Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep “kebermaknaan” pada diri anak. Sebelum proses KBM, Membaca Menulis Permulaan (MMP) guru dapat memanfaatkan rangsang gambar, benda nyata tanya jawab informal untuk menggali bahasa siswa.           
Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-langkah berlandaskan operasional dengan urutan struktural menampilkan keseluruhan analitik, melakukan proses penguraian Sintetik, dan melakukan penggabungan kembali kepada bentuk struktural semula.
Landasan linguistiknya bahwa itu ucapan bukan tulisan, unsur bahasa dalam metode ini adalah kalimat, bahwa Bahasa Indonesia mempunyai struktur tersendiri. Landasan pedagogiknya (1) mengembangkan potensi dan pengalaman anak, (2) membimbing anak menemukan jawaban suatu masalah. Landasan psikologisnya bahwa pengamatan pertama sifat global (totalitas) dan bahwa anak usia sekolah memiliki sifat ingin tahu.
b.      Prosedur Penggunaan Metode SAS
Penggunaan metode SAS dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)      Guru menuliskan sebuah kalimat sederhana, kemudian kalimat dibacakan, dan siswa menulisnya.
2)      Kalimat tersebut diuraikan/dipisah-pisahkan kedalam kata­-kata, setelah dibaca siswa menyalin kata-kata itu seperti yang dilakukan guru.
3)      Kata-kata dalam kalimat itu diuraikan lagi atas suku-sukunya, setelah dibaca siswa menyalin suku-suku itu seperti yang dilakukan oleh guru.
4)      Suku-suku kata itu diuraikan lagi atas huruf-hurufnya, siswa menyalin sepeti apa yang dilakukan guru.
5)      Setelah guru memberikan penjelasan lebih lanjut, huruf-huruf itu dirangkaikan lagi menjadi suku kata. Siswa melakukan seperti apa yang dilakukan guru.
6)      Setelah semua siswa selesai, guru merangkaikan suku-suku menjadi kata, siswa menyalin.
7)      Kata-kata tersebut dirangkaikan lagi sehingga menjadi kalimat seperti semula. Siswa melakukan hal yang sama seperti guru. Dari prosedur penggunaan metode SAS di atas, maka untuk memudahkan dalam pembelajarannya dibutuhkan media.
Media untuk mengajarkan membaca dan menulis permulaan antara lain: Papan tulis, papan tali, papan selip, papan flannel, gambar, kartu kalimat, kartu kata, kartu suku kata, dan huruf. Kartu nama, papan nama, benda-benda berlabel yang ada disekitar siswa, majalah anak-anak. Cara penggunaan media diatasPapan tulis digunakan oleh guru untuk memberikan contoh dan oleh siswa untuk menuliskan apa yang ditugaskan oleh guru.
Papan selip digunakan oleh guru untuk menyelipkan gambar/kartu kata, kartu kalimat yang harus disalin oleh siswa, atau gambar yang harus dituliskan judulnya oleh siswa. Papan tali digunakan untuk menggantungkan kartu kalimat, kartu kata, suku kata, dan huruf yang harus disalin oleh siswa, atau gambar yang perlu dituliskan judulnya.                                       
Penggunaan papan flannel sama dengan papan tali dan papan selip, tetapi kartu­kartu dan gambar ditempelkan/diletakkan pada flannel. Majalah anak-anak dapat digunakan untuk tugas menyalin kalimat-kalimat sederhana yang ada didalamnya, atau menyalin judul. Papan nama, kartu nama, label dan sebagainya untuk tugas menyalin. Metode SAS digunakan guru karena alasan sebagai berikut:
1)      Dapat menyenangkan siswa.
2)      Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya.
3)      Bila dilaksanakan lebih efektif dan efisien.
4)      Tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang labih rumit.
c.       Kelebihan Penggunaan Metode SAS
Kelebihan penggunaan metode SAS antara lain:
1)      Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis.
2)      Dengan langkah­langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan dapat cepat membaca pada kesemapatan berikutnya.
3)      Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan membantu anak menguasai bacaan dengan lancar.

d.      Kelemahan Metode SAS
Kelemahan penggunaan metode SAS antara lain:
1)      Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif, terampil dan sabar.
2)      Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini, untuk sekolah-sekolah tertentu dirasa sukar.
