Friday, October 25, 2013

Contoh Karil Karya Ilmiah IPA Terbaru

Karya Ilmiah yang sering disebut dengan karil adalah ringkasan laporan PTK Penelitian Tindakan Kelas sebagai syarat tugas akhir perkuliahan untuk meraih titel Sarjana Pendidikan S1.

Berikut ini contoh Contoh Karil Karya Ilmiah IPA Terbaru 2013:


UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DAN
HASIL BELAJAR IPA TENTANG PENGARUH ENERGI
MELALUI METODE INKUIRI DI SD
Oleh: Peneliti
e-mail: peneliti@gmail.com


ABSTRAK
Peneliti-No. ID. Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar IPA tentang Pengaruh Energi melalui Metode Inkuiri di Kelas III SD. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Program Studi S1 PGSD. FKIP. Nama Universitas. Tahun 2013. Rumusan masalah yang disusun adalah “Apakah penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III terhadap materi pembelajaran IPA tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari?” Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk memperoleh informasi faktual tentang penggunaan metode inkuiri terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui proses beralur terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) Observasi; dan 4) refleksi. Dari analisis data diketahui bahwa pada setiap siklus terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa. Pada studi awal, siswa yang mencapai ketuntasan baru 35,71%. Pada siklus I siswa yang mencapai ketuntasan mengalami kenaikan 35,72% dari studi awal menjadi 71,43%. Pada siklus II siswa yang mencapai ketuntasan mengalami kenaikan 28,57% dari siklus I menjadi 100%. Hal yang sama juga terjadi pada kesungguhan belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Penggunaan metode inkuiri mampu mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran; Penggunaan metode inkuiri mampu meningkatkan kesungguhan siswa dalam belajar; Penggunaan metode inkuiri mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Inkuiri, Keaktifan, Hasil Belajar IPA.

ABSTRACT
Efforts to Increase Student Motivation and Learning Outcomes on Influence of Energy Science through Inquiry Methods in Class III Elementary School. Classroom Action Research (CAR). Study Program PGSD S1. Guidance and Counseling. University. 2013. The problems are arranged is "Is the use of inquiry method can improve the learning outcomes of students of class III to materials science learning about the influence of thermal energy, motion, vibration in everyday life?" Classroom Action Research aims to obtain factual information about the use of the inquiry method improving student learning outcomes. Classroom Action Research procedures implemented under a grooved consists of 4 stages, namely: 1) planning, 2) implementation, 3) observations, and 4) reflection. From the analysis of the data found that in each cycle an increase in students' mastery of learning outcomes. At the beginning of the study, students who achieve mastery of new 35.71%. In the first cycle of students who achieve mastery increased from 35.72% to 71.43% earlier studies. In the second cycle students who achieve mastery increased 28.57% from the first cycle to 100%. The same thing also happened on the seriousness of student learning. Based on the analysis of data of this study it can be concluded that: The use of inquiry method is able to facilitate students in understanding the learning material; Use of inquiry method is able to increase the seriousness of students in learning; Use of inquiry method is able to improve student learning outcomes.
Key words: Inquiry, Activeness, Science Learning Outcomes.

