Sunday, February 16, 2014

Contoh Bab IV PTK Matematika Kelas III topik uang

Inti dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas terdapat pada BAB III, sedangkan BAB IV merupakan penjabaran hasil penelitian di mana data penelitian diperoleh untuk menentukan berhasi atau tidaknya sebuah penelitian perbaikan pembelajaran yang kita lakukan.

Berikut ini Contoh Bab IV PTK Matematika Kelas III topik uang:

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Studi Awal
Hasil belajar studi awal dapat dijabarakan sebagai berikut:

Tabel Nilai Tes Formatif Studi Awal

Nilai rata-rata studi awal adalah 60. Ketuntasan belajar studi awal tercatat 4 siswa yang telah mencapai KKM dengan mendapat nilai 70 atau lebih, sedangkan 7 siswa lainnya belum tuntas belajar.

Gambar Grafik Ketuntasan  Studi Awal (dalam persen)

Grafik ketuntasan belajar studi awal di atas menunjukkan bahwa setelah diadakan tes evaluasi, terdapat 4 siswa atau 36,4 persen yang telah mencapai KKM dengan mendapat nilai 70 atau lebih, sedangkan 7 siswa atau 63,6 persen belum tuntas belajar karena nilai yang diperoleh masih di bawah nilai ketuntasan, yaitu di bawah 70.

2. Siklus I

Hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I dapat dijabarakan sebagai berikut:

Tabel Nilai Tes Formatif Siklus I

Nilai rata-rata siklus I adalah 70, siswa yang telah mencapai KKM dengan mendapat nilai 70 atau lebih ada 8 anak, sedangkan 3 siswa belum tuntas belajar karena nilai yang diperoleh masih di bawah nilai ketuntasan, yaitu di bawah 70. Tingkat ketuntasan siklus I mata pelajaran matematika pada konsep masalah yang melibatkan uang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik ketuntasan belajar berikut ini yang menyajikan data dalam persen.

Gambar Grafik Ketuntasan  Siklus I (dalam persen)

Grafik ketuntasan belajar siklus I di atas menunjukkan bahwa setelah diadakan tes evaluasi, terdapat 8 siswa atau 72,7 persen yang telah mencapai KKM dengan mendapat nilai 70 atau lebih, sedangkan 3 siswa atau 27,3 persen belum tuntas belajar karena nilai yang diperoleh masih di bawah nilai ketuntasan, yaitu di bawah 70.

3. Siklus II

Hasil penelitian yang dilakukan pada siklus II dapat dijabarakan sebagai berikut:

Tabel Nilai Tes Formatif Siklus II

Pembelajaran siklus II telah berhasil. Nilai rata-rata siklus II adalah 85,4, seluruh siswa yang yang berjumlah 11 anak telah mencapai KKM dengan mendapat nilai 70 atau lebih.

Gambar Grafik Ketuntasan  Siklus II (dalam persen)

Grafik ketuntasan belajar siklus II di atas menunjukkan bahwa setelah diadakan tes evaluasi, seluruh siswa yang berjumlah 11 anak atau 100 persen telah mencapai KKM dengan mendapat nilai 70 atau lebih.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Pembelajaran studi awal pada mata pelajaran matematika tentang konsep yang melibatkan uang diperoleh hasil yang rendah. Hal itu terbukti bahwa data perolehan nilai studi awal dari jumlah 11 siswa baru 4 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM, rata-rata nilai kelas 60. Hasil belajar studi awal ditunjukkan dengan nilai tes. Ketuntasan belajar siswa baru mencapai 36,4 persen, yaitu 4 siswa, sedangkan 7 siswa atau 63,6 persen nilai hasil evaluasinya masih di bawah angka kriteria ketuntasan minimal. Berikut disajikan tabel perbandingan hasil pembelajaran studi awal dengan siklus satu sebagai pembahasan hasil penelitian perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan.