3)      Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajaran diperkotaan dan tidak di pedesaan.
4)      Oleh karena agak sukar mengajarkan metode SAS banyak para pengajar yang tidak menggunakan metode ini.
3.      Membaca
a.       Pengertian Membaca
Membaca adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan. Dalam kegiatan membaca, pembaca memroses informasi dari teks yang dibaca untuk memperoleh makna (Vacca, 1991:172). Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Dengan demikian, anak sejak kelas awal SD perlu memperoleh latihan membaca dengan baik khususnya membaca permulaan.
Para ahli telah mendefiniskan tentang membaca, akan tetapi tidak ada kriteria tertentu untuk menentukan suatu definisi membaca yang dianggap paling benar. Menurut Haris membaca sebagai suatu kegiatan yang memebrikan respon makna secara tepat terhadap lambang verbal yang tercetak atau tertulis.
Pemahaman atau makna dalam membaca lahir dari interaksi antara persepsi terhadap simbol grafis dan ketrampilan bahasa serta pengetahuan pembaca. Dalam interaksi ini, pembaca berusaha menciptakan kembali makna sebagaimana makna yang ingin disampikan oleh penulis dan tulisannya. Dalam proses membaca itu pembaca mencoba mengkreasikan apa yang dimaksud oleh penulis.
Gibbon (1993:70-71) mendefinisikan membaca sebagai proses memperoleh makna dari cetakan. Kegiatan membaca bukan sekedar aktivitas yang bersifat pasif dan reseptif saja, melainkan menghendaki pembaca untuk aktif berpikir. Untuk memperoleh makna dari teks, pembaca harus menyertakan latar belakang bidang pengetahuannya, topik, dan pemahaman terhadap sistem bahasa itu sendiri. Tanpa hal-hal tersebut selembar teks tidak berarti apa-apa bagi pembaca.
Smith berpendapat bahwa kegiatan membaca terjadi proses pengolahan informasi yang terdiri atas informasi visual dan informasi nonvisual. Informasi visual, merupakan informasi yang dapat diperoleh melalui indera penglihatan, sedangkan informasi nonvisual merupakan informasi yang sudah ada dalam benak pembaca. Karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan dia menggunakan pengalaman itu untuk menafsirkan informasi visual dalam bacaan,maka isi bacaan itu akan berubah-ubah sesuai dengan pengalamn penafsirannya.
Pembaca yang telah lancar pada umumnya meramalkan apa yang dibacanya dan kemudian menguatkan atau menolak ramalannya itu berdasarkan apa yang terdapat dalam bacaan. Permaalan dibuat berdasarkan pada tiga kategori sistem yaitu aspek sistematis, sintaksis dan grafologis. Menurut Wilson dan Peters (dalam Cleary, 1993:284) bahwa membaca merupakan suatu proses menysun makna melalui interaksi dinamis di antara pengetahuan pembaca yang telah ada, informasi yang telah dinyatakan oleh bahasa tulis, dan konteks situasi pembaca.
Anderson dalam Tarigan (1980:8) menyangkut linguistik menjelaskan bahwa membaca merupakan suatu proses penyandian kembali (recording process) dan proses pembacaan sandi (dekonding process). Menurut Hudgson (1960:43) mengatakan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui kata-kata dalam bahasa tulis.
Suatu proses yang menuntut pembaca agar dapat memahami kelompok kata yang tertulis merupakan suatu kesatuan dan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan makna kata-kata itu dapat diketahui secara tepat. Apabila hal ini dapat terpenuhi maka pesan yang tersurat dari yang tersirat dapat dipahami, sehingga proses membaca sudah terlaksana dengan baik. Seseorang yang sedang membaca berarti ia sedang melakukan suatu kegiatan dalam bentuk berkomunikasi dengan diri sendiri melalui lambang tertulis.