I.                   PENDAHULUAN

            A.    Latar Belakang Masalah
Kemampuan siswa kelas III Sekolah Dasar dalam hal menemukan pengetahuan masih sangat rendah. Hal ini ditunjukkan dalam kegiatan belajar mengajar baru 28,6% siswa yang berani tunjuk jari bila guru memberikan pertanyaan, 35,7% siswa yang berani memberikan masukan pada waktu diskusi, 21,4% siswa yang mampu memberikan solusi atas permasalahan teman, dan 35,7% siswa yang dapat menjawab soal evaluasi dengan benar, ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa tersebut masih rendah.
Permasalahannya adalah rendahnya hasil belajar IPA siswa. Hal ini terbukti dari dua kali
pelaksanaan tes formatif, hasil yang diperoleh belum mencapai ketuntasan. Dari 14 anak yang
mengikuti tes formatif, baru 5 anak (35,7%) yang mencapai ketuntasan.
Berdasarkan observasi dan diskusi dengan teman sejawat diketahui adanya beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya pencapaian kompetensi dasar tersebut. Identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Kemampuan siswa menemukan konsep pembelajaran IPA tentang energi dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari masih kurang.
2.      Siswa belum berani menyampaikan pendapat ataupun menanggapi pendapat teman sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
3.      Hasil belajar siswa tentang energi dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari masih rendah.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan beberapa faktor analisa permasalahan, di antaranya:
1.      Guru belum menerapkan metode yang sesuai dengan pembelajaran yang dilaksanakan.
2.      Guru belum mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
3.      Guru belum memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari sendiri konsep materi pelajaran.
Supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai, perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Alternatif solusi yang dapat diambil untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan menerapkan metode inkuiri. Guru harus membimbing siswa untuk aktif dalam pembelajaran dengan cara membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok dan memberikan tugas yang jelas kepada anggota masing-masing kelompok. Solusi lain untuk menumbuhkan keaktifan siswa adalah dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
Hal tersebut di atas dilakukan karena penggunaan metode inkuiri (menemukan pengetahuan sendiri
dari kehidupan sehari-hari dengan melakukan pengamatan langsung kepada materi/obyek di
lingkungan sekitar), bimbingan guru, dan pemberian kesempatan kepada siswa untuk bertanya
adalah suatu metode untuk menumbuhkan kepercayaan diri siswa, sehingga siswa akan lebih aktif
dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga dengan keaktifan siswa tersebut, hasil belajar akan
meningkat sesuai yang diharapkan.

           B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perumusan masalah yang akan dikemukakan adalah:
1.      Apakah penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA tentang energi dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari?
2.      Apakah Penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang energi dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari?
           C.    Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian ini ada dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah:
a.       Untuk mengkongkritkan pembelajaran dan dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna.
b.      Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
c.       Mengembangkan model pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif.
2.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a.       Untuk mengetahui apakah penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan siswa.
b.      Untuk mengetahui apakah penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa

II.                KAJIAN PUSTAKA

Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (1993:13). Belajar adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap (Suharsimi, 1993: 19).
Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar. (Demaja WS: 2004). Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran tujuan yang ingin dicapai ditentukan sebelumnya.
Pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan yang mempengaruhi belajar mengajar sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, sehingga terjadi perubahan sikap dan pola pikir yang diharapkan menjadi kebiasaan siswa. Guru berperan sebagai komunikator dan bahan ajar yang dikomunikasikan berisi pesan ilmu pengetahuan (Gagne dan Briggs-1979).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu, yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode, dan berlaku secara universal.”
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, metode menurut bahasa adalah cara yang teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai hasil yang baik seperti apa yang diinginkan, (Badudu, 1994: 896).
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris Inquiry artinya proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt, 2003).

III.             PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

      A.    Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian
Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas III Sekolah Dasar yang berjumlah 14 anak yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Siswa kelas III SD sebagian besar berasal dari keluarga petani. Jarak rumah siswa dengan Sekolah sangat dekat, karena para siswa berasal dari desa tersebut, sehingga tidak ada kendala tentang transporasi siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri yang berlokasi Desa. Lokasi penelitian, yaitu kelas III berada di tengah-tengah gedung, di antara ruang kelas I dan ruang kantor, sehingga mudah dijangkau oleh guru. Ruang kelas III menghadap ke Utara searah dengan posisi bangunan gedung SD.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II menurut kalender pendidikan di SD. Penelitian ini memerlukan waktu 5 (lima) bulan yang dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2013. Kegiatan dimulai dari izin penelitian sampai dengan penulisan laporan. Pengumpulan data penelitian setiap siklusnya yaitu, siklus I Kamis, 7 dan 14 Februari 2013 dan siklusa II Kamis, 21 dan 28 Februari 2013.

