Showing posts with label Kelas VI. Show all posts
Showing posts with label Kelas VI. Show all posts

Sunday, April 19, 2015

Daftar Pustaka PTK Matematika Kelas VI SD Kenaikan Pangkat

Contoh PTK - Daftar Pustaka PTK Matematika Kelas VI SD Kenaikan Pangkat - Berikut ini Contoh PTK kenaikan pangkat guru SD Daftar Pustaka mata pelajaran Matematika dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Penggunaan Media Konkret pada Siswa Kelas VI SD Negeri .... Tahun Pelajaran ....:

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad. (2002). Media dan Alat Bantu Pembelajaran. Jakarta: CV Mandiri
Basyirudin Usman. (2002). Materi Pokok Dasar-Dasar Atletik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Demaja, Christiana. 2004. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar. Artikel. http://artikel1.us/christiana6-04.html/
Dimyati dan Mujiono.  2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Gagne, RM., Briggs, L.J. 1979. Principles of Instructional Design. Holt. Rinehart and Winston.
Hilgard, Ernest R. 1948. Theories of Learning. East Norwalk, CT, US: Appleton-Century-Crofts.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.
Puskur-Dit. PTKSD. (2003) Kurikulum 2004. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Rahmanelli. 2005. Skolar Jurnal Kependidikan. Vol 6. Nomor 2. Padang. UNP.
Ruseffendi. 1996. Pendidikan Matematka 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sardiman. 2009. Teori Pembelajaran. Jakarta: Karya Mandiri
Sudiarto. 1990. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.
Suharsimi Arikunto. 1993. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suharsimi Arikunto. 1997. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suharsimi Arikunto. 2003. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sumanto, Y.D. 2008. Gemar Matematika 6. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Baca dari awal:

Demikian Daftar Pustaka PTK Matematika Kelas VI SD Kenaikan Pangkat, semoga bermanfaat.

BAB V PTK Matematika Kelas VI SD Kenaikan Pangkat

Contoh PTK - BAB V PTK Matematika Kelas VI SD Kenaikan Pangkat - Berikut ini Contoh PTK kenaikan pangkat guru SD BAB V mata pelajaran Matematika dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Penggunaan Media Konkret pada Siswa Kelas VI SD Negeri .... Tahun Pelajaran ....:
 
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas VI SD Negeri ..... Peningkatan hasil belajar tersebut dapat dilihat dari persentase hasil yang diperoleh pada pra tindakan, siklus I, dan siklus II.

Sebelum tindakan dilakukan, sebagian besar siswa masih belum tuntas belajar dan hanya … siswa yang telah tuntas belajar. Pada siklus I siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi … anak (66,7%) dari … siswa. Pada tindakan siklus II siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi … anak (96,7%) dari jumlah total … siswa.

B.    Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang disampaikan adalah sebagai berikut:
a.    Siswa disarankan agar terus menerus berlatih menghitung luas bangun datar melalui benda-benda yang berada di lingkungannya agar dapat meningkatkan pemahamannya terhadap konsep luas bangun datar.
b.    Untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menghitung luas bangun datar, para guru hendaknya memberikan latihan secara rutin, baik tugas yang harus dikerjakan di sekolah maupun tugas yang harus dikerjakan di rumah yang berupa PR.

Baca selanjutnya:

Demikian BAB V PTK Matematika Kelas VI SD Kenaikan Pangkat, semoga bermanfaat.

PTK BAB IV Matematika SD Kelas VI Kenaikan Pangkat

Contoh PTK - PTK BAB IV Matematika SD Kelas VI Kenaikan Pangkat - Berikut ini Contoh PTK kenaikan pangkat guru SD BAB IV mata pelajaran Matematika dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Penggunaan Media Konkret pada Siswa Kelas VI SD Negeri .... Tahun Pelajaran ....:
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal hasil pembelajaran Matematika di Kelas VI sebelum dilakukan penelitian sangat rendah. Hal ini terbukti dari dua kali pelaksanaan ulangan harian, hasil yang diperoleh belum mencapai ketuntasan. Dari … siswa yang mengikuti ulangan harian, baru … anak atau 50 persen yang mencapai ketuntasan.
Dari 2 kali pelaksanaan ulangan harian, nilai rata-rata siswa masih di bawah KKM. Nilai rata-rata siswa 60. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata masih di bawah KKM kelas, yaitu 70.
Hasil pembelajaran yang rendah di atas dikarenakan tingkat keaktifan siswa sangat rendah, yaitu baru mencapai 40 persen siswa yang aktif. Keberanian siswa dalam bertanya juga sangat rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Hasil Belajar Matematika Siswa Pra Siklus