Seorang pembaca yang baik adalah orang yang dapat mengambil tanggapan mengenal bahasa (ide, style, dan kematangan pengarang) dan pengertian dengan kecepatan yang lumayan (Gusnetti, 1997:13). Soedarso (1991:4) menjelaskan kemampuan membaca yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam suatu bacaan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Pembaca berusaha memahami isi bacaan berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kompetensi kebahasaannya. Dalam proses pemahaman bacaan tersebut, pembaca pada umumnya membuat ramalan-ramalan berdasarkan sistem semantik, sintaksis, grafologis, dan konteks situasi yang kemudian diperkuat atau ditolak sesuai dengan isi bacaan yang diperoleh.
b.      Unsur-Unsur yang Terkandung dalam Membaca
Abdullah (1990:2) mengatakan bahwa, unsur-unsur kemampuan membaca dapat ditelusuri dari pengertian membaca yang telah dikemukakan, yaitu:
1)        Membaca merupakan interaksi dengan bahasa yang telah diubah menjadi cetakan, maka kemampuan memahami lambang-lambang bunyi merupakan penentu utama keberhasilan membaca.
2)        Hasil interaksi dengan bahasa cetak merupakan pemahaman, maka kemampuan memaknai susunan lambang-lambang bunyi juga merupakan unsur penentu keberhasilan membaca.
3)        Kemampuan membaca berhubungan erat dengan kemampuan berbahasa lisan, maka unsur-unsur kemampuan fisik, misalnya kemampuan mata dan kemampuan mengendalikan gerak bibir juga mempengaruhi keberhasilan membaca.
4)        membaca merupakan proses aktif dan berlanjut yang dipengaruhi langsung oleh interaksi seseorang dengan lingkungannya, maka keberhasilan membaca juga dipengaruhi oleh unsur kecerdasan serta pengalaman membaca yang dimiliki.
c.       Jenis-Jenis Membaca
Bermacam-macam kelakuan dan tujuan manusia dalam membaca, semua tergantung kepada niat dan sikap dari si pembaca. Dalam hal ini ada 2 jenis membaca yang didasarkan kepada tingkat dan kemauan berdasarkan kepada tujuan dan kecepatan.
1)      Membaca Berdasarkan Tingkatnya
Agustina (1990:10) membagi membaca menjadi 4 jenis, yaitu:
a)      Membaca Permulaan
Membaca permulaan dianggap sebagai membaca tingkat dasar. Hal ini lebih mengutamakan kegiatan jasamani atau fisik. Kesanggupan menyuarakan lambang-lambang bahasa tulis serta menangkap makna yang berada dibalik lambang-lambang tersebut adalah sebagian kegiatan yang dilakukannya.
b)      Membaca Inspeksional
Membaca inspeksional berkaitan degan masalah waktu yang tersedia untuk membaca. Pembaca hanya mempunyai waktu yang relatif singkat sedangkan pembaca harus menyelesaikan.
c)      Membaca Analitis
Membaca analitis merupakan membaca lengkap, baik dan sempurna yang dilakukan dalam waktu yang tidak terbatas dengan tujuan menganalisa tentang bacaan yang dibaca.
d)     Membaca Sintopikal
Membaca sintopikal ini menuntut pebaca untuk mempunyai waktu lebih banyak lagi, karena dalam membaca sintopikal pembaca harus menganalisis lebih dari 1 buku.
2)      Membaca Berdasarkan Kecapatan dan Tujuannya
Gani dan Semi (1976:4) membagi membaca ke dalam 4 jenis, yaitu:
a)      Membaca Kilat (Skimming)
Membaca kilat (Skimming) merupakan salah satu cara, membaca yang lebih mengutamakan penangkapan esensi bacaan, tanpa membaca keseluruhan dari materi bacaan tersebut.
b)      Membaca Cepat (Speed reading)
Membaca cepat adalah membaca yang dilakukan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Biasanya dengan membaca kalimat demi kalimat dan paragraf tetapi tidak membaca kata demi kata. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi, gagasan utama dan penjelasan dari suatu bacaan dalam waktu yang singkat.
c)      Membaca Studi (Careful reading)
Membaca studi dilakukan untuk memahami, mempelajari dan meneliti suatu persoalan. Kadang-kadang dituntut pula untuk menghadapkannya dalam ingatan.
d)     Membaca Reflektiv (Reflektive reading)
Membaca reflektiv adalah membaca untuk menangkap informasi dengan terperinci dan kemudian melahirkannya kembali atau melaksanakannya dengan tepat sesuai dengan keterangan yang diperoleh.   