      B.     Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Ristasa (2007: 7-8) mengatakan PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu (1) Perencanaan (planning); (2) Pelaksanaan (acting); (3) Pengamatan (observation); dan (4) Refleksi (reflection).
Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilaksanakan akan digunakan untuk merevisi rencana, jika
ternyata tindakan yang dilaksanakan belum berhasil memecahkan masalah.
Daur PTK dimulai dengan merencanakan yang merupakan langkah pertama yang menjadi acuan pelaksanaan tindakan. Tahap tindakan sebagai langkah kedua dan merupakan proses pembelajaran. Tindakan perencanaan ini perlu diobservasi agar tindakan yang dilakukan dapat diketahui kualitasnya.
Berdasarkan pengalaman tersebut, maka akan dapat ditentukan apakah ada hal-hal yang segera diperbaiki agar tindakan dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Setelah pengamatan dilakukan selama proses tindakan berlangsung, hasil pengamatan didiskusikan dengan teman sejawat guna mendapat refleksi. Refleksi dilakukan dengan cara merenungkan kembali proses pembelajaran, baik mengenai kekurangannya maupun keberhasilan pembelajaran bagi siswa. Dengan demikian akan dapat diketahui kelemahan tindakan pembelajaran yang perlu diperbaiki pada daur ulang berikutnya. Daur PTK tersebut perlu didesain lebih lanjut agar kelemahan dapat diminimalkan, sehingga secara kronologis peneliti dengan mudah melakukan perbaikan pembelajaran sesuai dengan daur ulang dalam tiga siklus.
Dalam melakukan perbaikan pembelajaran dimulai dari ide awal, studi pendahuluan yang meliputi
proses pembelajaran, tes diagnostic sebagai data awal, analisis dokumen kelas, wawancara dengan
siswa, dan diskusi dengan supervisor. Selanjutnya dilakukan pemantapan antara lain refleksi, studi
literature, dan diskusi dengan supervisor tentang alat peraga kongkret dan materi pembelajaran
aktif. Kemudian dilakukan persiapan penyusunan RPP, tes formatif, lembar observasi, LKS,
observer, dan simulasi. Melakukan tindakan dalam tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Apabila siklus I belum berhasil maka
dilakukan perbaikan siklus II. Pada perbaikan pembelajaran siklus II telah berhasil dan perbaikan
pembelajaran berhenti di siklus II.
Prosedur perbaikan pembelajaran selanjutnya dirancang dalam urutan tahapan sebagai berikut: 1)
Mengidentifikasi masalah, menganalisis, merumuskan masalah, dan merumuskan hipotesis; 2)
Menemukan cara memecahkan masalah/tindakan perbaikan; 3) Merancang scenario tindakan
perbaikan yang dikemas dalam RPPP; 4) Mendiskusikan aspek-aspek yang diamati dengan teman
sejawat yang ditugasi sebagai Pengamat (observer); 5) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
skenario yang telah dirancang dan diamati oleh teman sejawat; 6) mendiskusikan hasil pengamatan
dengan teman sejawat; 7) Melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan; 8) konsultasi dengan supervisor; 9) Merancang tindak lanjut; 10) Re-planning dan
seterusnya sampai mencapai batas kriteria yang telah ditetapkan

     C.    Teknik Analisis Data
Data yang dianalisis meliputi data kuantitatif (dengan menampilkan angka-angka sebagai ukuran prestasi), dan data kualitatif (dengan menampilkan angka sebagai perbandingan). Analisis data dilakukan secara deskriptif komparatif yang bertujuan untuk membandingkan kondisi sebelum dan sesudah diadakan tindakan perbaikan pembelajaran. Tahapan dalam tindakan menganalisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data dilakukan dalam rangka pemilihan dan penyederhanaan data. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah seleksi data dan pembuangan data yang tidak relevan. Data-data yang relevan dengan penelitian akan diorganisasikan sehingga terbentuk sekumpulan data yang dapat memberi informasi faktual.
Penyajian data dilakukan dalam bentuk sekumpulan informasi, baik berupa tabel, bagan, maupun deskriptif naratif, sehingga data yang tersaji relatif jelas dan informatif. Tindakan lanjutan, penyajian data digunakan dalam kerangka menarik kesimpulan dari akhir sebuah tindakan.
Kegiatan penarikan kesimpulan merupakan kegiatan tahap akhir dari proses analisis data. Penarikan kesimpulan disusun dengan mempertimbangkan secara evaluatif berdasarkan kegiatan-kegiatan yang ditempuh dalam dua tahap sebelumnya.

IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

   A.    Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.      Hasil belajar siswa pada studi awal adalah:
Tabel 1 Nilai Tes Formatif Studi Awal
No
Nama Siswa
KKM
Nilai
Keterangan
1
Ahmad Muhaimin
70
60
Belum Tuntas
2
Nafilah Rahma
70
60
Belum Tuntas
3
Saeful Rokhman
70
60
Belum Tuntas
4
Triyana Rahma Putri
70
80
Tuntas
5
Ade Soleh Sobirin
70
60
Belum Tuntas
6
Ahmad Baehaki
70
80
Tuntas
7
Anida Latifatul F
70
60
Belum Tuntas
8
Bambang Agus R
70
60
Belum Tuntas
9
Farhan Omar S
70
80
Tuntas
10
Fedra Arif S
70
60
Belum Tuntas
11
Imam Nulhakim
70
90
Tuntas
12
Nabila Risty W
70
60
Belum Tuntas
13
Saeful Anam
70
90
Tuntas
14
Subekti Wiji S
70
60
Belum Tuntas
Rata-Rata

69


Siswa yang telah mencapai nilai ketuntasan tercatat 5 anak (35,71%) dan sisanya, 9 anak belum tuntas belajar. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut:
Gambar 1 Grafik Ketuntasan  Belajar Studi Awal
Dari 14 siswa, yang telah mencapai nilai ketuntasan belajar tercatat 5 anak atau 35,71% dan sisanya, 9 anak atau 64,29% belum tuntas belajar.  Dari table di atas terlihat bahwa nilai rata-rata kelas pada studi awal adalah 69.
Persentase keaktifan siswa pada studi awal masih rendah, dari 14 anak, 7 anak atau 50% terlihat sudah aktif mengikuti proses pembelajaran dan sisanya terlihat masih belum aktif mengikuti proses pembelajaran. Kesimpulan sementara dari hasil tindakan studi awal menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sangat rendah, untuk itu perlu dilaksanakan penelitian tindakan kelas per siklus.

2.      Hasil Penelitian Siklus I
Tabel 2 Nilai Tes Formatif Siklus I
No
Nama Siswa
KKM
Nilai
Keterangan
1
Ahmad Muhaimin
70
80
Tuntas
2
Nafilah Rahma
70
70
Tuntas
3
Saeful Rokhman
70
70
Tuntas
4
Triyana Rahma Putri
70
80
Tuntas
5
Ade Soleh Sobirin
70
80
Tuntan
6
Ahmad Baehaki
70
80
Tuntas
7
Anida Latifatul F
70
60
Belum Tuntas
8
Bambang Agus R
70
60
Belum Tuntas
9
Farhan Omar S
70
80
Tuntas
10
Fedra Arif S
70
60
Belum Tuntas
11
Imam Nulhakim
70
90
Tuntas
12
Nabila Risty W
70
70
Tuntan
13
Saeful Anam
70
90
Tuntas
14
Subekti Wiji S
70
60
Belum Tuntas
Rata-Rata

74


Dari 14 siswa kelas III SD, siswa yang telah mencapai nilai ketuntasan tercatat baru mencapai 10 anak (71,43%) dan sisanya, 4 anak (28,57%) belum tuntas belajar. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut:
Gambar 2 Grafik Ketuntasan belajar Siklus I

Dari 14 siswa, yang telah tuntas belajar tercatat 10 anak atau 71,43% dan sisanya, 4 anak atau 28,57% belum tuntas belajar.  Dari table di atas terlihat bahwa nilai rata-rata kelas pada siklus I adalah 74. Dari 14 siswa, terdapat 10 anak (71,43%) yang aktif mengikuti proses pembelajaran dan sisanya 4 anak masih belum aktif mengikuti pembelajaran.
Tabel 3 Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus I
No
Nama Siswa
KKM
Ket
Tanya
Jawab
Tugas
1
Ahmad Muhaimin
A
2
Nafilah Rahma
A
3
Saeful Rokhman
A
4
Triyana Rahma Putri
A
5
Ade Soleh Sobirin
A
6
Ahmad Baehaki
A
7
Anida Latifatul F