B.    Deskripsi Siklus I dan II
1.    Siklus I
a.    Perencanaan
Langkah awal dalam perencanaan adalah memeriksa RPP. Langkah selanjutnya adalah memeriksa alat peraga yang akan digunakan, kemudian memeriksa kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul data, seperti lembar observasi.
b.    Tindakan
1)    Kegiatan Awal
Peneliti memberikan salam, memeriksa kehadiran siswa, mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran, memotivasi siswa, memberikan apersepsi untuk memusatkan perhatian siswa, kemudian menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2)    Kegiatan Inti
Siswa mengamati buku dan penggaris masing-masing kemudian mencatat nama-nama bangun datar yang menyerupainya. Siswa menggunakan buku dan penggaris untuk menunjukkan sisi yang berupa panjang dan lebar.
Siswa menghitung jumlah sisi kemudian mengukur dan mencatat panjang dan lebarnya pada buku masing-masing. Siswa memberi nama masing-masing sisi kemudian menghitung luas masing-masing benda tersebut.
Melalui bimbingan guru siswa menemukan rumus luas bangun datar. Siswa mengerjakan latihan soal latihan dengan menggunakan rumus luas bangun datar.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung teman sejawat melakukan pengamatan terhadap jalannya proses perbaikan, keaktifan siswa, dan kegiatan peneliti selama melaksanakan penelitian.
3)    Kegiatan Akhir
Siswa mengerjakan ulangan harian. Guru melakukan penilaian dan tindak lanjut.
Siswa dengan bimbingan peneliti menyimpulkan pembelajaran dan merangkum materi pembelajaran yang telah dipelajari. Peneliti menegaskan materi yang telah dipelajari, memberikan tugas rumah kepada siswa. Peneliti mengakhiri perbaikan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
c.    Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat terhadap peneliti. Berdasarkan hasil penelitian didapat beberapa hal yang mendapat perhatian pengamat dan menjadi catatan, ada beberapa siswa yang tidak serius melaksanakan tugas dan bermain sendiri.
Berdasarkan hasil pengamatan secara umum proses kegiatan perbaikan pembelajaran belum optimal. Kurang optimalnya kegiatan siswa merupakan penyebab masih rendahnya hasil belajar siswa. Hasil ulangan harian, 20 anak yang sudah mendapat nilai di atas nilai tuntas, dan sisanya 10 anak mendapat nilai di bawah nilai tuntas.
d.    Refleksi
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I menunjukkan peningkatan hasil belajar, terbukti dari 30 siswa baru 20 yang mendapat nilai tuntas, namun demikian, peningkatan tersebut belum mencapai kriteria keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran masih dilaksanakan secara klasikal, sehingga siswa banyak yang merasa bingung dalam mengerjakan tugas. Kurangnya optimalisasi kegiatan siswa merupakan salah satu faktor penyebab, dan kurangnya pengawasan peneliti juga menjadi sebab rendahnya nilai siswa. Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti dan pengamat sepakat untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II. Upaya yang akan dilakukan adalah menggunakan benda-benda di lingkungan sekolah dengan mengoptimalkan kegiatan siswa, dan meningkatkan pengawasan peneliti terhadap kerja siswa.
2.    Siklus II
a.    Perencanaan
Kegiatan perencanaan siklus II yaitu menyediakan perangkat penelitian yang meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran, materi dan sumber, alat peraga, lembar pengamatan, dan lembar kerja siswa.
b.    Tindakan
1)    Kegiatan Awal
Peneliti memberikan salam, memeriksa kehadiran siswa, mengkondisikan siswa agar siswa siap menerima pelajaran, memotivasi siswa, memberikan apersepsi untuk memusatkan perhatian siswa pada materi pembelajaran, kemudian menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2)    Kegiatan Inti
Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 anak. Siswa ditugaskan untuk mencari dan mengamati benda-benda di lingkungan sekolah yang menyerupai bangun datar, seperti persegi, persegi panjang, segitiga, dan lingkaran.
Siswa kembali ke dalam kelas kemudian memperhatikan dan mengamati benda-benda yang telah dikumpulkannya kemudian mendengarkan penjelasan tentang tugas yang harus dilakukan secara kelompok.
Masing-masing kelompok mengukur panjang masing-masing sisi benda tersebut dan mencatat hasil pengukuran pada lembar kerja kelompok.
Masing-masing kelompok menghitung luas bangun datar berbagai benda tersebut.
3)    Kegiatan Akhir
Siswa mengerjakan ulangan. Siswa dengan bimbingan peneliti menyimpulkan dan merangkum materi pembelajaran. Peneliti menegaskan materi yang telah dipelajari, memberikan tugas rumah kepada siswa. Peneliti mengakhiri perbaikan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
c.    Pengamatan
Hasil pengamatan terlihat adanya optimalisasi kerja siswa. peneliti terlihat membimbing siswa serta mengingatkan siswa-siswa yang bermain sendiri. Hasil siklus II terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa dari 20 menjadi 29 anak. Tingkat keaktifan siswa pada siklus II juga meningkat, seluruh siswa telah aktif mengikuti dan mengerjakan semua tugas yang diberikan, dengan demikian perbaikan pembelajaran siklus II dinyatakan telah berhasil, sehingga penelitian dihentikan pada siklus II.
d.    Refleksi
Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran siklus II telah berhasil. Hal itu dibuktikan bahwa dari … siswa, … anak telah berhasil mencapai nilai KKM yang ditentukan sebagai indikator keberhasilan pembelajaran yaitu 70, sedangkan 1 siswa belum tuntas karena pada saat pembelajaran berlangsung siswa tersebut mengalami sakit, sehingga harus ijin, meskipun demikian hasil penelitian sudah dinyatakan berhasil.
C.    Hasil Penelitian
Secara umum proses kegiatan perbaikan pembelajaran siklua I belum optimal. Kurang optimalnya kegiatan siswa merupakan penyebab masih rendahnya hasil belajar siswa. Hasil ulangan harian, 20 anak yang sudah mendapat nilai di atas nilai tuntas, dan sisanya 10 anak mendapat nilai di bawah nilai tuntas.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I menunjukkan peningkatan hasil belajar, terbukti dari … siswa baru … yang mendapat nilai tuntas, namun demikian, peningkatan tersebut belum mencapai kriteria keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran masih dilaksanakan secara klasikal, sehingga siswa banyak yang merasa bingung dalam mengerjakan tugas. Kurangnya optimalisasi kegiatan siswa merupakan salah satu faktor penyebab, dan kurangnya pengawasan peneliti juga menjadi sebab rendahnya nilai siswa.
Hasil penelitian siklus I lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I melalui Media Konkret berupa benda di dalam kelas


Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 1 siswa yang mendapat nilai antara 50-59, 9 anak mendapat nilai antara 60-69, 15 anak mendapat nilai 70-79, dan 5 anak mendapat nilai 80-100, dengan demikian 20 anak telah tuntas belajar dan 10 anak belum tuntas.
Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti dan pengamat sepakat untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II. Upaya yang akan dilakukan adalah menggunakan benda-benda di lingkungan sekolah dengan mengoptimalkan kegiatan siswa, dan meningkatkan pengawasan peneliti terhadap kerja siswa.
Hasil penelitian siklus II lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus II melalui Media Konkret berupa benda di lingkungan sekolah


Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 1 siswa yang mendapat nilai antara 60-69, 17 anak mendapat nilai antara 70-79, dan 12 anak mendapat nilai 80-100, dengan demikian 29 anak telah tuntas belajar dengan mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan 70 dan sisanya 1 anak belum tuntas.

D.    Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan sebelum penelitian, peneliti melihat bahwa hasil belajar Matematika siswa belum tuntas. Hal tersebut dikarenakan kegiatan pembelajaran masih menggunakan metode ceramah dan latihan dan belum memanfaatkan benda-benda konkret yang ada di lingkungan siswa.
Pada pembelajaran pra siklus ketuntasan belajar siswa baru mencapai 50 persen, yaitu hanya … dari … anak yang telah tuntas dengan mendapatkan nilai hasil ulangan di atas KKM 70. Pada pembelajaran siklus I siswa yang telah mencapai nilai KKM meningkat menjadi 20 anak (66,7%) dan pada kegiatan pembelajaran siklus II meningkat dengan signifikan menjadi 29 anak (96,7%).
Setelah dilakukan penelitian dalam dua siklis, terlihat bahwa penggunaan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa SD Negeri ..... Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dari kriteria hasil belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan, yaitu setiap siklus telah menunjukkan adanya peningkatan. Oleh karena itu, penelitian dinyatakan telah berhasil dan dihentikan pada siklus II.
Hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat pada tabel perbandingan penelitian siklus I dan II berikut:
Tabel 4. Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I dan II


Tabel di atas menunjukkan bahwa pada siklus I terdapat 10 siswa yang belum tuntas yaitu mendapat nilai di bawah 70. Setelah dilakukan perbaikan siklus II tinggal 1 siswa yang belum tuntas.
Persentase ketuntasan meningkat, yaitu pada siklus I tingkat ketuntasan baru mencapai 66,7% dan meningkat pada siklus II, yaitu menjadi 96,7%.

Baca juga:

Demikian PTK BAB IV Matematika SD Kelas VI Kenaikan Pangkat, semoga bermanfaat.

PTK Matematika BAB III SD Kelas VI Kenaikan Pangkat

Contoh PTK - PTK Matematika BAB III SD Kelas VI Kenaikan Pangkat - Berikut ini Contoh PTK kenaikan pangkat guru SD BAB III mata pelajaran Matematika dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Penggunaan Media Konkret pada Siswa Kelas VI SD Negeri .... Tahun Pelajaran ....:

BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Setting Penelitian
1.    Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah semua siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri .... Kecamatan .... Kabupaten .... yang berjumlah … anak yang terdiri dari … siswa laki-laki dan … siswa perempuan.
2.    Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri ...., UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit Kecamatan .... Kabupaten .... yang berlokasi di Desa .....
3.    Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I Tahun Pelajaran .... menurut kalender pendidikan di SD Negeri .....

B.    Prosedur Siklus Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR), yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas.
Dalam penelitian tindakan kelas ini strategi yang digunakan mengacu pada model siklus. Lebih lanjut Ristasa (2007: 7-8) mengatakan PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu:
1.    Perencanaan (planning)
2.    Pelaksanaan (acting)
3.    Pengamatan (observation); dan
4.    Refleksi (reflection).