4.      Menulis
a.       Pengertian Menulis
Menurut Tarigan (Hasam, 2005:1) menulis adalah menurunkan atau melukiskan  lambang-lambang grafik yakni dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik tersebut. Menurut Syamsudin (Hasani, 2005:1) menulis adalah aktivitas seseorang dalam menuangkan ide-ide, pikiran, dan perasaan secara logis dan sistematis dalam bentuk tertulis sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh pars pembaca.
Menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan, dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.Dalam aktivitasnya, menulis melibatkan 4 (empat) unsure yang saling berkaitan yaitu: Penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
Menurut Hasani (2005:2) menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif, sehingga penulis harus mampu memanfaatkan kemampuan dalam menggunakan tata tulis, struktut bahasa, dan kosa kata.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan seseorang untuk menuangkan ide, pikiran dan perasaan yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.
b.      Keuntungan Menulis
Menurut Subarti Subarkah ada 4 keuntungan menulis di antaranya adalah:
1)      Mengenali kemampuan dan potensi yang ada pada diri
2)      Mengembangkan berbagai gagasan, menghubungkannya serta membandingkan beberagai fakta yang jarang dilakukan bila kita tidak menulis.
3)      Menyerap, mencari dan menyimak infon-fiasi tentang topik yang hendak ditulis.
4)      Mengorganisasikan gagasan secara sistematis.
c.       Manfaat Menulis
Menulis mempunyai banyak manfaat, antara lain:
1)      Peningkatan kecerdasan.
2)      Pengembangan daya inisiatif dan kreatif.
3)      Penumbuhan keberanian.
4)      Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
5.      Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
a.       Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut. Mata pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia.
b.      Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
1)      Fungsi Bahasa Indonesia
Standar kompetensi ini disiapkan dengan mempertimbangkan kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara serta sastra Indonesia sebagai hasil cipta intelektual produk budaya, yang berkonsekuensi pada, fungsi mata pelajaran Indonesia sebagai:
a)      Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa.
b)      Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya.
c)      Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih  dan mengembagkan budaya.
d)     Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
e)      Sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah.
f)       Sarana pengembangan penalaran.
g)      Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah kesusastraan Indonesia.
2)      Tujuan Bahasa Indonesia
Berdasarkan kurikulum KTSP secara umum tujuan pengajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
a)      Siswa menghargai membanggakan Bahasa Indonesia   sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara.
b)      Siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi bermacam-macam tujuan, keperluan dan keadaan.
c)      Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan kematangan sosial.
d)     Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis).
e)      Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
f)       Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
3)      Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD meliput:
a)      Aspek kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra.
b)      Aspek kemampuan berbahasa memiliki sub aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan dengan teks-teks nonsastra.
c)      Aspek kemampuan bersastra memiliki subaspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis yang berkaitan dengan teks-teks sastra.
6.      Media
a.       Pengertian Media
Media berasal dari Bahasa Latin merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara yang dipakai untuk menunjukkan alat komunikasi. Secara harfiah media diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Media menurut Bringgs (1970) adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan Berta perangsang peserta didik untuk belajar. Contohnya, film, kaset, buku, dan film bingkai.
Media pendidikan atau pengajaran didefinisikan Gagne dan Reiser (1983:3) sebagai alat-alat fisik dimana pesan-pesan instruksional dikomunikasikan.Selanjutnya Dinie Borman Rumumpuk (1988:6) mendefinisikan media pengajaran sebagai setiap alat baik hardware maupun software yang dipergunakan sebagai media komunikasi dan yang tujuannya untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa media pengajaran adalah segala alat pengajaran yang digunakan guru sebagai perantara untuk menyampaikan bahan-bahan instruksional dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan pengajaran tersebut.
b.      Tujuan Penggunaan Media pengajaran
Secara umum tujuan dari penggunaan suatu media adalah untuk membantu guru menyampaikan pesan-pesan secara mudah kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat menguasai pesan-pesan tersebut secara cepat dan akurat. Penggunaan media juga dimaksudkan agar peserta didik yang terlibat dalam kegiatan belajar itu terhindar dari gejala verbalisme, yakni mengetahui kata-kata yang disampaikan guru tetapi tidak memahami arti atau maknanya.
Secara khusus media pengajaran digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
1)      Memberikan kemudahan peserta didik
Dengan menggunakan media yang tepat sesuai dengan dengan karakteristik bahan, maka akan memberikan kemudahan pada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap dan keterampilan tertentu. Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.
