Berikut ini contoh Contoh Karil Karya Ilmiah IPA Terbaru 2013:
UPAYA
PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DAN
HASIL BELAJAR
IPA TENTANG PENGARUH ENERGI
MELALUI METODE
INKUIRI DI SD
Oleh: Peneliti
e-mail: peneliti@gmail.com
ABSTRAK
Peneliti-No. ID. Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa
dan Hasil Belajar IPA tentang Pengaruh Energi melalui Metode Inkuiri di Kelas
III SD. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Program Studi S1
PGSD. FKIP. Nama Universitas. Tahun 2013. Rumusan masalah yang
disusun adalah “Apakah penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas III terhadap materi pembelajaran IPA tentang pengaruh
energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari?” Penelitian Tindakan
Kelas ini bertujuan untuk memperoleh informasi faktual tentang penggunaan
metode inkuiri terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Prosedur Penelitian
Tindakan Kelas dilaksanakan melalui proses beralur terdiri dari 4 tahap, yaitu:
1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) Observasi; dan 4) refleksi. Dari analisis
data diketahui bahwa pada setiap siklus terjadi peningkatan ketuntasan hasil
belajar siswa. Pada studi awal, siswa yang mencapai ketuntasan baru 35,71%.
Pada siklus I siswa yang mencapai ketuntasan mengalami kenaikan 35,72% dari
studi awal menjadi 71,43%. Pada siklus II siswa yang mencapai ketuntasan
mengalami kenaikan 28,57% dari siklus I menjadi 100%. Hal yang sama juga
terjadi pada kesungguhan belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis data
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Penggunaan metode inkuiri mampu
mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran; Penggunaan metode inkuiri
mampu meningkatkan kesungguhan siswa dalam belajar; Penggunaan metode inkuiri
mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Inkuiri,
Keaktifan, Hasil Belajar IPA.
ABSTRACT
Efforts to Increase Student Motivation and Learning
Outcomes on Influence of Energy Science through Inquiry Methods in Class III
Elementary School. Classroom Action Research (CAR). Study Program PGSD S1. Guidance and Counseling. University. 2013. The problems are arranged is "Is the
use of inquiry method can improve the learning outcomes of students of class
III to materials science learning about the influence of thermal energy,
motion, vibration in everyday life?" Classroom Action Research aims to
obtain factual information about the use of the inquiry method improving
student learning outcomes. Classroom Action
Research procedures implemented under a grooved consists of 4 stages, namely:
1) planning, 2) implementation, 3) observations, and 4) reflection. From the
analysis of the data found that in each cycle an increase in students' mastery
of learning outcomes. At the beginning of the study, students who achieve
mastery of new 35.71%. In the first cycle of students who achieve
mastery increased from 35.72% to 71.43% earlier studies. In the second cycle students who achieve mastery
increased 28.57% from the first cycle to 100%. The same thing also happened on
the seriousness of student learning. Based on the analysis of data of this
study it can be concluded that: The use of inquiry method is able to facilitate
students in understanding the learning material; Use of inquiry method is able
to increase the seriousness of students in learning; Use of inquiry method is
able to improve student learning outcomes.
Key words: Inquiry,
Activeness, Science Learning Outcomes.
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kemampuan siswa kelas III Sekolah Dasar dalam hal menemukan pengetahuan masih sangat
rendah. Hal ini ditunjukkan dalam kegiatan belajar mengajar baru 28,6% siswa
yang berani tunjuk jari bila guru memberikan pertanyaan, 35,7% siswa yang
berani memberikan masukan pada waktu diskusi, 21,4% siswa yang mampu memberikan
solusi atas permasalahan teman, dan 35,7% siswa yang dapat menjawab soal
evaluasi dengan benar, ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa tersebut
masih rendah.
Permasalahannya
adalah rendahnya hasil belajar IPA siswa. Hal ini terbukti dari dua kali
pelaksanaan tes formatif, hasil yang diperoleh belum mencapai ketuntasan. Dari
14 anak yang
mengikuti tes formatif, baru 5 anak (35,7%) yang mencapai
ketuntasan.
Berdasarkan observasi dan diskusi dengan teman sejawat diketahui adanya
beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya pencapaian kompetensi dasar
tersebut. Identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Kemampuan siswa menemukan konsep pembelajaran
IPA tentang energi dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari masih kurang.
2.
Siswa belum berani menyampaikan pendapat ataupun
menanggapi pendapat teman sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
3.