1.    Siklus I
a.    Perencanaan
Langkah awal dalam perencanaan adalah memeriksa RPP. Langkah selanjutnya adalah memeriksa alat peraga yang akan digunakan, kemudian memeriksa kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul data, seperti lembar observasi.

b.    Tindakan
1)    Kegiatan Awal
Peneliti memberikan salam, memeriksa kehadiran siswa, mengkondisikan siswa agar siswa siap menerima pelajaran, memotivasi siswa, memberikan apersepsi untuk memusatkan perhatian siswa pada materi pembelajaran, kemudian menyampaikan materi pelajaran apa yang akan dipelajari, dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa setelah pembelajaran selesai.
2)    Kegiatan Inti
Siswa mengamati buku dan penggaris masing-masing kemudian mencatat nama-nama bangun datar yang menyerupainya. Siswa menggunakan buku dan penggaris untuk menunjukkan sisi yang berupa panjang dan lebar.
Siswa menghitung jumlah sisi kemudian mengukur dan mencatat panjang dan lebarnya pada buku masing-masing.
Siswa memberi nama masing-masing sisi kemudian menghitung luas masing-masing benda tersebut. Melalui bimbingan guru siswa menemukan rumus luas bangun datar.
Siswa mengerjakan latihan soal latihan dengan menggunakan rumus luas bangun datar.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung teman sejawat melakukan pengamatan terhadap jalannya proses perbaikan, keaktifan siswa, dan kegiatan peneliti selama melaksanakan penelitian.
3)    Kegiatan Akhir
Pada kediatan akhir, siswa mengerjakan ulangan harian untuk mengetahui hasil pembelajaran. Guru melakukan penilaian dan tindak lanjut.
Siswa dengan bimbingan peneliti menyimpulkan pembelajaran dan merangkum materi pembelajaran yang telah dipelajari. Peneliti menegaskan materi yang telah dipelajari, memberikan tugas rumah kepada siswa. Peneliti mengakhiri perbaikan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
c.    Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat terhadap peneliti. Berdasarkan hasil penelitian didapat beberapa hal yang mendapat perhatian pengamat dan menjadi catatan, ada beberapa siswa yang tidak serius melaksanakan tugas dan bermain sendiri.
Berdasarkan hasil pengamatan secara umum proses kegiatan perbaikan pembelajaran belum optimal. Kurang optimalnya kegiatan siswa merupakan penyebab masih rendahnya hasil belajar siswa. Hasil ulangan harian, 20 anak yang sudah mendapat nilai di atas nilai tuntas, dan sisanya 10 anak mendapat nilai di bawah nilai tuntas.
d.    Refleksi
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I menunjukkan peningkatan hasil belajar, terbukti dari 30 siswa baru 20 yang mendapat nilai tuntas, namun demikian, peningkatan tersebut belum mencapai kriteria keberhasilan pembelajaran.
Pembelajaran masih dilaksanakan secara klasikal, sehingga siswa banyak yang merasa bingung dalam mengerjakan tugas. Kurangnya optimalisasi kegiatan siswa merupakan salah satu faktor penyebab, dan kurangnya pengawasan peneliti juga menjadi sebab rendahnya nilai siswa. Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti dan pengamat sepakat untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II.
Upaya yang akan dilakukan dalam siklus II adalah menggunakan benda-benda di lingkungan sekolah dengan mengoptimalkan kegiatan siswa, dan meningkatkan pengawasan peneliti terhadap kerja siswa.

2.    Siklus II
a.    Perencanaan
Kegiatan perencanaan siklus II yaitu menyediakan perangkat penelitian yang meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran, materi dan sumber pembelajaran, media dan alat peraga, lembar pengamatan keaktifan siswa, dan lembar kerja siswa.
b.    Tindakan
1)    Kegiatan Awal
Peneliti masuk ke kelas kemudian memberikan salam dan mengajak siswa untuk berdo’a. Peneliti memeriksa kehadiran siswa, mengkondisikan siswa agar siswa siap menerima pelajaran, memotivasi siswa, memberikan apersepsi untuk memusatkan perhatian siswa pada materi pembelajaran, kemudian menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2)    Kegiatan Inti
Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 anak. Siswa ditugaskan untuk mencari dan mengamati benda-benda di lingkungan sekolah yang menyerupai bangun datar, seperti persegi, persegi panjang, segitiga, dan lingkaran.
Siswa kembali ke dalam kelas kemudian memperhatikan dan mengamati benda-benda yang telah dikumpulkannya kemudian mendengarkan penjelasan tentang tugas yang harus dilakukan secara kelompok.
Masing-masing kelompok mengukur panjang masing-masing sisi benda yang menyerupai bangun datar tersebut dan mencatat hasil pengukuran pada lembar kerja kelompok.
Masing-masing kelompok bekerjasama untuk menghitung luas bangun datar berbagai benda yang telah diamati tersebut.
3)    Kegiatan Akhir
Siswa mengerjakan ulangan. Siswa dengan bimbingan peneliti menyimpulkan pembelajaran dan merangkum materi pembelajaran yang telah dipelajari. Peneliti menegaskan materi yang telah dipelajari, memberikan tugas rumah kepada siswa. Peneliti mengakhiri perbaikan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
c.    Pengamatan
Hasil pengamatan terlihat adanya optimalisasi kerja siswa, jika dibandingkan dengan siklus I. peneliti terlihat membimbing siswa atau kelompok yang kurang aktif serta mengingatkan siswa-siswa yang bermain sendiri. Hasil siklus II terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa dari … menjadi … anak. Tingkat keaktifan siswa pada siklus II juga meningkat, seluruh siswa telah aktif mengikuti dan mengerjakan semua tugas yang diberikan, dengan demikian perbaikan pembelajaran siklus II dinyatakan telah berhasil, sehingga penelitian dihentikan pada siklus II.
d.    Refleksi
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II telah berhasil, terbukti dari … siswa, … anak telah berhasil mencapai nilai KKM yang ditentukan sebagai indikator keberhasilan pembelajaran.

C.    Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi, observasi, dan tes.
1.    Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku presensi, daftar nilai, dan sebagainya (Arikunto, 2003: 188). Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang nama identitas siswa, hasil belajar matematika pada semester I Tahun Pelajaran ...., serta gambaran pelaksanaan tindakan pada setiap siklus.
2.    Observasi
Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis, yaitu menggunakan instrumen pengamatan. Instrumen pengamatan berupa daftar pengamatan yang berisi item-item kejadian atau tindakan yang dilakukan dalam penelitian. Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran.
3.    Tes
Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar matematika, setelah dilaksanakan tindakan. Instrumen tes disusun dan diujicobakan pada siswa di luar objek penelitian, dan dianalisis untuk mengetahui validitas, derajat kesukaran, daya beda, dan reliabilitas, sehingga instrumen soal yang digunakan untuk evaluasi di akhir siklus adalah hanya butir soal yang baik.
Soal tes diujicobakan di luar sampel penelitian dengan maksud untuk tetap menjaga agar hasil ujicoba benar-benar valid, sehingga ketika digunakan pada saat tes setelah pelaksanaan tindakan dihasilkan data yang benar-benar sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran, karena apabila ujicoba dilaksanakan pada subjek penelitian, dikhawatirkan mempengaruhi hasil penelitian.

D.    Analisis Data
Data yang dianalisis meliputi data kuantitatif (dengan menampilkan angka-angka sebagai ukuran prestasi), dan data kualitatif (dengan menampilkan angka sebagai perbandingan). Analisis data dilakukan secara deskriptif komparatif yang bertujuan untuk membandingkan kondisi sebelum dan sesudah diadakan tindakan perbaikan pembelajaran

E.    Indikator Keberhasilan
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa adalah peningkatan hasil belajar siswa baik secara individual maupun klasikal serta ketuntasan belajar siswa. Siswa dinyatakan tuntas belajar jika telah mencapai tingkat pemahaman materi 70% ke atas yang ditunjukkan dengan perolehan nilai formatif 70 atau lebih (sesuai KKM).
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan keaktifan siswa adalah peningkatan keaktifan siswa baik secara individual maupun klasikal serta aktivitas siswa menjawab maupun mengajukan pertanyaan, interaksi antar siswa ketika siswa melakukan diskusi, dalam kegiatan diskusi dicatat keterlibatan masing-masing siswa dalam kelompok, ketepatan waktu siswa dalam menyelesaikan tugas.
Data peningkatan keaktifan siswa diperoleh dari lembar pengamatan. Kriteria peningkatan keaktifan siswa diukur dengan pedoman penilaian. Jika siswa mendapat nilai 50-59 kategori D=Kurang, nilai 60-69 kategori C=Cukup, nilai 70-79 kategori B=Baik, dan nilai ≥80 kategori Amat Baik.