TA
8
Bambang Agus R


TA
9
Farhan Omar S
A
10
Fedra Arif S



TA
11
Imam Nulhakim
A
12
Nabila Risty W
A
13
Saeful Anam
A
14
Subekti Wiji S



TA
Aktif



10
Tidak Aktif



4

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, dari 14 siswa, siswa yang telah aktif mengikuti pembelajaran baru mencapai 10 anak dan sisanya, 4 anak belum aktif belajar.
Gambar 3 Grafik Keaktifan Belajar Siklus I
Persentase keaktifan siswa dalam mengikuti perbaikan pembelajaran siklus I, siswa yang aktif 71,43% dan yang belum aktif 28,57%.
3.      Hasil Penelitian Siklus II
Tabel 4 Nilai Tes Formatif Siklus II
No
Nama Siswa
KKM
Nilai
Keterangan
1
Ahmad Muhaimin
70
90
Tuntas
2
Nafilah Rahma
70
70
Tuntas
3
Saeful Rokhman
70
70
Tuntas
4
Triyana Rahma Putri
70
90
Tuntas
5
Ade Soleh Sobirin
70
100
Tuntan
6
Ahmad Baehaki
70
80
Tuntas
7
Anida Latifatul F
70
80
Tuntas
8
Bambang Agus R
70
80
Tuntas
9
Farhan Omar S
70
80
Tuntas
10
Fedra Arif S
70
70
Tuntas
11
Imam Nulhakim
70
100
Tuntas
12
Nabila Risty W
70
70
Tuntas
13
Saeful Anam
70
90
Tuntas
14
Subekti Wiji S
70
70
Tuntas
Rata-Rata

81


Dari 14 siswa kelas III SD, seluruhnya (100%) telah tuntas belajar, sehingga pembelajaran dinyatakan telah berhasil dengan baik sesuai dengan criteria ketuntasan belajar. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut:
Gambar 4 Grafik Ketuntasan belajar Siklus II
(dalam persen)

Dari 14 siswa, seluruhnya (100%) telah mencapai nilai ketuntasan belajar, yaitu 70.  Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai rata-rata kelas pada siklus II adalah 81, hal itu menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas telah mencapai tingkat ketuntasan belajar. Dari 14 siswa, seluruhnya telah terlihat aktif mengikuti proses pembelajaran. Mereka semua telah aktif melaksanakan tugasnya masing-masing. Guru terlihat telah membimbing siswa dan selalu mengingatkan siswa yang tidak aktif atau bermain sendiri untuk kembali melakukan tugasnya.
Pada Siklus II pembelajaran dilakukan secara kelompok dengan 5 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 3 anak. Pembelajaran dilakukan dengan pengamatan di luar dan diskusi hasil pengamatan di dalam kelas.
Tabel 5 Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus II
No
Nama Siswa
KKM
Ket
Tanya
Jawab
Tugas
1
Ahmad Muhaimin
A
2
Nafilah Rahma
A
3
Saeful Rokhman
A
4
Triyana Rahma Putri
A
5
Ade Soleh Sobirin
A
6
Ahmad Baehaki
A
7
Anida Latifatul F
A
8
Bambang Agus R
A
9
Farhan Omar S
A
10
Fedra Arif S
A
11
Imam Nulhakim
A
12
Nabila Risty W
A
13
Saeful Anam
A
14
Subekti Wiji S
A
Aktif



14
Tidak Aktif



0

Dari 14 siswa, seluruh siswa telah aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa telah aktif mengajukan bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengerjakan tugas masing-masing sampai selesai.
Gambar 5 Grafik Keaktifan Belajar Siklus II

Persentase keaktifan siswa dalam mengikuti perbaikan pembelajaran siklus II menunjukkan bahwa seluruh siswa (100%) telah aktif mengikuti pembelajaran.
             B.     Pembahasan Hasil
1.      Siklus I
Tabel 6 Perbandingan Hasil Belajar Studi Awal dengan Siklus I
No
Nama Siswa
Studi Awal
Siklus I
Keterangan
1
Ahmad Muhaimin
60
80
Tuntas
2
Nafilah Rahma
60
70
Tuntas
3
Saeful Rokhman
60
70
Tuntas
4
Triyana Rahma Putri
80
80
Tuntas
5
Ade Soleh Sobirin
60
80
Tuntas
6
Ahmad Baehaki
80
80
Tuntas
7
Anida Latifatul F
60
60
Belum Tuntas
8
Bambang Agus R
60
60
Belum Tuntas
9
Farhan Omar S
80
80
Tuntas
10
Fedra Arif S
60
60
Belum Tuntas
11
Imam Nulhakim
90
90
Tuntas
12
Nabila Risty W
60
70
Tuntas
13
Saeful Anam
90
90
Tuntas
14
Subekti Wiji S
60
60
Belum Tuntas
Rata-Rata
69
74
Naik