2)      Memberikan pengalaman belajar
Media yang menarik minat siswa ataupun kegiatan belajar yang berbeda dan bervariasi akan menambah semangat belajar siswa.
3)      Menumbuhkan sikap dan keterampilan
Jika media merupakan alat elektronik, maka peserta didik akan tertarik menggunakan atau mengoperasikan media tersebut.
4)      Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.
c.       Fungsi Media Pembelajaran
Media diperlukan karena berfungsi sebagai:
1)      Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2)      Bagian integral dan keseluruhan situasi mengajar.
3)      Meletakkan dasar-dasar yang konkret dari konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme.
4)      Mengembangkan motivasi belajar peserta didik.
5)      Mempertinggi mutu belajar mengajar.
7.      Hakikat Belajar, Proses Belajar dan Hasil Belajar
a.       Pengertian Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indnesia (KBBI), belajar diartikan sebagai “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” (KBBI, 1993:13). Sedangkan menurut Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan, “Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau atas kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)” (Purwanto, 1997:84). Sementara itu, Morgan berpendapat, “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.” (Purwanto, 1997:84).
Senada dengan Morgan, Witherington berpendapat, “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kapandaian, atau suatu pengertian” (Purwanto, 1997:84). Dosen Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Suharsimi Arikunto, mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan ataupun sikap (1993:19).
Dengan demikian, dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dalam berbagai aspek kepribadian, (yang idealnya) perubahan tersebut merupakan perubahan positif, diperoleh karena yang bersangkutan menghendaki perubahan, dan perubahan itu dicapai melalui tahapan latihan dan atau pengalaman.
b.      Proses Belajar
Secara naluriah, dalam perjalanan hidupnya manusia memerlukan “dunia serba mungkin” yang memberi kesempatan kepadanya untuk mengembangkan potensi dan kepribadiannya. Ia selalu berusaha untuk mengubah, baik dirinya sendiri maupun dunia yang dihuninya. Untuk mencapai tahapan itu, di satu sisi manusia memerlukan waktu untuk belajar, sementara di sisi lain memerlukan waktu pula untuk mengetahui dan menguasai hal-hal di luar dirinya, sehingga hal-hal baru itu menjadi miliknya.
ada 4 (empat) hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar yakni:
1)      Belajar dan pengalaman
Ada pendapat bijak mengatakan, “pengalaman adalah guru yang paling baik”. Pendapat bijak ini mengandung sebuah pengertian bahwa, seseorang dapat belajar dari pengalaman. Dengan belajar dari pengalaman, seseorang akan mengubah dirinya. Tentu saja pengalaman itu bisa pengalaman orang lain maupun pengalaman yang dialami sendiri.
2)      Belajar dan bermain
Disengaja maupun tidak, baik di dalam bermain maupun belajar terjadi proses perubahan. Tapi ada satu prinsip yang membedakan keduanya. Bermain lebih merujuk kepada kegiatan yang ditujukan untuk satu situasi tertentu saja dan oleh karena itu tidak berlangsung terus menerus, sedangkan belajar merupakan kegiatan yang terarah dan terencana, yang di dalamnya mengandung berbagai tujuan demi masa depan dan perbaikan diri.
Berkait dengan itu, dalam proses pembelajaran ada beberapa materi yang pembelajarannya dapat berlangsung dengan baik apabila dilakukan dengan bermain.
3)      Belajar dan pengertian
Tujuan belajar akan tercapai dengan baik apabila sampai pada tahap pengertian (insight). Dengan pengertian inilah seseorang akan mengetahui betul apa yang sedang dipelajari, fungsi dalam hidupnya, serta bagaimana memanfaatkan apa yang telah dipelajarinya itu.
4)      Belajar dan latihan
Antara belajar dan latihan terdapat kesamaan. Kesamaannya adalah, dampak dari tindakan kedua aktivitas tersebut menimbulkan perubahan. Dalam kehidupan sehari-hari ada beberapa kegiatan belajar yang tidak memerlukan latihan, yakni belajar dari pengalaman. Misalnya, seseorang yang tersengat lebah akan merasa sakit. Dalam kesempatan lain, ia tidak perlu belajar dari lebah tentang rasa sakitnya itu dengan cara menyengatkan lebah kepada dirinya.