Baca juga:

Demikian PTK Matematika BAB III SD Kelas VI Kenaikan Pangkat, semoga bermanfaat.

PTK Matematika SD Kelas VI BAB II Kenaikan Pangkat

Contoh PTK - PTK Matematika SD Kelas VI BAB II Kenaikan Pangkat - Berikut ini Contoh PTK kenaikan pangkat guru SD BAB II mata pelajaran Matematika dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Penggunaan Media Konkret pada Siswa Kelas VI SD Negeri .... Tahun Pelajaran ....:

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Landasan Teori
1.    Pengertian Belajar
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (1993:13). Belajar adalah usaha mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap (Suharsimi, 1993: 19).

Hilgard, dalam buku Theories of Learning (1948: 409) mengemukakan, belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu.

Belajar adalah proses mencari jawaban dari yang tidak tahu menjadi tahu. Menurut Revans (1998), belajar adalah proses menanyakan sesuatu yang berawal dari ketidaktahuan tentang apa yang dilakukan.

2.    Pengertian Hasil Belajar
Menurut Demaja WS (2004), hasil belajar adalah merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar.

Menurut Abdurrahman (2003: 37), hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Anak yang dikatakan berhasil dalam pembelajaran adalah mereka yang dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Dimyati dan Mujiono (2006:3) memaparkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pengajaran dan kemampuan mental siswa.

3.    Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan yang mempengaruhi belajar mengajar sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah.

Pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, sehingga terjadi perubahan sikap dan pola pikir yang diharapkan menjadi kebiasaan siswa. Guru berperan sebagai komunikator dan bahan ajar yang dikomunikasikan berisi pesan ilmu pengetahuan (Gagne dan Briggs-1979).

Sudiarto (1990) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan agar kegiatan belajar tumbuh dan berkembang secara optimal, baik secara internal maupun eksternal.
Bruner berpendapat bahwa, salah satu tahap dalam proses pembelajaran adalah tahap enaktif, yaitu yang ditandai oleh manipulasi secara langsung objek-objek berupa benda di lingkungan sekitar atau peristiwa kongkrit.

4.    Pengertian Matematika
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri, (James dalam Ruseffendi, dkk 1996: 27).

Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis. Matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, (Johnson dan Rising dalam Ruseffendi, dkk. 1996: 28).

Menurut Reys dkk. dalam Ruseffendi, dkk. (1996: 28) mengemukakan bahwa Matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau cara berpikir, suatu seni suatu bahasa dan suatu alat.

Menurut Puskur-Dit PTKSD (2003: 2), Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki obyek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterlibatan antar konsep dalam Matematika bersifat sangat kuat dan jelas.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu yang mempelajari pola berfikir, pola pengorganisasian pembuktian yang logis, serta bahasa dan penelaahannya yang dibangun melalui proses penalaran deduktif.

5.    Pengertian Media
Media pembelajaran diartikan sebagai bentuk yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (massage), merangsang pikiran perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih konkrit. (Basyirudin Usman. 2002: 12).

Media bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh seorang pendidik dalam menyampaikan materi atau bahan pendidikan/pengajaran. Dalam praktiknya media bantu lebih sering disebut sebagai peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan atau pengajaran.

Media menurut Arsyad (2002) adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa suatu bahan atau alat. Media merupakan sarana pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang bertujuan agar siswa mengetahui sesuatu hal.

Media berperan sebagai alat bantu belajar yang bisa digunakan sendiri oleh siswa atas bimbingan guru, dalam pembelajaran media digunakan untuk menggantikan sebagian dari fungsi guru dalam memberikan atau menyampaikan pelajaran.

Media bantu pendidikan ini disusun menggunakan patokan atau berdasarkan pada prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui panca indera. Oleh sebab itu, semakin banyak panca indera yang digunakan untuk menerima sesuatu materi yang diajarkan maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh oleh sasaran pendidikan. Dengan perkataan lain media dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu obyek, sehingga mempermudah persepsi dari siswa.

Seorang pakar ilmu pendidikan bernama Edgar Dale membagi media atau alat bantu pendidikan tersebut ke dalam 11 macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap media tersebut di dalam sebuah gambar kerucut yang dinamakan kerucut Edgar Dale.

Semakin mengerucut maka akan semakin kecil intensitasnya dalam membantu dan mempermudah persepsi dari masyarakat atau sasaran pendidikan.

11 macam alat peraga pendidikan tersebut yaitu kata-kata, tulisan, rekaman/radio, film, televise, pameran, field trip, demonstrasi, sandiwara, benda tiruan, dan benda asli.



Pada gambar kerucut Edgar Dale tersebut di atas dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk mempersepsi bahan pendidikan/pengajaran. Sedangkan penyampaian materi atau bahan hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektif atau intensitasnya paling rendah. Maka jelaslah bahwa penggunaan alat peraga merupakan implementasi salah satu prinsip proses pendidikan.

B.    Kerangka Berpikir
Hasil belajar matematika siswa kelas VI yang masih rendah harus segera diperbaiki. Siswa diupayakan dapat memecahkan masalah melalui pengamatan, penafsiran, penerapan, dan diskusi. Berdasarkan pernyataan di atas, maka kerangka berpikir penelitian ini sebagai berikut:



Kondisi awal, guru belum menggunakan media konkret dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa rendah. Pada siklus I, guru menggunakan media konkret sehingga hasil belajar siswa meningkat. Pada siklus II, selain menggunakan media konkret, pembelajaran dilaksanakan berkelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 3 siswa. Siswa mengamati media konkret secara langsung yang berupa benda-benda di lingkungan sekolah, sehingga pembelajaran berlangsung aktif, kreatif, dan menyenangkan dan pada akhirnya hasil belajar siswa meningkat sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan.

C.    Rumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas hipotesis tindakan penelitian ini adalah:
  1. Penggunaan media konkret dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VI dalam pembelajaran matematika.
  2. Penggunaan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI dalam pembelajaran matematika.
Baca selanjutnya:

Demikian PTK Matematika SD Kelas VI BAB II Kenaikan Pangkat sebagai referensi penyusunan laporan PTK kenaikan pangkat, semoga bermanfaat.

BAB I PTK Matematika SD Kelas VI Kenaikan Pangkat

Contoh PTK - BAB I PTK Matematika SD Kelas VI Kenaikan Pangkat - Berikut ini Contoh PTK kenaikan pangkat guru SD BAB I mata pelajaran Matematika dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Penggunaan Media Konkret pada Siswa Kelas VI SD Negeri .... Tahun Pelajaran ....:

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Matematika merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi anak, karena dalam kehidupan nyata bermasyarakat nanti setelah dewasa, matematika akan selalu digunakan dalam segala aspek kehidupan, untuk itu, keberhasilan pembelajaran matematika siswa menjadi hal yang sangat penting dan mutlak harus dicapai.

Selama ini pembelajaran Matematika secara umum pada tingkat sekolah dasar kebanyakan dilaksanakan dengan metode ceramah, Guru enggan menggunakan media pembelajaran atau alat peraga, dengan alasan bahwa penggunaan alat peraga atau media pembelajaran membutuhkan biaya besar dan kurang praktis. Tanpa disadari hal itulah yang menyebabkan rendahnya keaktifan dan hasil belajar Matematika siswa pada umumnya.