Hasil belajar siswa tentang energi dan
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari masih rendah.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan beberapa
faktor analisa permasalahan, di antaranya:
1. Guru
belum menerapkan metode yang sesuai dengan pembelajaran yang dilaksanakan.
2.
Guru belum mengaktifkan siswa dalam proses
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
3.
Guru belum memberikan kesempatan pada siswa
untuk mencari sendiri konsep materi pelajaran.
Supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai, perlu dilakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Alternatif solusi yang dapat diambil untuk memecahkan
masalah tersebut adalah dengan menerapkan metode inkuiri. Guru harus membimbing
siswa untuk aktif dalam pembelajaran dengan cara membagi siswa ke dalam
kelompok-kelompok dan memberikan tugas yang jelas kepada anggota masing-masing
kelompok. Solusi lain untuk menumbuhkan keaktifan siswa adalah dengan cara
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti.
Hal
tersebut di atas dilakukan karena penggunaan metode inkuiri (menemukan
pengetahuan sendiri
dari kehidupan sehari-hari dengan melakukan pengamatan
langsung kepada materi/obyek di
lingkungan sekitar), bimbingan guru, dan
pemberian kesempatan kepada siswa untuk bertanya
adalah suatu metode untuk
menumbuhkan kepercayaan diri siswa, sehingga siswa akan lebih aktif
dalam
mengikuti proses pembelajaran, sehingga dengan keaktifan siswa tersebut, hasil
belajar akan
meningkat sesuai yang diharapkan.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perumusan masalah yang akan
dikemukakan adalah:
1. Apakah
penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran
IPA tentang energi dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari?
2. Apakah
Penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA tentang energi dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari?
C.
Tujuan
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan
penelitian ini ada dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Tujuan
umum penelitian ini adalah:
a. Untuk mengkongkritkan
pembelajaran dan dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga
pembelajaran lebih bermakna.
b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
c. Mengembangkan model pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif.
2. Tujuan Khusus
Tujuan
khusus penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui apakah penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan
siswa.
b. Untuk mengetahui apakah penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
II.
KAJIAN
PUSTAKA
Belajar menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu
(1993:13). Belajar adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha
mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud
memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan,
ataupun sikap (Suharsimi, 1993: 19).
Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan
siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, yang diukur
dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai
dengan sasaran belajar. (Demaja WS: 2004). Hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan
pembelajaran tujuan yang ingin dicapai ditentukan sebelumnya.
Pembelajaran
adalah suatu rangkaian kegiatan yang mempengaruhi belajar mengajar sehingga
proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dengan siswa, antara siswa
dengan siswa, sehingga terjadi perubahan sikap dan pola pikir yang diharapkan
menjadi kebiasaan siswa. Guru berperan sebagai komunikator dan bahan ajar yang
dikomunikasikan berisi pesan ilmu pengetahuan (Gagne dan Briggs-1979).
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut
Suyoso (1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat
aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu,
yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode, dan berlaku secara universal.”
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, metode menurut bahasa
adalah cara yang teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar
tercapai hasil yang baik seperti apa yang diinginkan, (Badudu, 1994: 896).
Inkuiri berasal
dari bahasa Inggris Inquiry artinya
proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang
diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada
kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri
adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan
observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah
terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir
kritis dan logis (Schmidt, 2003).
III.
PELAKSANAAN
PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A.
Subyek,
Tempat, dan Waktu Penelitian
Subjek
penelitian ini adalah semua siswa kelas III Sekolah Dasar yang berjumlah 14 anak yang terdiri dari
9 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Siswa kelas III SD sebagian besar berasal dari keluarga petani. Jarak rumah siswa dengan Sekolah
sangat dekat, karena para siswa berasal dari desa tersebut, sehingga tidak ada
kendala tentang transporasi siswa.
Penelitian
ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri yang berlokasi
Desa. Lokasi penelitian, yaitu kelas III berada di
tengah-tengah gedung, di antara ruang kelas I dan ruang kantor, sehingga mudah
dijangkau oleh guru. Ruang kelas III menghadap ke Utara searah dengan posisi
bangunan gedung SD.
Penelitian
ini dilaksanakan pada semester II menurut kalender pendidikan di SD. Penelitian ini memerlukan waktu 5 (lima) bulan yang dilaksanakan
mulai bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2013. Kegiatan dimulai dari izin
penelitian sampai dengan penulisan laporan. Pengumpulan data penelitian setiap
siklusnya yaitu, siklus I Kamis, 7 dan
14 Februari 2013 dan siklusa II Kamis, 21 dan 28 Februari 2013.
B.