Pada studi awal siswa yang telah mencapai ketuntasan 5 anak (35,71%) dan setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran siklus I, angka ketuntasan belajar menunjukkan peningkatan menjadi 10 anak (71,43%). Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut:
Gambar 6 Grafik Perbandingan Ketuntasan Belajar Studi Awal dengan Siklus I (dalam persen)
Hasil belajar siswa pada studi awal, siswa yang telah mencapai ketuntasan berjumlah 5 anak, pada pelaksanaan perbaikan siklus I mengalami peningkatan menjadi 10 anak. Peningkatan hasil belajar ini terjadi setelah peneliti melakukan perubahan metode pembelajaran yang semula hanya menggunakan metode ceramah, pada siklus I, peneliti menggunakan metode belajar kelompok sehingga, siswa menjadi lebih aktif dan saling membantu satu sama lain. Hal ini sesuai dengan teori pembelajaran kelompok yang dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang kompleks, membantu meningkatkan kerjasama siswa karena merasa saling membutuhkan, membantu mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial, dan hubungan antara manusia. Belajar secara kelompok dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif konstruktivis dan teori belajar sosial (Kardi dan Nur, 2000:15).

2.      Siklus II

Tabel 7 Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dengan Siklus II
No
Nama Siswa
Siklus I
Siklus II
Keterangan
1
Ahmad Muhaimin
80
90
Naik
2
Nafilah Rahma
70
70
Tetap
3
Saeful Rokhman
70
70
Tetap
4
Triyana Rahma Putri
80
90
Naik
5
Ade Soleh Sobirin
80
100
Naik
6
Ahmad Baehaki
80
80
Tetap
7
Anida Latifatul F
60
80
Naik
8
Bambang Agus R
60
80
Naik
9
Farhan Omar S
80
80
Tuntas
10
Fedra Arif S
60
70
Tetap
11
Imam Nulhakim
90
100
Tuntas
12
Nabila Risty W
70
70
Naik
13
Saeful Anam
90
90
Tuntas
14
Subekti Wiji S
60
70
Tetap
Rata-Rata
69
81

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar siklus II siswa kelas III SD Negeri Tresnorejo mengalami peningkatan ketuntasan, bila dibandingkan dengan pembelajaran siklus I.
Pada siklus I siswa yang telah mencapai ketuntasan 10 anak (71,43%) dan setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II, seluruh siswa (100%) telah mencapai angka ketuntasan belajar. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut:
Gambar 7 Grafik Perbandingan Ketuntasan Belajar Siklus I dengan Siklus II (dalam persen)
Hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang menggembirakan. Pada siklus II seluruh siswa 14 anak telah mencapai nilai KKM. Terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 4 poin, yaitu dari 10 anak yang tuntas pada siklus I menjadi 14 anak.
Demikian juga dengan keaktifan siswa, mengalami peningkatan 28,57%. Pada siklus I keaktifan siswa baru mencapai 71,43%, setelah dilakukan pembelajaran di luar kelas dengan metode inkuiri, pada siklus II, semua siswa yang berjumlah 14 anak (100%) telah aktif mengikuti dan terlibat aktif secara langsung pada proses pembelajaran. Pada siklus II semua siswa telah aktif mengikuti proses pembelajaran. Hal itu sangat berpengaruh pada tingkat keberhasilan siswa. Selain itu bimbingan peneliti yang intensif juga memberikan sumbangan atas keberhasilan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Perbaikan pembelajaran pada siklus II dilakukan di luar kelas dengan metode inkuiri. Siswa mengamati secara langsung materi pembelajaran atau obyek. Siswa mengalami secara langsung dan melakukan percobaan untuk menemukan konsep sendiri, sehingga tanpa disadari siswa telah mengenal dan mengetahui fakta secara langsung tentang pengaruh energi terhadap kehidupan sehari-hari.
Dibandingkan dengan siklus I, pembelajaran di luar kelas menggunakan metode inkuiri ini lebih efektif dari pada pembelajaran kelompok di dalam kelas pada siklus I terdahulu. Dengan belajar di luar kelas langsung pada obyek nyata, ingatan siswa akan lebih kuat dan siswa lebih memahami konsep yang sedang diajarkan.
Hak di atas sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pendidikan luar kelas tidak sekedar memindahkan pelajaran ke luar kelas, tetapi dilakukan dengan mengajak siswa menyatu dengan alam dan melakukan beberapa aktivitas yang mengarah pada terwujudnya perubahan perilaku siswa terhadap lingkungan melalui tahap-tahap penyadaran, pengertian, perhatian, tanggungjawab dan aksi atau tingkah laku. Aktivitas luar kelas dapat berupa permainan, cerita, olahraga, eksperimen, perlombaan, mengenal kasus-kasus lingkungan di sekitarnya dan diskusi penggalian solusi, aksi lingkungan, dan jelajah lingkungan (Vincencia S, 2006).