Permasalahan yang umum terjadi di SD adalah rendahnya hasil belajar Matematika siswa. Hal ini terbukti bila diadakan ulangan harian selalu hasil belajar Matematika di bawah rata-rata mata pelajaran lainnya.

Permasalahan tersebut terjadi di SD Negeri ...., pembelajaran Matematika yang dilaksanakan oleh Guru kelas VI masih menggunakan metode ceramah, mencatat, dan latihan soal, sehingga anak kurang menguasai konsep pembelajaran yang sebenarnya, sehingga pembelajaran yang diterima siswa tidak berkesan dan tidak terserap secara maksimal, siswa mudah lupa dengan apa yang telah dipelajarinya.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, langkah yang perlu dilaksanakan adalah dengan penggunaan media konkret dalam pembelajaran, yaitu benda-benda di dalam maupun di luar kelas yang yang memiliki bentuk dasar bangun datar.

Penggunaan media dapat dimanipulasikan, media pembelajaran merupakan lingkungan belajar yang sangat menunjang untuk tercapainya optimalisasi dalam pembelajaran, karena media merupakan jembatan belajar yang awalnya terdapat benda-benda konkret seperti pengalaman anak.

Permasalahan yang terjadi di Sekolah Dasar Negeri ...., Kecamatan ...., Kabupaten .... adalah rendahnya hasil belajar Matematika siswa. Hal ini terbukti dari dua kali pelaksanaan ulangan harian, hasil yang diperoleh belum mencapai ketuntasan. Dari … siswa yang mengikuti ulangan harian, baru … anak atau 50 persen yang mencapai ketuntasan.

Dari 2 kali pelaksanaan nilai rata-rata siswa masih di bawah KKM. Nilai rata-rata siswa 60. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata masih di bawah KKM kelas, yaitu 70.

Hasil pembelajaran yang rendah di atas dikarenakan tingkat keaktifan siswa sangat rendah, yaitu baru mencapai 40 persen siswa yang aktif. Keberanian siswa dalam bertanya juga sangat rendah.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perumusan masalah yang akan dikemukakan adalah:
  1. Apakah penggunaan media konkret dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VI dalam pembelajaran matematika?
  2. Apakah penggunaan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI dalam pembelajaran matematika?

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
  1. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui penggunaan media konkret.
  2. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui media konkret.

D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan, yaitu antara lain:
  1. Bagi guru dapat lebih meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran di kelasnya melalui penggunaan media konkret.
  2. Bagi para siswa dapat memberikan manfaat yang besar dalam membantu memecahkan masalah pembelajaran Matematika, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar.
Baca selanjutnya:

Demikian BAB I PTK Matematika SD Kelas VI Kenaikan Pangkat sebagai referensi dan semoga bermanfaat.

Abstrak PTK Matematika SD Kelas VI Kenaikan Pangkat

Contoh PTK - Abstrak PTK Matematika SD Kelas VI Kenaikan Pangkat - Abstrak adalah intisari PTK yang merupakan ringkasan isi PTK. Berikut ini Abstrak PTK Matematika untuk guru SD Kelas VI sebagai persyaratan Kenaikan Pangkatdengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Penggunaan Media Konkret pada Siswa Kelas VI SD Negeri .... Tahun Pelajaran ....:

 ABSTRAK

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui penggunaan media konkret dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui media konkret. Hasil belajar Matematika siswa kelas VI SD Negeri .... sangat rendah, oleh karena itu upaya peningkatan hasil belajar Matematika siswa kelas VI SD Negeri .... pada Tahun Pelajaran .... sangat penting.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa Pada pembelajaran pra siklus ketuntasan belajar siswa baru mencapai 50 persen, yaitu hanya … dari … anak yang telah tuntas dengan mendapatkan nilai hasil ulangan di atas KKM 70.

Pada pembelajaran siklus I siswa yang telah mencapai nilai KKM meningkat menjadi … anak (66,7%) dan pada kegiatan pembelajaran siklus II meningkat dengan signifikan menjadi … anak (96,7%). Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa media konkret dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa Kelas VI SD Negeri .... Tahun Pelajaran .....

Kata Kunci: Hasil Belajar, Matematika, Media Konkret

Selanjutnya baca juga:

Demikian  Abstrak PTK Matematika SD Kelas VI Kenaikan Pangkat, sebagai referensi dan semoga bermanfaat.

Contoh Berita Acara Pelaksanaan Seminar PTK Kenaikan Pangkat

Contoh PTK - Contoh Berita Acara Pelaksanaan Seminar PTK Kenaikan Pangkat - Berikut ini contoh Berita acara seminar PTK bagi guru SD sebagai salah satu persyaratan kenaikan pangkat dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Penggunaan Media Konkret pada Siswa Kelas VI SD Negeri .... Tahun Pelajaran ....:

BERITA ACARA PELAKSANAAN SEMINAR
LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Pada hari ini    :     
Tanggal    :    
Pukul    :   
Bertempat di ruang    :    
Pada Sekolah    :   
Dengan alamat    :    
Nomor Telphon/Fax    :   
Email    :   

Telah diselenggarakan acara Seminar Hasil Penelitian Tindakan Kelas:
Judul PTK    :    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Penggunaan Media Konkret pada Siswa Kelas VI SD Negeri .... Tahun Pelajaran ....

Peneliti    :    Rinoto
NIP    :   
Jabatan    :    
Pangkat/Golongan    :   
Unit Kerja    :   
Alamat Rumah    :   
Nomor Telphon/ HP    :   
Email    :   

Pada Acara Seminar tersebut    :
Penyaji    :   
Moderator    :   
Pembahas    :   
Susunan Acara Seminar    :    (a) Pembukaan, (b) Sambutan Kepala Sekolah dan/atau Pengawas Sekolah, (c) Pemaparan Singkat Laporan Hasil Penelitian Oleh Penyaji/ Penulis Laporan, (d) Tanggapan, pertanyaan, kritik/saran, masukan dari Peserta Seminar dan Tanggapan dari Penyaji, (e) Penutup.

Jumlah Peserta yang Hadir    :    …….. Orang (Daftar Hadir Terlampir)

Adapun notulen jalannya acara seminar, print out bahan tayang paparan penyaji serta foto kegiatan seminar terlampir dalam berita acara ini.

Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui,
Kepala Sekolah



…………………………..
NIP. ………………………..

Kabupaten, …………………….
Ketua Panitia Seminar



…………………………..
NIP. ………………………..
 

Selanjutnya baca juga:
 
Demikian Contoh Berita Acara Pelaksanaan Seminar PTK Kenaikan Pangkat, sebagai referensi dan semoga bermanfaat.

Sunday, March 16, 2014

PTK Kelas VI Matematika Pecahan BAB III

Berikut ini lanjutan Contoh Laporan PTK Matematika Kelas 6 BAB III Metode Penelitian dengan judul PENGGUNAAN METODE KERJA KELOMPOK DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG OPERASI HITUNG PECAHAN PADA KELAS VI SEKOLAH DASAR.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Setting Penelitian
1.    Tempat Penelitian.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar yang beralamat di Dukuh Desa Kecamatan Kabupaten, yang merupakan lembaga pendidikan formal setingkat SD yang berada di bawah kewenangan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten. Dan khususnya penelitian dilaksanakan di kelas VI Tahun Pelajaran dengan jumlah siswa 28 anak. Latar belakang kehidupan dari orang tua siswa yaitu: bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, buruh, dan tukang  becak.
Alasan penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar dengan pertimbangan: (a) Perlu adanya penelitian tentang metode mengajar yang efektif sehingga hasil belajar matematika siswa sesuai dengan harapan, (b) Kemudahan dalam pelaksanaan penelitian karena peneliti pengajar di Sekolah Dasar, (c) Rata-rata nilai mata pelajaran matematika masih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata nilai mata pelajaran lainnya.