Desain
Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Ristasa (2007: 7-8) mengatakan PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian
berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu (1) Perencanaan (planning); (2) Pelaksanaan (acting); (3) Pengamatan (observation); dan (4) Refleksi (reflection).
Hasil
refleksi terhadap tindakan yang dilaksanakan akan digunakan untuk merevisi
rencana, jika
ternyata tindakan yang dilaksanakan belum berhasil memecahkan
masalah.
Daur PTK dimulai dengan merencanakan yang merupakan langkah pertama yang
menjadi acuan pelaksanaan tindakan. Tahap tindakan sebagai langkah kedua dan
merupakan proses pembelajaran. Tindakan perencanaan ini perlu diobservasi agar
tindakan yang dilakukan dapat diketahui kualitasnya.
Berdasarkan pengalaman tersebut, maka akan dapat ditentukan apakah ada
hal-hal yang segera diperbaiki agar tindakan dapat mencapai tujuan yang telah
dirumuskan. Setelah pengamatan dilakukan selama proses tindakan berlangsung,
hasil pengamatan didiskusikan dengan teman sejawat guna mendapat refleksi.
Refleksi dilakukan dengan cara merenungkan kembali proses pembelajaran, baik
mengenai kekurangannya maupun keberhasilan pembelajaran bagi siswa. Dengan
demikian akan dapat diketahui kelemahan tindakan pembelajaran yang perlu
diperbaiki pada daur ulang berikutnya. Daur PTK tersebut perlu didesain lebih
lanjut agar kelemahan dapat diminimalkan, sehingga secara kronologis peneliti
dengan mudah melakukan perbaikan pembelajaran sesuai dengan daur ulang dalam
tiga siklus.
Dalam
melakukan perbaikan pembelajaran dimulai dari ide awal, studi pendahuluan yang
meliputi
proses pembelajaran, tes diagnostic sebagai data awal, analisis
dokumen kelas, wawancara dengan
siswa, dan diskusi dengan supervisor. Selanjutnya
dilakukan pemantapan antara lain refleksi, studi
literature, dan diskusi dengan
supervisor tentang alat peraga kongkret dan materi pembelajaran
aktif. Kemudian
dilakukan persiapan penyusunan RPP, tes formatif, lembar observasi, LKS,
observer, dan simulasi. Melakukan tindakan dalam tiga siklus. Tiap siklus
terdiri dari perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi. Apabila siklus I belum berhasil maka
dilakukan perbaikan siklus II.
Pada perbaikan pembelajaran siklus II telah berhasil dan perbaikan
pembelajaran
berhenti di siklus II.
Prosedur
perbaikan pembelajaran selanjutnya dirancang dalam urutan tahapan sebagai
berikut: 1)
Mengidentifikasi masalah, menganalisis, merumuskan masalah, dan
merumuskan hipotesis; 2)
Menemukan cara memecahkan masalah/tindakan perbaikan;
3) Merancang scenario tindakan
perbaikan yang dikemas dalam RPPP; 4)
Mendiskusikan aspek-aspek yang diamati dengan teman
sejawat yang ditugasi
sebagai Pengamat (observer); 5) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
skenario yang telah dirancang dan diamati oleh teman sejawat; 6) mendiskusikan
hasil pengamatan
dengan teman sejawat; 7) Melakukan refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah
dilaksanakan; 8) konsultasi dengan supervisor; 9)
Merancang tindak lanjut; 10) Re-planning dan
seterusnya sampai mencapai batas kriteria yang telah ditetapkan
C.
Teknik
Analisis Data
Data
yang dianalisis meliputi data kuantitatif
(dengan menampilkan angka-angka sebagai ukuran prestasi), dan data
kualitatif (dengan menampilkan angka sebagai perbandingan). Analisis data
dilakukan secara deskriptif komparatif yang bertujuan untuk membandingkan
kondisi sebelum dan sesudah diadakan tindakan perbaikan pembelajaran. Tahapan
dalam tindakan menganalisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Reduksi
data dilakukan dalam rangka pemilihan dan penyederhanaan data. Kegiatan yang
dilakukan pada tahapan ini adalah seleksi data dan pembuangan data yang tidak
relevan. Data-data yang relevan dengan penelitian akan diorganisasikan sehingga
terbentuk sekumpulan data yang dapat memberi informasi faktual.
Penyajian
data dilakukan dalam bentuk sekumpulan informasi, baik berupa tabel, bagan,
maupun deskriptif naratif, sehingga data yang tersaji relatif jelas dan
informatif. Tindakan lanjutan, penyajian data digunakan dalam kerangka menarik
kesimpulan dari akhir sebuah tindakan.