Tabel Perbandingan Hasil Tes Studi Awal dengan Siklus I

Gambar Grafik Perbandingan Studi Awal dengan Siklus I (dalam persen)

Pembelajaran studi awal kurang efektif, pembelajaran tidak dirancang dengan baik, pembelajaran masih berpusat pada guru, kegiatan pembelajaran tidak menggunakan alat peraga, sehingga siswa kurang aktif dan jenuh. Kegiatan pembelajaran yang diharapkan adalah yang daapt merangsang minat siswa terhadap materi pembelajaran, yaitu dengan menggunakan metode bervariasi dan penggunaan alat peraga seperti yang disampaikan oleh Soeparno (1987:2), pada hakikatnya alat peraga adalah suatu alat yang digunakan untuk memvisualkan suatu konsep tertentu saja, sehingga siswa merasa tertarik dan muncul minat belajarnya. Alat peraga dalam pembelajaran matematika misalnya seorang guru mengajarkan konsep yang berhubungan dengan uang dengan pemberian contoh uang kertas dan uang logam.

Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran siklus I menerapkan pembelajaran aktif dengan pemberian contoh uang kertas dan logam dengan menggunakan metode yang bervariasi seperti yang disampaikan oleh Djamarah (2006:98) yang menyebutkan bahwa metode ceramah termasuk dalam pembelajaran aktif apabila divariasikan dengan metode-metode pembelajaran yang lain sehingga disebut metode bervariasi.

Kegiatan pembelajaran siklus I siswa lebih aktif dibandingkan studi awal, dengan pemberian contoh uang kertas dan uang logam serta penggunaan metode yang bervariasi, siswa terlihat aktif, sehingga pembelajaran telah lebih efektif yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil belajar siswa studi awal baru mencapai 36,4 persen pada siklus I hasil belajar mengalami kenaikan menjadi 72,7 persen, hal ini terjadi setelah diterapkannya pembelajaran dengan pemberian contoh uang kertas dan uang logam serta penggunaan metode yang bervariasi.

Meskipun kegiatan pembelajaran siklus I telah mengalami peningkatan, namun peningkatan tersebut belum seperti yang diharapkan pada indikator kinerja penelitian yang mempersyaratkan keberhasilan pembelajaran 90 persen siswa tuntas belajar, oleh karena itu guru harus melakukan perbaikan pembelajaran dengan merubah rancangan pembelajaran pada pelaksanaan kegiatan penelitian berikutnya pada kegiatan pembelajaran siklus II.

Berikut ini perbandingan hasil belajar siklus I dengan siklus II setelah dilakukan perubahan rancangan pembelajaran:

Tabel Perbandingan Hasil Tes Siklus I dengan Siklus II

Gambar Grafik Perbandingan Siklus I dengan Siklus II (dalam persen)

Pembelajaran siklus I telah menerapkan pembelajaran aktif yang ditunjukkan dengan pemberian contoh uang kertas dan logam dengan menggunakan metode yang bervariasi seperti yang disampaikan oleh Djamarah (2006:98) yang menyebutkan bahwa metode ceramah termasuk dalam pembelajaran aktif apabila divariasikan dengan metode-metode pembelajaran yang lain sehingga disebut metode bervariasi.

Hasil belajar siswa pada siklus I telah mengalami kenaikan menjadi 72,7 persen, meskipun demikian, peningkatan tersebut belum seperti yang diharapkan pada indikator kinerja penelitian.

Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran siklus II kembali dirancang dengan lebih mengaktifkan siswa dengan bimbingan oleh guru pada saat siswa melakukan diskusi kelompok. Seperti pada siklus I, pembelajaran siklus II dirancang seperti yang diungkapkan oleh Nasution (1985), sebagaimana dikutip oleh Winataputra (1997: 915), pada dasarnya siswa memiliki minat (Sense of Interest) dan dorongan ingin melihat kenyataan (Sense of Reality). Upaya untuk mengembangkan dua potensi siswa tersebut, guru dituntut untuk dapat menentukan sumber pembelajaran yang menunjukkan kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini adalah pemberian contoh uang kertas dan logam dengan menggunakan metode yang bervariasi.

Pemberian contoh uang kertas dan logam dengan menggunakan metode yang bervariasi pada siklus II telah meningkatkan hasil belajar siswa dari 72,7 persen pada siklus I menjadi 100 persen siswa tuntas belajar pada siklus II, sehingga dengan demikian penelitian perbaikan pembelajaran dihentikan pada siklus II.

No comments:

Post a Comment

Bagi yang menginginkan contoh PTK lengkap bisa SMS ke 081328239660