2.    Waktu PenelitianWaktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai bulan Juni. Minggu pertama bulan Maret untuk refleksi dan merancang perbaikan pembelajaran dan persiapan penelitian. Minggu kedua dan ketiga bulan Maret untuk melakukan penelian yang terdiri dari 2 (dua) siklus. Minggu terakhir bulan Maret untuk konsultasi pembuatan Laporan Kegiatan Penelitian.

B.    Subjek PenelitianSubjek penelitian ini adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar. Jumlah siswa kelas V1 28 (dua puluh delapan) yang terdiri dari 13 anak laki-laki dan 15 anak perempuan. Sebagian besar siswa kelas VI berasal dari keluarga yang berekonomi menengah ke bawah. Rata-rata orang tua siswa adalah buruh pabrik.

C.    Data dan Sumber Data

Sumber Data
sumber data dari penelitian ini adalah siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.

Jenis Data
  • Data Kuantitatif: Hasil belajar siswa dan Hasil penilaian.
  • Data Kualitatif: Respon, opini, dan pendapat siswa tentang intervensi yang diterapkan; Kesungguhan belajar siswa; Tanggapan siswa selama proses pembelajaran; Tanggapan observer dalam mengamati proses pembelajaran.
D.    Teknik  Pengumpulan  Data
a.    Data Kuantitatif
1)    Data tentang hasil belajar siswa dengan memberikan tes kepada siswa.
2)    Data tentang penilaian kegiatan siswa untuk setiap kelompok.
b.    Data Kualitatif1)    Data tentang kemudahan siswa dalam memahami materi setelah intervensi, dilakukan melalui wawancara dengan siswa.
2)    Data tentang kesungguhan belajar siswa, dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.
c.    ObserverDalam pengumpulan data tersebut, peneliti dibantu oleh teman sejawat dengan identitas dan tugas sebagai berikut:
Nama           : Supervisor 2, S.Pd. SD
NIP              : 1234567890
Pekerjaan    : Guru Kelas V
Tugas supervisor 2 adalah:
  1. Mengobservasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran mulai siklus pertama sampai selesai.
  2. Memberikan masukan tentang kekuatan dan kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran.
  3. Ikut merencanakan perbaikan pembelajaran.
E.    Validitas DataPenelitian ini diperlukan untuk mencapai suatu strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan penguasaan materi operasi hitung pecahan secara efektif dan efesien. Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid. Untuk pengukuran validasi data peneliti menggunakan alat pengumpul data yang berupa tes tertulis dengan kisi-kisi soal secara lengkap. Sedangkan validasi tes wawancara/observasi denganbantuan teman sejawat/observer.

F.    Teknik Analisis DataDalam suatu penelitian, data yang dikumpulkan dapat berbentuk data kuantitatifdan data kualitatif. Analisis data dilakukan dengan  membandingkan  tingkat keterlibatan siswa selama proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah melaksanakan perbaikan.
Data kualitatif dianalisis melalui narasi dan paparan untuk mengetahui keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Data kuantitatif dianalisis dengan statistik sederhana untuk mengetahui tingkat keberhasilan. 
   
G.    Indikator KinerjaKriteria yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa adalah ketuntasan siswa dalam mempelajari materi. Dengan kriteria siswa dinyatakan tuntas belajar jika telah mencapai tingkat penguasaan materi 70% keatas. Kriteria yang digunakan untuk mengukur minat belajar siswa adalah keterlibatan siswa secara aktif apabila siswa memberikan respon pasitif terhadap penjelasan dan pertanyaan yang diajukan guru. Kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan perbaikan pembelajaran sebagai berikut:
  1. Proses perbaikan pembelajaran/peningkatan prestasi belajar siswa dinyatakanberhasil jika 75% dari jumlah siswa tuntas belajar.
  2. Proses perbaikan pembelajaran/peningkatan minat belajar siswa dinyatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa terlibat aktif selama proses pembelajaran.
H.    Prosedur PenelitianKegiatan penelitian ini diawali dengan persiapan/perencanaan. Pada tahap persiapan penulis menyusun perencanaan tindakan penelitian yaitu: 1) Permohonan ijin kepala sekolah untuk melakukan penelitian, 2) Menentukan waktu pelaksanaan penelitian, 3)menghubungi rekan guru untuk menjadi observer 4) Menyususn RPP. Perbaikan pembelajaran yang akan peneliti lakukan dalam 2 siklus pembelajaran. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan, 3) observasi, 4) refleksi.

1.    Siklus 1
a.    Tahap perencanaan tindakan.
Dalam tahap perencanaan tindakan kegiatan yang dilakukan peneliti sebagai berikut: a)Menentukan metode mengajar, b) mempersiapkan lembar observasi, c)mempersiapkan lembar kerja siswa, d) mempersiapkan lembar evaluasi.

b.    Tahap pelaksanaan tindakan.Siswa diberikan penjelasan tenteng tujuan penelitian tindakan kelas sesuai dengan rancangan yang telah direncanakan, baik mengenai pengumpulan data maupun kegiatan-kegiatan yang lain. Kegiatan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi: a) Memberikan penjelasan secara umum tentang pokok bahasan yang diajarkan dengan menggunakan metode kerja kelompok, b) Mendorong siswa yang belum aktif untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran, c)  Mengamati dan mencatat siswa yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran menggunakan lembar observasi, d)  Mengumpulkan hasil pengujian siswa yang diperoleh siswa dalam mengerjakan tugas, e) menganalisa hasil tes.

c.    Tahap observasi.Pada pelaksanaannya observasi selalu dilaksanakan oleh peneliti dan teman sejawat selaku observer. Observasi sebagai bentuk pengamatan terhadap isi tindakan, pelaksanaan tindakan, maupun akibat dari tindakan tersebut.

d.    Tahap refleksi.Pada tahap ini peneliti menganalisa kekurangan-kekurangan yang terjadi pada penelitian yang telah dilakukan guna menentukan langkah berikutnya.

2.    Siklus II
a.    Tahap perencanaan tindakan .

  • Mempersiapkan fasilitas dan sarana yaitu dengan membuat kelompok belajar siswa yang jumlah anggotanya lebih kecil.
  • Membuat pengurus baru pada masing-masing kelompok mencakup fasilisator, penulis, dan juru bicara.
  • Membuat bahan pelajaran yang akan disampaikan pada kelompok untuk didiskusikan
  • Membuat soal tes formatif yang akan dikerjakan oleh masing-masing siswa.
b.    Tahap pelaksanaan tindakan.
  • Peneliti memberikan penjelasan tentang pokok bahasan operasi hitung pecahan yang akan dipelajari serta menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan siswa untuk belajar bersama dalam kelompoknya.
  • Siswa yang telah menguasai materi pada siklus I dimohon memimpin teman kelompoknya membahas bahan ajar yang diberikan oleh peneliti bahan ajar yang diberikan oleh peneliti berisikan tugas tindaklanjut dari siklus I.
  • Memberi kesempatan pada masing-masing kelompok untuk melaporkan hasil kerja kelompok/diskusi.
  • Pembahasan hasil kerja kelompok.
  • Memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam materi hitung pecahan.
  • Menganalisa hasil tes siswa.
c.    Tahap observasi.Peneliti mencatat hasil-hasil yang diperoleh anak didik serta mencatat kesalahan-kesalahan yang dilakukan anak didik dalam proses pembelajaran baik dalam kerjake lompok maupun hasil tes.

d.    Tahap refleksi.Peneliti membuat inventarisasi tingkat kesulitan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan bahan ajar yang diberikan serta mendata siswa yang telah mampu menyelesaikan soal evaluasi dan mampu mendapatkan nilai di atas standar ketuntasan belajar.