V.                SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

  1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan yang diperoleh pada siklus I dan II dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.      Penggunaan metode inkuiri dengan pembelajaran bervariasi dari diskusi, penugasan, peragaan, dan pengamatan pada pembelajaran IPA konsep pengaruh energi, dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
2.      Penggunaan metode inkuiri dengan pembelajaran bervariasi dari diskusi, penugasan, peragaan, dan pengamatan pada pembelajaran IPA konsep pengaruh energi, dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

  1. Saran Tindak Lanjut
1.         Bagi Guru/Peneliti
a.       Guru sebagai pendidik perlu mengadakan penelitian tindakan kelas guna meningkatkan kemampuan profesionalnya.
b.      Guru hendaknya menggunakan model dan metode yang bervariasi pada setiap kegiatan pembelajaran, misalnya metode inkuiri.
c.       Guru hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan dan mengolah pengetahuannya sendiri.
d.      Sebagai seorang pendidik yang selalu harus berinovasi untuk mendapatkan pengetahuan yang memadai agar tidak tertinggal dengan perkembangan pengetahuan yang semakin pesat.
e.       Guru hendaknya selalu aktif, kreatif, dan bekerja sama dengan teman sejawat dalam menemukan dan memecahkan masalah bersama.
f.       Guru harus meningkatkan kemampuannya, baik melalui pendidikan maupun seminar serta diklat, atau melalui PTK.
2.      Bagi Siswa
a.       Siswa harus aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui peragaan, pengamatan, dan latihan untuk dapat menemukan pengetahuannya sendiri demi meningkatkan hasil belajarnya.
b.      Siswa hendaknya berani dalam bertanya, mengemukakan pendapat, atau menanggapi pendapat siswa lain dalam proses diskusi kelompok.
c.       Siswa harus selalu melatih keterampilan mengamati agar hasil belajarnya bisa meningkat.
 
3.      Bagi Sekolah
b.        Sekolah harus menyediakan sarana dan prasarana misalnya alat peraga dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
c.         Sekolah harus memberikan kesempatan kepada guru seluas-luasnya untuk mengembangkan kreativitasnya dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan peningkatan profesionalisme guru.
d.        KKG/MGMP yang telah lama ada agar diberdayakan lagi, kegiatan lesson study juga merupakan tempat yang sangat baik guna meningkatkan kemampuan guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran.

4.      Tindak Lanjut
Hasil dari penelitian ini akan ditindaklanjuti dengan meminimalkan pengulangan pembelajaran. Hasil penelitian akan diujicobakan pada materi atau mata pelajaran lain.
Hasil penelitian akan disampaikan kepada teman seprofesi dalam acara KKG atau MGMP tingkat gugus dan Kecamatan.

DAFTAR PUSTAKA

Badudu Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Demaja, Christiana. 2004. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar. Artikel. http://artikel1.us/christiana6-04.html/

Gagne, RM., Briggs, L.J. 1979. Principles of Instructional Design. Holt. Rinehart and Winston.

Kardi dan Nur. 2000. Teori Pembelajaran. Jakarta: Aneka Ilmu

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.

Ristasa, R.A. 2007. Perspektif Pendidikan IPA. Hand Out Pembimbing TAP di UPBJJ Purwokerto.

Schmidt. 2003. An Open Educational Resources Supports a Divarsity of Inquiry-Based Learning. Artikel (dikutip dari dan di-link ke: www.irrodl.org/ yang tersedia secara online diunduh pada tanggal 29 April 2013, Pukul 11.12 WIB)

Suharsimi Arikunto. 1993. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suyoso, dkk 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakarta: IKIP

Vincencia S. 2006. Metode Pembelajaran. Jakarta: Karya Mandiri.

Demikian Contoh Karil Karya Ilmiah IPA Terbaru, semoga bermanfaat

1 comment:

  1. Saya sedang mencari contoh penulisan karya ilmiah yang baik beserta formatnya, terima kasih telah membantu memberi penjelasan yang detail.

    ReplyDelete

Bagi yang menginginkan contoh PTK lengkap bisa SMS ke 081328239660