Kegiatan
penarikan kesimpulan merupakan kegiatan tahap akhir dari proses analisis data. Penarikan
kesimpulan disusun dengan mempertimbangkan secara evaluatif berdasarkan
kegiatan-kegiatan yang ditempuh dalam dua tahap sebelumnya.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi
Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.
Hasil belajar siswa pada studi awal adalah:
Tabel 1 Nilai Tes
Formatif Studi Awal
No
|
Nama Siswa
|
KKM
|
Nilai
|
Keterangan
|
1
|
Ahmad Muhaimin
|
70
|
60
|
Belum Tuntas
|
2
|
Nafilah Rahma
|
70
|
60
|
Belum
Tuntas
|
3
|
Saeful Rokhman
|
70
|
60
|
Belum Tuntas
|
4
|
Triyana Rahma Putri
|
70
|
80
|
Tuntas
|
5
|
Ade Soleh Sobirin
|
70
|
60
|
Belum Tuntas
|
6
|
Ahmad Baehaki
|
70
|
80
|
Tuntas
|
7
|
Anida Latifatul F
|
70
|
60
|
Belum Tuntas
|
8
|
Bambang Agus R
|
70
|
60
|
Belum
Tuntas
|
9
|
Farhan Omar S
|
70
|
80
|
Tuntas
|
10
|
Fedra Arif S
|
70
|
60
|
Belum
Tuntas
|
11
|
Imam Nulhakim
|
70
|
90
|
Tuntas
|
12
|
Nabila Risty W
|
70
|
60
|
Belum
Tuntas
|
13
|
Saeful Anam
|
70
|
90
|
Tuntas
|
14
|
Subekti Wiji S
|
70
|
60
|
Belum
Tuntas
|
Rata-Rata
|
69
|
Siswa yang telah mencapai nilai
ketuntasan tercatat 5 anak (35,71%) dan sisanya, 9 anak belum tuntas belajar.
Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut:
Gambar 1 Grafik Ketuntasan Belajar Studi Awal
Dari 14 siswa, yang telah mencapai
nilai ketuntasan belajar tercatat 5 anak atau 35,71% dan sisanya, 9 anak atau
64,29% belum tuntas belajar. Dari table
di atas terlihat bahwa nilai rata-rata kelas pada studi
awal
adalah 69.
Persentase keaktifan siswa pada studi awal masih rendah, dari 14 anak, 7 anak atau 50%
terlihat sudah aktif mengikuti proses pembelajaran dan sisanya terlihat masih
belum aktif mengikuti proses pembelajaran. Kesimpulan sementara
dari hasil tindakan studi awal menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sangat rendah, untuk itu perlu
dilaksanakan penelitian tindakan kelas per siklus.
2.
Hasil Penelitian Siklus I
Tabel 2 Nilai Tes
Formatif Siklus I
No
|
Nama Siswa
|
KKM
|
Nilai
|
Keterangan
|
1
|
Ahmad Muhaimin
|
70
|
80
|
Tuntas
|
2
|
Nafilah Rahma
|
70
|
70
|
Tuntas
|
3
|
Saeful Rokhman
|
70
|
70
|
Tuntas
|
4
|
Triyana Rahma Putri
|
70
|
80
|
Tuntas
|
5
|
Ade Soleh Sobirin
|
70
|
80
|
Tuntan
|
6
|
Ahmad Baehaki
|
70
|
80
|
Tuntas
|
7
|
Anida Latifatul F
|
70
|
60
|
Belum Tuntas
|
8
|
Bambang Agus R
|
70
|
60
|
Belum
Tuntas
|
9
|
Farhan Omar S
|
70
|
80
|
Tuntas
|
10
|
Fedra Arif S
|
70
|
60
|
Belum
Tuntas
|
11
|
Imam Nulhakim
|
70
|
90
|
Tuntas
|
12
|
Nabila Risty W
|
70
|
70
|
Tuntan
|
13
|
Saeful Anam
|
70
|
90
|
Tuntas
|
14
|
Subekti Wiji S
|
70
|
60
|
Belum
Tuntas
|
Rata-Rata
|
74
|
Dari 14 siswa kelas III SD, siswa yang telah mencapai nilai ketuntasan tercatat baru mencapai
10 anak (71,43%) dan sisanya, 4 anak (28,57%) belum tuntas belajar. Untuk lebih
jelasnya dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut:
Gambar 2 Grafik Ketuntasan belajar Siklus I
Dari 14 siswa, yang telah tuntas belajar
tercatat 10 anak atau 71,43% dan sisanya, 4 anak atau 28,57% belum tuntas
belajar. Dari table di atas terlihat
bahwa nilai
rata-rata kelas pada siklus I
adalah 74. Dari 14 siswa, terdapat 10 anak (71,43%) yang aktif mengikuti proses
pembelajaran dan sisanya 4 anak masih belum aktif mengikuti pembelajaran.