Pada umumnya, setiap belajar memerlukan latihan. Dengan latihan inilah seseorang menguasai hal baru yang dipelajari. Dengan latihan pula seseorang menjadi faham pula bagaimana sesuatu itu harus dipelajari.
Begitulah tentang proses belajar. Dalam pembelajaran di sekolah keempat faktor ini harus diperhatikan benar-benar oleh setiap guru. Sebab dengan memperhatikan keempat hal tersebut, seorang guru bisa bertindak lebih efektif, baik dalam merumuskan rencana pembelajaran maupun dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
c.       Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar sangat penting untuk diketahui, baik secara perseorangan maupun secara kelompok, karena di samping sebagai salah satu indikator keberhasilan belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu, juga sebagai sarana memotivasi siswa yang mengenyam pendidikan di lembaga tersebut.
Menurut Mulyono Abdurrahman (2003:37) “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Dalam kegiatan pembelajaran tujuan yang ingin dicapai ditentukan sebelumnya. Anak yang dikatakan berhasil adalah mereka yang dapat mencapai tujuan-tujuan pelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Romiszowki (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003:38) bahwa “Hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input)”. Masukan dari sistem tersebut berupa informasi, sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance).
Dimyati dan Mujiono (2006:3) memaparkan bahwa “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pengajaran dan kemampuan mental siswa. Setelah selesai mempelajari materi, diadakan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya, sebelum dilanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.
Seperti halnya Romiszowki, Jhon M Keller dalam Mulyono Abdurrahman (2003:38) memandang “Hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pemrosesan sebagai masukan berupa informasi”. Masukan tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok masukan pribadi dan kelompok masukan dari lingkungan. Dari pendapat tersebut dapat diketahui, hasil belajar sangat ditentukan oleh pribadi itu sendiri sebagai subjek belajar dan juga dipengaruhi lingkungan sebagai tempat belajar.
Sedangkan Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:11) menjelaskan bahwa hasil belajar terdiri dari informasi verbal, keterampilan, intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. Keterampilan intelektual merupakan kecakapan yang sangat diperlukan untuk dapat berhubungan dengan lingkungan sehari-hari. Hal tersebut dilengkapi dengan kemampuan kognitif untuk menggunakan konsep dan kaidah yang didapat ketika belajar memecahkan masalah.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam kegiatan belajar adalah anak yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.
d.      Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2007:19) “Faktor-faktor keberhasilan belajar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal”.
1)      Faktor Internal
Faktor internal atau faktor yang berasal dari diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar adalah meliputi faktor jasmaniah/fisiologis dan rohaniah/psikologis. Kondisi  jasmaniah/fisiologis mencakup kondisi kesehatan fisik siswa dan kondisi fungsi alat indra. Setiap siswa memiliki kesehatan fisik yang berbeda-beda, ada siswa yang mampu bertahan belajar dalam waktu yang lama dan ada juga yang mudah lelah.
Begitu juga dengan fungsi alat indra, ada kalanya siswa yang memiliki kemampuan pendengaran yang kurang. Kedua kondisi internal ini sangat mempengaruhi hasil belajar setiap siswa. Oleh karena itu, guru perlu benar-benar memperhatikan kondisi setiap siswa, dan memberikan pelayanan belajar yang adil dan merata bagi setiap siswanya sehingga hasil belajar dapat optimal.
Kondisi rohaniah/psikologis yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain kecerdasan, motivasi, minat, sikap, dan bakat. Kecerdasan merupakan faktor psiokologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena menentukan kualitas belajar siswa. Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, karena motivasilah yang mendorong siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Minat sama halnya dengan kegairahan atau keinginan. Minat dapat mempengaruhi aktivitas belajar, seseorang dengan minat yang tinggi akan lebih bersemangat dalam belajar dibanding siswa yang tidak memiliki minat belajar. Sikap juga mempengaruhi aktivitas belajar. Sikap siswa dalam belajar dipengaruhi oleh rasa senang dan tidak senang pada performance guru, pelajaran, dan lingkungan sekitar. Dan yang terakhir adalah bakat, bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan di masa datang, apabila bakat siswa sesuai dengan apa yang dipelajari, kemungkinan besar belajarnya akan berhasil.