Untuk contoh BAB II silahkan baca pada postingan sebelumnya.
Untuk contoh BAB IV silahkan baca postingan berikutnya.

Saturday, March 15, 2014

Contoh PTK Matematika Kelas VI tentang Pecahan BAB II Kajian Pustaka

Contoh Laporan PTK Matematika Kelas 6 BAB II Kajian Pustaka atau Tinjauan Pustaka atau Kajian Teori dengan judul PENGGUNAAN METODE KERJA KELOMPOK DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG OPERASI HITUNG PECAHAN PADA KELAS VI SEKOLAH DASAR.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Kajian Teori
1.    Hakekat Matematika
a.    Pengertian Matematika


Matematika adalah terjemahan dari kata mathematics, namun arti atau definisi yang tepat dari matematika tidak dapat diterapkan secara eksak (pasti) dan singkat. Matematika menurut KBBI adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. James dan James (1976) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam 3 bidang, yaitu: aljabar, analisis, dan geometri.

Johnson dan Rising (1972) mengatakan bahwa matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik. Reys dkk. (1984) mengatakan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Dari uraian di atas menurut Ruseffendi (1992: 27) disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan pada pengamatan atau observasi (induktif) tetapi generalisasi itu harus didasarkan pada pembuktian secara deduktif.

b.    Ruang Lingkup Matematika

KTSP, Depdikbud (2007: 51) menyebutkan bahwa bahan kajian inti matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek bilangan, geometri dan pengukuran, dan pengolahan data.
Salah satu materi bilangan adalah melakukan operasi hitung yang melibatakan berbagai bentuk pecahan. Menurut Buku Terampil Berhitung Matematika 6 penerbit Erlangga operasi hitung pecahan terdiri dari: 1) Menjumlahkan pecahan biasa dan campuran; 2) Menjumlahkan dan mengurangkan pecahan desimal; 3) Mengurangkan pecahan biasa dan campuran; 4) Mengalikan pecahan biasa dan campuran; 5) Mengalikan pecahan desimal; 6) Membagi pecahan biasa dan campuran; 7) Membagi pecahan desimal; 8) Hitung campuran.

c.    Hasil Belajar Matematika

Belajar merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005)  pengertian belajar dan perubahan perilaku dalam belajar menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Menurut Mohamad Surya (1997) belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Perubahan tingkah laku menurut Witherington (1952) meliputi  keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.  Perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu misalnya: minat, perhatian, kebiasaan, motivasi, usaha, dan sebagainya; dan faktor lingkungan sekolah, dan masyarakat. Berkaitan dengan hal di atas Sumadi Suryabrata (1981) memberikan ciri-ciri yang disebut belajar yaitu: 1) belajar adalah aktifitas yang menghsilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun potensial; 2) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

Dari beberapa pengertian di atas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku.  Dalam hal ini, Mohahad Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahaan perilaku, yaitu: 1) Perubahan yang didasari dan disengaja (intensial); 2) Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu); 3) Perubahanyang fungsional; 4) Perubahan yang bersifat positif; 5) Perubahan yang bersifat aktif; 6) Perubahan yang bersifat permanen; 7) Perubahan yang bertujuan dan terarah; 8) Peerubahan perilaku secara keseluruhan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari usaha belajar. Untuk mencapa hasil belajar siswa yang diharapkan maka perlu diperhatikan  beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar.  Faktor-faktor yang mempengaruhi hasi belajar menurut Slameto (2003: 54-72) mengatakan hasil belajar siswa dipengaruhi 2 faktor yaitu dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.

Faktor-faktor Internal/dari dalam diri siswa:
  1. Jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh)
  2. Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematngan, kesiapan)
  3. Kelelahan
Faktor Eksternal/dari luar diri siswa:
  1. Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan)
  2. Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswadan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah)
  3. Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat)
Menurut Correl dalam R. Angkowo dan A. Kososih (2007) bahwa hasil belajar dipengaruhi 5 faktor yaitu: 1) bakat belajar, 2) waktu yang tersedia untuk belajar, 3)kemampuan individu, 4) kualitas pengajaran, 5) lingkungan.

2.    Penggunaan Metode Kerja Kelompok
a.    Pengertian Kerja Kelompok


Metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai salah suatu kegiatan belajar mengajar di mana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.  Sebagai metode mengajar, kerja kelompok dapat dipakai untuk mencapai bermacam-macam tujuan pengajaran.  Pelaksanaannya tergantung pada beberapa faktor misalnya tujuan khusus yang akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di dalam kelas.

Menurut Suwarni, dkk UNS (1991: 69-70) metode kerja kelompok pada prnsipnya adalah bekerja dalam situasi kelompok.  Kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok.  Metode kerja kelompok ini muncul sebagai reaksi terhadap metode mengajar yang tradisional.  Dalam metode tradisional tersebut, sebagian besar waktu siswa hanya mendengar guru bercerita dan melakukan perintah guru.  Gurulah yang banyak melakukan kegiatan dan siswa menjadi penonton dan pendengar.  Yang dipentingkan dalam hal ini bahan pengajaran harus diingatoleh siswa.  Siswa harus memaksakan diri untuk menerima dan menghafalkan pelajaran, walaupun sebenarnya siswa tidak mengerti kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan metode keja kelompok ini, kegiatan belajar dialihkan kepada siswa.  Yang dipentingkan adalah perubahan tingkah laku siswa sebagai akibat dari belajar tersebut.  Siswalah yang harus dijadikan pusat proses belajar dengan memberi kesempatan yang sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk turut aktif mengolah bahan pelajaran tersebut sehingga menjadi milik mereka.

b.    Penggunaan Metode Kerja Kelompok

Penggunaan metode kerja keompok adalah mengajar dengan mengkondisikan siswa dalam suatu grup atau kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dilaksanakan dalam kelompok tersebut.

1)    Jenis Metode Kerja Kelompok
Menurut Suwarni, UNS (1991: 70) ada bermacam-macam metode kerja kelompok, yaitu metode diskusi, pemecahan masalah, metode proyek, karyawisata, dan bermain peranan.  Dilihat dari proses kerjanya kelompok dibedakan atas kelompok jangka pendek dan kelompok jangka panjang, karena ada tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok memerlukan waktu pendek ddan panjang.

2)    Pengelompokan Siswa
Dalam kelompok yang besar kurang kesempatan bagi siswa untuk mengemukakan pendapatnya mengenai suatu hal.  Dalam kelompok kecil siswa mempunyai kesempatan yang lebih banyak dan efektif.  Kelas sebagai suatu kelompok merupakan kelompok besar.  Apabila kelas dibagi dalam kelompok-kelompok yang kecil maka siswa-siswa memperoleh kesempatan mendapat tugas sesuai dengan minat, bakat, dan kesanggupan masing-masing. Pengelompokan siswa-siswa tergantung pada beberapa faktor seperti : tujuan yang akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta fasilitas yang tersedia.