Tabel 3 Peningkatan
Keaktifan Siswa Siklus I
No
|
Nama Siswa
|
KKM
|
Ket
|
||
Tanya
|
Jawab
|
Tugas
|
|||
1
|
Ahmad
Muhaimin
|
√
|
√
|
√
|
A
|
2
|
Nafilah Rahma
|
√
|
√
|
√
|
A
|
3
|
Saeful
Rokhman
|
√
|
√
|
√
|
A
|
4
|
Triyana Rahma Putri
|
√
|
√
|
√
|
A
|
5
|
Ade
Soleh Sobirin
|
√
|
√
|
√
|
A
|
6
|
Ahmad Baehaki
|
√
|
√
|
√
|
A
|
7
|
Anida
Latifatul F
|
√
|
TA
|
||
8
|
Bambang Agus R
|
√
|
TA
|
||
9
|
Farhan
Omar S
|
√
|
√
|
√
|
A
|
10
|
Fedra Arif S
|
TA
|
|||
11
|
Imam
Nulhakim
|
√
|
√
|
√
|
A
|
12
|
Nabila Risty W
|
√
|
√
|
√
|
A
|
13
|
Saeful
Anam
|
√
|
√
|
√
|
A
|
14
|
Subekti Wiji S
|
TA
|
|||
Aktif
|
10
|
||||
Tidak Aktif
|
4
|
Dari tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa, dari 14 siswa, siswa yang telah aktif mengikuti pembelajaran baru
mencapai 10 anak dan sisanya, 4 anak belum aktif belajar.
Gambar 3 Grafik Keaktifan Belajar Siklus I
Persentase keaktifan siswa dalam
mengikuti perbaikan pembelajaran siklus I, siswa yang aktif 71,43% dan yang
belum aktif 28,57%.
3.
Hasil Penelitian Siklus II
Tabel 4 Nilai Tes
Formatif Siklus II
No
|
Nama Siswa
|
KKM
|
Nilai
|
Keterangan
|
1
|
Ahmad Muhaimin
|
70
|
90
|
Tuntas
|
2
|
Nafilah Rahma
|
70
|
70
|
Tuntas
|
3
|
Saeful Rokhman
|
70
|
70
|
Tuntas
|
4
|
Triyana Rahma Putri
|
70
|
90
|
Tuntas
|
5
|
Ade Soleh Sobirin
|
70
|
100
|
Tuntan
|
6
|
Ahmad Baehaki
|
70
|
80
|
Tuntas
|
7
|
Anida Latifatul F
|
70
|
80
|
Tuntas
|
8
|
Bambang Agus R
|
70
|
80
|
Tuntas
|
9
|
Farhan Omar S
|
70
|
80
|
Tuntas
|
10
|
Fedra Arif S
|
70
|
70
|
Tuntas
|
11
|
Imam Nulhakim
|
70
|
100
|
Tuntas
|
12
|
Nabila Risty W
|
70
|
70
|
Tuntas
|
13
|
Saeful Anam
|
70
|
90
|
Tuntas
|
14
|
Subekti Wiji S
|
70
|
70
|
Tuntas
|
Rata-Rata
|
81
|
Dari 14 siswa kelas III SD, seluruhnya (100%) telah tuntas belajar, sehingga pembelajaran dinyatakan
telah berhasil dengan baik sesuai dengan criteria ketuntasan belajar. Untuk
lebih jelasnya dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut:
Gambar 4 Grafik Ketuntasan belajar Siklus II
(dalam persen)
Dari 14 siswa, seluruhnya (100%)
telah mencapai nilai ketuntasan belajar, yaitu 70. Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai rata-rata
kelas pada siklus II adalah 81,
hal itu menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas telah mencapai tingkat
ketuntasan belajar. Dari 14 siswa, seluruhnya telah terlihat aktif mengikuti
proses pembelajaran. Mereka semua telah aktif melaksanakan tugasnya
masing-masing. Guru terlihat telah membimbing siswa dan selalu mengingatkan
siswa yang tidak aktif atau bermain sendiri untuk kembali melakukan tugasnya.