2)      Faktor Eksternal
Selain faktor internal, faktor eksternal juga berpengaruh pada prestasi belajar. Faktor eksternal dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
Faktor  lingkungan sosial meliputi tiga hal, yaitu lingkungan sosial keluarga, lingkungan sosial sekolah, dan lingkungan sosial masyarakat. Sedangkan lingkungan nonsosial meliputi lingkungan alamiah, lingkungan instrumental dan faktor materi pelajaran.
Lingkungan alamiah, kondisi lingkungan yang tidak panas, suasana tenang dan yang sejuk serta sinar yang cukup merupakan kondisi yang mendukung kegiatan belajar mengajar.Lingkungan instumental, yaitu merupakan perangkat yang sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, misalnya adalah gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, buku-buku, dan  kurikulum. Faktor materi pelajaran, materi pelajaran yang dipelajari hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa sehingga siswa tidak merasa kesulitan dalam mempelajarinya.
8.      Pembelajaran Aktif
Pembelajaran harus sesuai dengan kondisi dan kemajuan zaman sehingga keberadaan pendidikan tidak jauh berbeda dengan kemajuan teknologi, demikian juga pemikiran berbagai cara melakukan kegiatan pembelajaran sehingga siswa mudah menerima, mencerna dan memiliki ilmu sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru.
a.       Pengertian pembelajaran aktif
Model pendekatan pembelajaran secara aktif adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai pembangun makna/ pengertian terhadap pengalaman dan informasi yang dilakukan oleh pengajar. Model pembelajaran ini juga menganggap mengajar sebagai pencipta suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggungjawab belajar siswa, sehingga mereka berkeinginan terus untuk belajar seumur hidup dan tergantung terhadap guru/orang lain apabila mereka mempelajari hal-hal baru.
      Sedikitnya ada tiga alas an mengapa pembelajaran aktif diterapkan yaitu:
1)      Karakteristik anak
Pada dasarnya anak dilahirkan dengan memiliki sifat ingin tahu dan imajinasi. Anak desa, anak kota, anak miskin, anak kaya, anak Indonesia atau bukan, semuanya selama normal mereka memiliki kedua hal tersebut. Sifat ingin tahu merupakan modal dasar bagi berkembengnya sikap kritis dan imajinasi bagi perilaku kreatif
2)      Hakikat belajar
Belajar merupakan suatu proses untuk menemukan dan mengembangkan makna pengertian yang dilakukan oleh siswa terhadap informasi dan pengalaman, yang disaring melalui persepsi, perkiraan dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Pengetahuan dibangun senoleh siswa.
3)      Karakteristik hasil yang dikehendaki.
Agar mampu bertahan dan berhasil dalam hidup, lulusan yang diinginkan adalah generasi yang:
a)      Peka (berarti berpikir tajam, kritis, dan tanggap terhadap pikiran dan perasaan orang lain)
b)      Mandiri (berani dan mampu bertindak tanpa selalu bergantung pada orang lain)
c)      Bertanggung jawab (siap menerima akibat dari keputusan dan tindakan yang diambil).
b.      Suasana pembelajaran aktif
Suasana belajar mengajar yang membuat siswa melakukan:
1)   Pengalaman
Anak akan belajar banyak melalui berbuat. Pengalaman langsung mengaktifkan lebih banyak indera dari pada hanya melalui pendengaran.
Mengenal ada benda diam, bergerak lambat, bergerak cepat, melambung, dan menggelinding akan lebih matap bila anak mencobanya sendiri dari pada hanya menerima penjelasan dari guru.
2)     Interaksi
Belajar akan terjadi dan meningkatkan kualitasnya bila berlangsung dalam suasana interaksi dengan orang lain, saling bertanya dan mempertanyakan, dan atau saling menjelaskan. Diskusi, dialog, atau bertukar gagasan akan membantu anak mengenal hubungan-hubungan baru tentang sesuatu dan memiliki pemahaman yang lebih baik.
3)      Komunikasi
Pengungkapan pikiran dan perasaan, baik lisan maupun tertulis, merupakan kebutuhan setiap manusia dalam rangka mengungkapka dirinya untuk mencapai kepuasan.
Pengungkapan pikiran, baik dalam rangka mengemukaka gagasan sendiri maupun menilai gagasan orang lain, akan mementapkan pemahaman seseorang tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari.