3)    Dasar-dasar Pengelompokan Siswa
  • Berdasarkan tujuan untuk mendorong siswa berpartisipasi penuh dalam kelompok.  Kelas sebagai kelompok besar dapat dipecah menjadi beberapa kelompok.
  • Berdasarkan perbedaan individual dalam minat belajar. Pengelompokan berdasarkan minat siswa sehingga siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan minat masing-masing.
  • Berdasarkan perbedaan individual dalam kemampuan belajar.  Hal ini diperlukan terutama kalau komposisi keanggotaan kelompok sangat heterogen ditinjau dari sudut kecakapan.
  • Berdasarkan pembagian pekerjaan. Pengelompokan ini didasarkan pada luasnya masalah, serta membutuhkan waktu untuk memperoleh berbagai informasi yang dapat menunjang pemecahan persoalan. Untuk keperluan ini pokokpersoalan harus diuraikan dahulu menjadi beberapa aspek yang akan dibagikan kepada tiap kelompok (tiap kelompok menyelesaikan satu aspek persoalan).
  • Pengelompokan untuk bekerja sama secara efisien menuju ke suatu tujuan : langkah pertama adalah menjelaskan tujuan dari tugas yang harus dikerjakan siswa, kemudian membagi siswa menurut jenis dan sifat tugas, mengawasi jalannya kerja kelompok, dan menyimpulkan kemajuan kelompok.
  • Berdasarkan fasilitas yang tersedia.  Apabila fasilitas tidak sebanding yang membutuhkan maka kelompok dibagi menurut adanya fasilitas.
4)    Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Kerja Kelompok

Berhasil tidaknya kerja kelompok tergantung kepada faktor guru/pemimpin kelompok, kemampuan siswa, hubungan sosial siswa, motivasi kelompok, tingkat kesukaran tugas.

Faktor guru/pemimpinUntuk memperoleh hasil yang baik pemimpin kelompok haruslah: (1) Memberikan penertian yang jelas mengenai tujuan; (2) Pembagian kerja kepada setiap anggota secara adil; (3) Membagi tugas-tugas secara efisien sehingga anggota yang mempunyai kecakapan lebih dipercayakan melaksanakan tugas itu; (4) Membina kerja sama di antara anggota kelompok.

Faktor Kemampuan SiswaSiswa yang mempunyai kemampuan mengerti, melihat ke depan, membuat rencana diharapkan adanya usaha kerja yang lebih efisien.

Faktor Hubungan Sosial SiswaKalau hubungan kerjasama siswa baik saling menolong satu sama lain kerja kelompok diharapkan dapat berhasil.

Faktor Motivasi KelompokKelompok yang berkemauan keras atau bersemangat untuk memecahkan suatu masalah secara efektif akan berhasil lebih baik daripada kelompok yang tidak bersemangat.

Faktor Tingkat Kesukaran TugasBila tugas tidak terlalu banyak, kompleks, berjangka panjang, masalah tidak terlalu asing maka diharapkan kelompok akan lebih berhasil.

B.    Kerangka Berpikir


D.    Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan penggunaan metode kerja kelompok yang dilakukan dengan perlombaan antar kelompok akan meningkatkan hasil belajar matematika tentang operasi hitung pecahan siswa kelas VI Sekolah Dasar.

Untuk contoh BAB I nya, bisa dibaca pada postingan sebelumnya.
Untuk contoh BAB III, silahkan baca pada postingan selanjutnya.

PTK Matematika Pecahan Kelas VI BAB I Pendahuluan

Berikut ini contoh Bab I Pendahuluan PTK Matematika Kelas 6 tentang pecahan dengan judul PENGGUNAAN METODE KERJA KELOMPOK DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG OPERASI HITUNG PECAHAN PADA KELAS VI SEKOLAH DASAR

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.  Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika.  Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada peserta didik mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik mempunyai kemampuan berpikir logis, analis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.

Matematika bukanlah pelajaran yang sulit dan menakutkan, namun merupakan pelajaran yang menyenangkan. Membuat pelajaran matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan merupakan tugas guru sebagai pengelola kelas. Banyak cara yang bisa dilakukan agar matematika menjadi mata pelajaran yang mengasyikan dan menyenangkan. Salah satu di antaranya adalah menggunakan metode mengajar yang tepat.

Di samping itu guru sebagai pribadi juga harus menyenangkan. Guru yang menyenangkan adalah guru yang bijaksana, cara menerangkan pelajaran enak dan mudah dimengerti, sabar, pemaaf, jujur, teliti, disiplin, tidak menakutkan, tidak suka mencela, suka humor, dan mampu membangkitkan minat belajar.

Kurikulum KTSP, Depdikbud (2007: 92-93) menyebutkan mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan  matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Banyak orang menganggap bahwa mata pelajaran matematika menjadi tolok ukur kecerdasan anak. Kenyataannnya banyak yang enggan mempelajarinya  karena menganggap matematika pelajaran yang sulit. Padahal semakin dijauhi semakin pelajaran itu sulit. Beberapa siswa menganggap mata pelajaran matematika sebagai momok yang menakutkan.

Berkaitan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil pengamatan pada siswa kelas VI Sekolah Dasar selama pembelajaran matematika berlangsung penggunaan metode kerja kelompok belum bisa mengoptimalkan keaktifan siswa sehingga hasil belajar kurang memuaskan.  Hal ini bisa dilihat dari hasil ulangan yang telah dilaksanakan setelah Kompetensi Dasar Menentukan operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk pecahan selesai diajarkan.  Rata-rata ulangan siswa 5,17 dari 28 siswa, nilai yang tertinggi 90 hanya 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 80 ada 4 siswa, mendapat nilai 70 ada 3 siswa, dan yang mendapat nilai di bawah 60 ada 20 siswa, sedangkan nilai paling rendah 10 ada 2 siswa.  Perlu diketahui bahwa KKM untuk mata pelajaran matematika di sekolah kami 60.

Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar adalah dilaksanakannya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa aktif, baik fisik, mental maupun sosial.  Kenyataannya pembelajaran selama ini banyak mengalami masalah, diantaranya kurang keaktifan siswa dalam pemusatan perhatian siswa terhadap pembelajaran sehingga hasil belajar kurang memuaskan.

Melalui penggunaan metode kerja kelompok menggunakan kartu soal dengan diterapkannya perlombaan antar kelompok, siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun sosial.  Siswa antusias ingin memenangkan kelompoknya dengan menyelesaikan kartu soal sebanyak-banyaknya dengan jumlah nilai yang setinggi-tingginya.

Peneliti sebagai guru, selama melaksanakan pembelajaran matematika merasakan keterlibatan siswa dalam kerja kelompok masih belum optimal.   Hanya sebagian siswa yang aktif, yang lainnya diam dan kadang bercanda dengan teman sebelahnya.  Siswa belum tahu arti sebenarnya kerja kelompok, sehingga pembelajaran kurang menarik dan hasil dari pembelajaran kurang optimal.  Berdasarkan kekurangan itulah peneliti mengambil data dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

B.    Rumusan Masalah

  • Apakah penggunaan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika?
  • Apa faktor penentu keberhasilan metode kerja kelompok?
C.    Tujuan Penelitian
  • Tujuan Umum. Tujuan umum penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI Sekolah Dasar.
  • Tujuan Khusus. Adapun tujuan khusus penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk pecahan bagi siswa kelas VI Sekolah Dasar.
D.    Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoritis
  • Dengan penelitian ini guru dapat mengetahui strategi yang tepat agar dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa.
  • Dengan penelitian ini guru mendapatkan pengetahuan baru tentang cara meningkatkan hasil belajar matematika melalui metode kerja kelompok bagi siswa Sekolah Dasar.
  • Sebagai dasar penelitian selanjutnya.
2.    Manfaat Praktis
  • Manfaat bagi siswa: dapat meningkatkan aktivitas baik secara fisik, mental, maupun sosial melalui kerja kelompok sehingga memperoleh hasil yang memuaskan.
  • Bagi guru: dapat mengetahui strategi yang tepat untuk meningkatkan aktivitas siswa melalui metode kerja kelompok dalam pembelajaran matematika.
  • Manfaat bagi sekolah: dapat meningkatkan mutu sekolah dan memberikan pengalaman baru serta masukan bagi guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam upaya peningkatan aktivitas sswa dengan melaksanakan metode kerja kelompok dalam pembelajaran matematika.
Untuk contoh BAB II silahkan baca pada postingan selanjutnya.
Untuk contoh Abstraknya silahkan baca pada postingan sebelumnya