Pada Siklus II pembelajaran dilakukan secara kelompok dengan 5 kelompok
dengan masing-masing kelompok terdiri dari 3 anak. Pembelajaran dilakukan
dengan pengamatan di luar dan diskusi hasil pengamatan di dalam kelas.
Tabel 5 Peningkatan
Keaktifan Siswa Siklus II
No
|
Nama Siswa
|
KKM
|
Ket
|
||
Tanya
|
Jawab
|
Tugas
|
|||
1
|
Ahmad
Muhaimin
|
√
|
√
|
√
|
A
|
2
|
Nafilah Rahma
|
√
|
√
|
√
|
A
|
3
|
Saeful
Rokhman
|
√
|
√
|
√
|
A
|
4
|
Triyana Rahma Putri
|
√
|
√
|
√
|
A
|
5
|
Ade
Soleh Sobirin
|
√
|
√
|
√
|
A
|
6
|
Ahmad Baehaki
|
√
|
√
|
√
|
A
|
7
|
Anida
Latifatul F
|
√
|
√
|
√
|
A
|
8
|
Bambang Agus R
|
√
|
√
|
√
|
A
|
9
|
Farhan
Omar S
|
√
|
√
|
√
|
A
|
10
|
Fedra Arif S
|
√
|
√
|
√
|
A
|
11
|
Imam
Nulhakim
|
√
|
√
|
√
|
A
|
12
|
Nabila Risty W
|
√
|
√
|
√
|
A
|
13
|
Saeful
Anam
|
√
|
√
|
√
|
A
|
14
|
Subekti Wiji S
|
√
|
√
|
√
|
A
|
Aktif
|
14
|
||||
Tidak Aktif
|
0
|
Dari 14 siswa, seluruh siswa telah
aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa telah aktif mengajukan bertanya,
menjawab pertanyaan, dan mengerjakan tugas masing-masing sampai selesai.
Gambar 5 Grafik Keaktifan Belajar Siklus II
Persentase keaktifan siswa dalam
mengikuti perbaikan pembelajaran siklus II menunjukkan bahwa seluruh siswa
(100%) telah aktif mengikuti pembelajaran.
B.
Pembahasan
Hasil
1.
Siklus I
Tabel 6 Perbandingan
Hasil Belajar Studi Awal dengan Siklus I
No
|
Nama Siswa
|
Studi Awal
|
Siklus I
|
Keterangan
|
1
|
Ahmad Muhaimin
|
60
|
80
|
Tuntas
|
2
|
Nafilah Rahma
|
60
|
70
|
Tuntas
|
3
|
Saeful Rokhman
|
60
|
70
|
Tuntas
|
4
|
Triyana Rahma Putri
|
80
|
80
|
Tuntas
|
5
|
Ade Soleh Sobirin
|
60
|
80
|
Tuntas
|
6
|
Ahmad Baehaki
|
80
|
80
|
Tuntas
|
7
|
Anida Latifatul F
|
60
|
60
|
Belum Tuntas
|
8
|
Bambang Agus R
|
60
|
60
|
Belum Tuntas
|
9
|
Farhan Omar S
|
80
|
80
|
Tuntas
|
10
|
Fedra Arif S
|
60
|
60
|
Belum
Tuntas
|
11
|
Imam Nulhakim
|
90
|
90
|
Tuntas
|
12
|
Nabila Risty W
|
60
|
70
|
Tuntas
|
13
|
Saeful Anam
|
90
|
90
|
Tuntas
|
14
|
Subekti Wiji S
|
60
|
60
|
Belum
Tuntas
|
Rata-Rata
|
69
|
74
|
Naik
|
Pada studi awal siswa yang telah
mencapai ketuntasan 5 anak (35,71%) dan setelah dilaksanakan kegiatan
pembelajaran siklus I, angka ketuntasan belajar menunjukkan peningkatan menjadi
10 anak (71,43%). Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dengan grafik sebagai
berikut:
Gambar 6 Grafik Perbandingan Ketuntasan Belajar Studi Awal dengan Siklus I (dalam persen)
Hasil belajar siswa pada studi awal,
siswa yang telah mencapai ketuntasan berjumlah 5 anak, pada pelaksanaan
perbaikan siklus I mengalami peningkatan menjadi 10 anak. Peningkatan hasil
belajar ini terjadi setelah peneliti melakukan perubahan metode pembelajaran
yang semula hanya menggunakan metode ceramah, pada siklus I, peneliti
menggunakan metode belajar kelompok sehingga, siswa menjadi lebih aktif dan
saling membantu satu sama lain. Hal ini sesuai dengan teori pembelajaran
kelompok yang dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang kompleks, membantu
meningkatkan kerjasama siswa karena merasa saling membutuhkan, membantu
mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial, dan hubungan antara
manusia. Belajar secara kelompok dikembangkan berdasarkan teori belajar
kognitif konstruktivis dan teori belajar sosial (Kardi dan Nur, 2000:15).