4)      Refleksi
Apabila seseorang mengungkapkan gagasan kepada orang lain dan mendapat tanggapan, orang itu akan merenumgkan kembali (refleksi) gagasannya yang lebih mantap.
Refleksi dapat terjadi sebagai akibat dari interaksi dan komunikasi. Umpan balik dari aura atau siswa lain terhadap hasil kerja siswa, yang berupa pertanyaan yang menantang dapat menjadi pemicu bagi siswa untuk melakukuan refleksi tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari.
Sesuai dengan pengertian belajar aktif, yaitu menciptakan suasana dan mengembangkan inisiatif serta tanggung jawab belajar siswa, maka sikap dan perilaku guru sebaiknya:
1)      Terbuka dan mau mendengarkan pendapat siswa;
2)      Membiasakan siswa untuk mendengarkan bila guru atau siswa lain berbicara/berpendapat;
3)      Menghargai perbedaan pendapat;
4)      Mentolelir kesalahan dan memotivasi untuk memperbaiki;
5)      Menumbuhkan rasa percaya diri siswa;
6)      Memberi umpan balik kepada siswa;
7)      Memotivasi siswa untuk tidak takut salah dan berani menanggung resiko.
Ruang kelas yang menunjang pembelajaran aktif yaitu:
1)      Berisi banyak sumber belajar seperti buku, lingkungan dan benda nyata;
2)      Berisi banyak alat Bantu belajar seperti lukisan, laporan percobaan, dan alat hasil percobaan;
3)      Letak bangku dan meja diatur sedemikian rupa sehingga siswa leluasa untuk bergerak.
Komponen-komponen dalam pembelajaran aktif dan pendukungnya sebaiknya sesuai dengan apa yang dirumuskan di atas, sehingga guru dalam menyampaikan materi pembelajaran lebih leluasa, dengan demikian siswa dalam menerima materi juga akan lebih mudah memahami yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Apabila hal demikian sudah dapat berjalan dengan baik maka kegiatan belajar mengajar akan dapat berlangsung dengan baik dan sempurna dan hasilnyapun sesuai apa yang telah direncanakan dalam tujuan pembelajaran.
Untuk pembelajaran agar siswa memperoleh pengalaman nyata, maka peneliti akan melibatkan siswa secara langsung dalam memperoleh pengalaman tersebut dengan mengalami sendiri, sebagaimana dalam filsafat Confisisus dalam Rusna Ristasa (2006:46) bahwa: “saya mendengar maka saya lupa, saya melihat maka saya ingat, saya berbuat dan saya melakukan maka saya paham.

B.     Hasil Penelitian Relevan
Hasil penelitian yang bisa dijadikan acuan atau pembanding dalam kajian penelitian masalah penggunaan metode pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan menulis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini adalah sebagai berikut:
1.      Lasiyah (2008) penelitian tentang penggunaan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS).
a.       Masalah yang diteliti dalam penelitiannya adalah apakah penggunaan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
b.      Tujuan penelitiannya adalah mengetahui keefektifan penggunaan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
c.       Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian perbaikan pembelajarannya adalah metode pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS).
d.      Kesimpulan yang didapat adalah bahwa penggunaan metode SAS dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu Persentase ketuntasan belajar siswa pada studi awal 40%, siklus I 55%, siklus II 75%, dan pada siklus III seluruh siswa tuntas belajar (100%).
2.      Suripto (2009) “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Terhadap Kemmampuan Membaca dan Menulis melalui Penggunaan metode SAS dalam Model Pembelajaran Aktif.
a.         Masalah yang diteliti adalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia?
b.        Tujuan penelitiannya adalah meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia.
c.         Metode yang digunakan adalah metode pembelajaran aktif dan SAS.
d.        Kesimpulan yang didapat dalam penelitian Suripto adalah bahwa penggunaan meode SAS dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu Persentase ketuntasan belajar siswa pada studi awal 38,71%, siklus I 54,84%, siklus II 67,74%, dan pada siklus III 96,77%.
C.    Kerangka Berpikir


Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berpikir

D.    Hipotesis Tindakan                                                                   
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode Struktural Analitik sintetik (SAS) bila diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar membaca dan menulis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas I Sekolah Dasar.

No comments:

Post a Comment

Bagi yang menginginkan contoh PTK lengkap bisa SMS ke 081328239660