2.
Siklus II
Tabel 7 Perbandingan
Hasil Belajar Siklus I dengan Siklus II
No
|
Nama Siswa
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Keterangan
|
1
|
Ahmad Muhaimin
|
80
|
90
|
Naik
|
2
|
Nafilah Rahma
|
70
|
70
|
Tetap
|
3
|
Saeful Rokhman
|
70
|
70
|
Tetap
|
4
|
Triyana Rahma Putri
|
80
|
90
|
Naik
|
5
|
Ade Soleh Sobirin
|
80
|
100
|
Naik
|
6
|
Ahmad Baehaki
|
80
|
80
|
Tetap
|
7
|
Anida Latifatul F
|
60
|
80
|
Naik
|
8
|
Bambang Agus R
|
60
|
80
|
Naik
|
9
|
Farhan Omar S
|
80
|
80
|
Tuntas
|
10
|
Fedra Arif S
|
60
|
70
|
Tetap
|
11
|
Imam Nulhakim
|
90
|
100
|
Tuntas
|
12
|
Nabila Risty W
|
70
|
70
|
Naik
|
13
|
Saeful Anam
|
90
|
90
|
Tuntas
|
14
|
Subekti Wiji S
|
60
|
70
|
Tetap
|
Rata-Rata
|
69
|
81
|
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
hasil belajar siklus II siswa kelas III SD Negeri Tresnorejo mengalami
peningkatan ketuntasan, bila dibandingkan dengan pembelajaran siklus I.
Pada siklus I siswa yang telah
mencapai ketuntasan 10 anak (71,43%) dan setelah dilaksanakan kegiatan
pembelajaran siklus II, seluruh siswa (100%) telah mencapai angka ketuntasan
belajar. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut:
Gambar 7 Grafik Perbandingan Ketuntasan Belajar Siklus I dengan Siklus II (dalam persen)
Hasil belajar siswa pada siklus II
mengalami peningkatan yang menggembirakan. Pada siklus II seluruh siswa 14 anak
telah mencapai nilai KKM. Terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 4 poin,
yaitu dari 10 anak yang tuntas pada siklus I menjadi 14 anak.
Demikian juga dengan keaktifan
siswa, mengalami peningkatan 28,57%. Pada siklus I keaktifan siswa baru
mencapai 71,43%, setelah dilakukan pembelajaran di luar kelas dengan metode
inkuiri, pada siklus II, semua siswa yang berjumlah 14 anak (100%) telah aktif
mengikuti dan terlibat aktif secara langsung pada proses pembelajaran. Pada
siklus II semua siswa telah aktif mengikuti proses pembelajaran. Hal itu sangat
berpengaruh pada tingkat keberhasilan siswa. Selain itu bimbingan peneliti yang
intensif juga memberikan sumbangan atas keberhasilan perbaikan pembelajaran
pada siklus II.
Perbaikan pembelajaran pada siklus
II dilakukan di luar kelas dengan metode inkuiri. Siswa mengamati secara
langsung materi pembelajaran atau obyek. Siswa mengalami secara langsung dan
melakukan percobaan untuk menemukan konsep sendiri, sehingga tanpa disadari
siswa telah mengenal dan mengetahui fakta secara langsung tentang pengaruh
energi terhadap kehidupan sehari-hari.
Dibandingkan dengan siklus I,
pembelajaran di luar kelas menggunakan metode inkuiri ini lebih efektif dari
pada pembelajaran kelompok di dalam kelas pada siklus I terdahulu. Dengan
belajar di luar kelas langsung pada obyek nyata, ingatan siswa akan lebih kuat
dan siswa lebih memahami konsep yang sedang diajarkan.
Hak di atas sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa pendidikan luar kelas tidak sekedar
memindahkan pelajaran ke luar kelas, tetapi dilakukan dengan mengajak siswa
menyatu dengan alam dan melakukan beberapa aktivitas yang mengarah pada
terwujudnya perubahan perilaku siswa terhadap lingkungan melalui tahap-tahap
penyadaran, pengertian, perhatian, tanggungjawab dan aksi atau tingkah laku.
Aktivitas luar kelas dapat berupa permainan, cerita, olahraga, eksperimen,
perlombaan, mengenal kasus-kasus lingkungan di sekitarnya dan diskusi
penggalian solusi, aksi lingkungan, dan jelajah lingkungan (Vincencia S, 2006).
V.
SIMPULAN
DAN SARAN TINDAK LANJUT
- Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan yang diperoleh pada siklus I
dan II dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Penggunaan
metode inkuiri dengan pembelajaran bervariasi dari diskusi, penugasan,
peragaan, dan pengamatan pada pembelajaran IPA konsep pengaruh energi, dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa.
2. Penggunaan
metode inkuiri dengan pembelajaran bervariasi dari diskusi, penugasan,
peragaan, dan pengamatan pada pembelajaran IPA konsep pengaruh energi, dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
- Saran Tindak Lanjut
1.
Bagi Guru/Peneliti
a.
Guru sebagai pendidik perlu mengadakan
penelitian tindakan kelas guna meningkatkan kemampuan profesionalnya.
b.
Guru hendaknya menggunakan model dan metode yang
bervariasi pada setiap kegiatan pembelajaran, misalnya metode inkuiri.
c.
Guru hendaknya memberikan kesempatan pada siswa
untuk menemukan dan mengolah pengetahuannya sendiri.
d.
Sebagai seorang pendidik yang selalu harus
berinovasi untuk mendapatkan pengetahuan yang memadai agar tidak tertinggal
dengan perkembangan pengetahuan yang semakin pesat.
e.
Guru hendaknya selalu aktif, kreatif, dan
bekerja sama dengan teman sejawat dalam menemukan dan memecahkan masalah
bersama.
f.
Guru harus meningkatkan kemampuannya, baik
melalui pendidikan maupun seminar serta diklat, atau melalui PTK.
2.
Bagi Siswa
a.
Siswa harus aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran melalui peragaan, pengamatan, dan latihan untuk dapat menemukan
pengetahuannya sendiri demi meningkatkan hasil belajarnya.
b.
Siswa hendaknya berani dalam bertanya,
mengemukakan pendapat, atau menanggapi pendapat siswa lain dalam proses diskusi
kelompok.
c.
Siswa harus selalu melatih keterampilan
mengamati agar hasil belajarnya bisa meningkat.
3.
Bagi Sekolah
b.
Sekolah harus menyediakan sarana dan prasarana
misalnya alat peraga dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
c.
Sekolah harus memberikan kesempatan kepada guru
seluas-luasnya untuk mengembangkan kreativitasnya dengan kegiatan pendidikan
dan pelatihan peningkatan profesionalisme guru.
d.
KKG/MGMP yang telah lama ada agar diberdayakan
lagi, kegiatan lesson study juga
merupakan tempat yang sangat baik guna meningkatkan kemampuan guru dalam
peningkatan kualitas pembelajaran.
4.
Tindak Lanjut
Hasil dari penelitian ini akan ditindaklanjuti dengan meminimalkan
pengulangan pembelajaran. Hasil penelitian akan diujicobakan pada materi atau
mata pelajaran lain.
Hasil penelitian akan disampaikan kepada teman seprofesi dalam acara KKG
atau MGMP tingkat gugus dan Kecamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu Zain.
1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Demaja,
Christiana. 2004. Pengaruh Penggunaan
Bahan Ajar dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar. Artikel. http://artikel1.us/christiana6-04.html/
Gagne, RM.,
Briggs, L.J. 1979. Principles of Instructional
Design. Holt. Rinehart and Winston.
Kardi dan Nur.
2000. Teori Pembelajaran. Jakarta:
Aneka Ilmu
Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.
Ristasa, R.A.
2007. Perspektif Pendidikan IPA. Hand
Out Pembimbing TAP di UPBJJ Purwokerto.
Schmidt. 2003. An Open Educational Resources Supports a
Divarsity of Inquiry-Based Learning. Artikel (dikutip dari dan di-link ke: www.irrodl.org/ yang tersedia secara online diunduh pada tanggal 29 April
2013, Pukul 11.12 WIB)
Suharsimi
Arikunto. 1993. Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suyoso, dkk
1998. Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakarta:
IKIP
Vincencia S.
2006. Metode Pembelajaran. Jakarta:
Karya Mandiri.
Demikian Contoh Karil Karya Ilmiah IPA Terbaru, semoga bermanfaat
Demikian Contoh Karil Karya Ilmiah IPA Terbaru, semoga bermanfaat
Saya sedang mencari contoh penulisan karya ilmiah yang baik beserta formatnya, terima kasih telah membantu memberi penjelasan yang detail.
ReplyDelete